Selasa, 02 April 2013

Dinamika Kelompok : Slamet Santoso

BAB 1
PENGENALAN TERHADAP DINAMIKA KELOMPOK
Adanya konsepsi Moreno dalam bukunya Who shall Survive, mendorong timbulnya pemikiran untuk mempelajari dinamika kelompok – kelompok sebagai objek studi terlepas dari psikologi sosial yang selama ini menjadi pangkal tolak dalam mempelajari dinamika kelompok.
Keadaan demikian dapat dimaklumi karena sejarah perkembangan dinamika kelompok berasal dari perkembangan psikologi pada umumnya dan perkembangan psikologi sosial pada khususnya.
Di lain pihak, psikologi sosial sendiri tumbuh dan berkembang sangat pesat dibandingkan dengan psikologi, sosiologi dan antropologi sehingga objek formal psikologi sosial budaya banyak diambil dari ketiga ilmu tersebut.
Sebagai akibat pertumbuhan dinamika kelompok dari psikologi sosial, keadaan ini berpengaruh dalam mempelajari dinamika kelompok yang terlibat di dalam uraian Bab 1 sampai dengan Bab 4 buku ini.
A.      SEJARAH DINAMIKA KELOMPOK
Sejarah dinamika kelompok tidak terpisahkan dari perkembangan psikologi pada umumnya dan psikologi pada khususnya. Oleh karena itu, berikut ini akan diuraikan sejarah dinamika kelompok.
1.        Zaman Yunani
Pada masa ini berkembang ajaran Plato, bahwa daya – daya pada individu tercermin di dalam struktur masyarakat dengan karakteristik yang berbeda satu sama lain.
Menurut Plato: “Daya pikir individu tercermin di dalam golongan pemerintah, daya kemauan tercermin di dalam golongan ketentaraan dan daya perasaan tercermin di dalam golongan pedagang.”
Masing – masing struktur masyarakat tersebut merupakan kelompok – kelompok yang terpisah satu sama lain dan tiap – tiap golongan memiliki norma yang berfungsi sebagai pemersatu dan pedoman dalam interaksi sosial antar anggota masing – masing golongan.
Demikian kuatnya persatuan dan interaksi sosial yang terjalin sehingga masing –masing golongan dapat mempertahankan kesatuannya dan tidak terpecah – pecah dalam kelompok/ golongan yang lebih kecil lagi.
2.        Zaman Leberalisme
Pengaruh cara berfikir bebas mengakibatkan individu bebas menentukan segala sesuatu bagi dirinya dan tiap individu tidak bisa menentukan individu lain dalam kehidupan.
Perkembangan selanjutnya, kebebasan ini membawa malapetaka bagi tiap – tiap individu karena individu merasa tidak mempunyai pedoman dalam kehidupan sehingga mereka tidak merasa memiliki kepastian.
Keadaan ini membawa bayang – bayang ketakutan dalam diri individu sehingga berbagai cara ia tempuh untuk menghilangkan rasa ketakutan dan sekaligus memperoleh pedoman dalam menjalani kehidupan.
Oleh karena itu, timbul gagasan individu untuk mengadakan perjanjian sosial antara sesamanya dan hal ini dirumuskan di dalam Leviathan atau negara yang diharapkan dapat menjamin kehidupan mereka.
Pada hakikatnya Leviathan/negara merupakan suatu bentuk pengelompokan yang telah memiliki norma, struktur, dan pimpinan yang belum tentu ada di dalam suatu kelompok.
3.        Zaman Ilmu Jiwa Bangsa-Bangsa
Pada masa ini Moritz Lazarus dan Stanley Hall mempelopori untuk mengadakan suatu penyelidikan terhadap bangsa primitif yang memiliki ciri khas di dalam kehidupannya.
Moritz Lazarus dan Stanley Hall mengadakan penyelidikan terhadap adat dan bahasa rakyat dalam hubungannya dengan tingkah laku masyarakat primitif.
Dari hasil penyelidikan, pengaruh adat dan bahasa rakyat menimbulkan homogenitas pada masyarakat sehingga setiap sikap dan tingkah laku anggota masyarakat tidak berbeda satu sama lain.
Hal ini disebabkan karena adat dan bahasa rakyat menimbulkan kesatuan psikologi, dan ini tercermin dalam sikap dan tingkah laku.
Teori ini kemudian berkembang bahwa setiap masyarakat yang mempunyai kesatuan psikologi menjadi suku bangsa tertentu, lengkap dengan kepribadian masing – masing. Inilah yang kemudian terkenal dengan teori sosial.
Adanya kekhususan dari tiap – tiap suku bangsa, mengingatkan pada bentuk kelompok, karena bentuk kelompok satu dengan yang lain pasti berbeda segala galanya. Misalnya, kelompok olahraga berbeda dengan kelompok kesenian.
4.        Zaman Gerakan Massa
Adanya bentuk pemerintahan otokrasi dengan segala bentuk penekanannya mengakibatkan masyarakat menunjukkan pergolakan untuk membebaskan diri dan membentuk pemerintahan yang sesuai dengan yang dinginkan.
Gerakan masyarakat yang lebih dikenal dengan gerakan massa mendorong Gustave Ie Bon untuk mengajar gejala – gejala psikologis yang timbul dalam gerakan massa melalui penyelidikan secara intensif dan mendalam.
Hasil penyelidikan Gustave Ie Bon dirumuskan dalam buku The Crowd menunjukkan bahwa dalam gerakan massa timbul pa yang dinamakan sugesti, yang mengakibatkan gerakan massa tersebut dalam setiap individu kehilangan kontrol terhadap dirinya. Apabila ditinjau, massa yang memiliki gerakan sedemikian hebat, sudah barang tentu massa tersebut memiliki anggota, norma, pimpinan, dan tujuan yang hal ini tidak ubahnya seperti suatu bentuk kelompok.
5.        Zaman Psikologi Sosial
Penyelidikan terhadap massa telah memberikan motivasi kepada para ahli untuk mengadakan penyelidikan lebih mendalam terhadap massa walaupun dengan risiko yang besar.
Namun permulaan abad ke-20, para ahli mengubah arah penyelidikannya dan mereka lebih tertarik untuk mengadakan penyelidikan terhadap gejala-gejala psikis dalam situasi tertentu yang dipandang dapat memberi dapat memberi hasil yang efektif.
Oleh karena itu, Edward A. Ross mengadakan penyelidikan terhadap hubungan psikis antara individu dengan lingkungannya yang ditulis dalam bukunya Social Psychology.
Buku ini ternyata mendorong ahli lain untuk merusmuskan secara tegas objek psikologi sosial, yang ternyata objek tersebut adalah suatu studi yang mempelajari tingkah laku individu dalam hubungannya dengan situasi sosial.
Dalam meninjau situasi sosial maka situasi tersebut adalah situasi yang mengakibatkan berkumpulnya sejumlah individu pada saat tertentu. Hal ini tidak berbeda dengan anggapan bahwa situasi sosial membawa pula adanya kelompok.
6.    Zaman Dinamika Kelompok
       Erich Fromm mengawali kegiatan penyelidikannya yang disusun dalam buku Escape From Freedom untuk menunjukkan perlunya individu itu bekerja sama dengan individu lain, hingga timbul solidariteit di dalam kehidupannya.
       Hal ini disebabkan karena terdorong oleh adanya keinginan individu untuk memperoleh kepastian dalam kehidupan ketika hasrat kepastian ini hanya diperoleh apabila masing – masing individu memiliki rasa solidaritas.
       Moreno mengemukakan bahwa perlunya kelompok –kelompok kecil seperti keluarga, klik, regu belajar, ketika di dalam kelompok itu terdapat suasana saling menolong, hingga kohesi menjadi kuat, dan kelompok yang makin kuat kohesinya, makin besar moralnya.
       Dalamhal ini Moreno telah menunjukan dengan jelas adanya kelompok – kelompok yang lebih konkret daripada ahli – ahli psikologi sosial dan Moreno menunjukkan pula pengaruh kelompok tersebut terhadap kehidupan individu dari kelompok itu.
       Kurt Lewin telah menyimpulkan bahwa tingkah laku individu sangat dipengaruhi oleh kelompok  yang menjadi anggotanya. Jadi, jelaslah bahwa kelompok itu memang benar – benar mempunyai pengaruh terhadap kehidupan individu.


B.       STATUS DINAMIKA KELOMPOK
Pertumbuhan dan perkembangan dinamika kelompok sangat erat hubungannya dengan psikologi sosial, hal ini berpengaruh terhadap penentuan status dinamika kelompok.
Oleh karena itu, ada di antara ahli psikologi, ahli sosiologi, ahli psikologi sosial, dan ahli-ahli lain untuk mencoba membawa dinamika kelompok ke dalam cabang ilmu mereka masing – masing.
1.    Cabang Sosiologi
       Ahli – ahli sosiologi seperti Homans, Moreno dan Mitschell berpendapat bahwa masalah kelompok/grup dan struktur kelompok yang menjadi objek dinamika kelompok merupakan sebagian bahan yang menjadi objek sosiologi
       Moreno, misalnya brependapat bahwa di dalam suatu kelompok pasti terdapat social distance (jarak sosial) antara anggota kelompok tersebut. Hal ini terdapat pada arah pilihan, sikap, isolasi, dan keakraban anta masing –masing anggota.
       Sesungguhnyamasih banyak ahli psikologi, seperti Herbert Spencer dan konsepsinya nation (bangsa), Karl Marx dengan konsepsinya class. Toynbee dengan konsepnya civilization, Emile Durheim dengan konsepsinya group spirit, namun di antara mereka terdapat perbedaan pandangan.
2.    Cabang Psikologi
       Robert F. Bales di dalam bukunya interaction analysis memasukkan dinamika kelompok ke dalam cabang psikologi.
       Alasan yang digunakan oleh Robert F. Bales adalah di dalam dinamika kelompok titik beratnya bukan masalah kelompok itu sendiri tetapi yang pokok adalah proses kejiwaan yang terjadi / timbul pada individu dan pengaruhnya terhadap kelompok.
       Misalnya Bales mengemukakan bagaimana pengaruh diskusi terhadap cara berpikir individu.
       Ahli lain yaitu Sprott dalam bukunya Human Group mencoba menganalisis persoalan interrelasi/hubungan yang terjadi antar anggota suatu kelompok.
3.    Cabang Psikologi Sosial
       Para ahli psikologi sosial seperti Otto Klineberg berpendapat bahwa dinamika kelompok lebih ditekankan kepada peninjauan psikologi sosial karena yang terpenting sampai sejauh mana pengaruh interaksi sosial individu di dalam kelompok terhadap masing masing individu sebagai anggota suatu kelompok.
       Hal ini berarti dinamika kelompok ingin mempelajari hubungan timbal balik/ saling pengaruh antar anggota di dalam kehidupan berkelompok.
4.    Bidang Eksperimen
       Di dalam buku Group Dynamic yang disusun oleh Cartwright dan Zender, disebutkan bahwa dinamika kelompok sebenarnya adalah bidang eksperimen walaupun sifatnya cenderung mengarah kepada persoalan psikologi.
       Seperti diungkapkan oleh Zender bahwa perkembangan alam demokrasi akan lebih menjamin kepentingan hak individu sehingga semakin besar perkembangan demokrasi makin pesat pula perkembangan individu.
       Pendapat Zender ini berdasar pada suatu anggapan apabila kelompok kecil seperti keluarga, kelas, regu kerja, serta kelompok besar seperti masyarakat, negara, dan perusahaan apabila mengikuti alam demokrasi maka kehidupannya akan lebih baik.
C.      DEFINISI DINAMIKA KELOMPOK
Pengertian dinamika kelompok dapat diartikan melalui asal katanya, yaitu dinamika dan kelompok.
1.    Pengertian Dinamika Kelompok
a.    Pengertian Dinamika
       Dinamika berarti tingkah laku warga yang satu secara langsung memengaruhi warga yang lain cara timbal balik. Jadi, dinamika berarti adanya interaksi dan interdependensi antara anggota kelompok yang satu dengan anggota kelompok yang lain secara timbal balik dan antara anggota dengan kelompok secara keseluruhan.
       Dynamic is facts or concepts which refer to conditions of change, expecially to forcec.
       Keadaan ini dapat terjadi karena selama ada kelompok, semangat kelompok (group spirit) terus menerus berada dalam kelompok itu. Oleh karena itu, kelompok tersebut bersifat dinamis, artinya setiap saat kelompok yang bersangkutan dapat berubah.
       Dari uraian di atas dpat disimpulkan bahwa dinamika kelompok berarti suatu kelompok yang teratur dari dua individu atau lebih yang mempunyai hubungan psikologis secara jelas antara anggota yang satu dengan yang lain. Dengan kata lain, antar anggota kelompok mempunyai hubungan psikologis yang berlangsung dalam situasi yang diambil secara bersama – sama.
b.    Kelompok
       agar memberi pengertian yang jelas tentang kelompok, berikut ini diawali dengan proses pertumbuhan kelompok itu sendiri.
       Individu sebagai makhluk hidup mempunyai kebutuhan yang menurut A. Maslow dikenal sebagai :
1)    kebutuhan fisik,
2)    kebutuhan rasa aman,
3)    kebutuhan kasih sayang,
4)    kebutuhan prestasi dan prestise, serta
5)    kebutuhan untuk melaksanakan sendiri.
       Di lain pihak, individu memiliki potensi untuk memenuhi kebutuhan tersebut di atas, namun potensi yang ada pada individu yang bersangkutan terbatas sehingga individu harus meminta bantuan kepada individu lain yang sama – sama hidup satu kelompok.
       Dalam keadaan seperti itu, individu berusaha mengatasi kesulitan yang ada pada dirinya melalui prinsip escaping, artinya salah satu bentuk pelarian diri dengan mengorbankan pribadinya dan mempercayakan pada orang lain yang menurut pendapatnya memiliki sesuatu yang tidak ada pada dirinya. Bentuk penyerahan diri seperti ini mengakibatkan timbulnya perasaan perlunya kemesraan di dalam kehidupan bersama. Artinya, individu tidak dapat hidup tanpa kerja sama dengan individu lain.
       Bentuk kelompok seperti keluarga, regu kerja, atau regu belajar merupakan contoh konkret dan kelompok – kelompok tersebut saat ini mendapat tempat yang baik di dalam masyarakat yang semakin kompleks.
       Sudah barang tentu kehidupan kelompok tersebut tidak berada dalam keadaan statis, tetapi berada dalam keadaan dinamis. Artinya kehidupan kelompok itu berkembang dengan baik.
       Dengan keadaan seperti di atas, beberapa ahli mencoba memberi pengertian apa yang disebut kelompok.
1)    W.Y.H Sprott memberikan pengertian kelompok sebagai beberapa orang yang bergaul satu dengan yang lain.
2)    Kurt Lewin berpendapat bahwa :
       The Essences of a group is not the similarity or dissimilarity of its members but their interdependence.
3)    H. Smith menguraikan :
       “kelompok adalah suatu unit yang terdapat beberapa individu, yang mempunyai kemampuan untuk berbuat dengan kesatuannya dengan cara dan atas dasar kesatuan persepsi”.
2.    Persoalan dalam Dinamika Kelompok
       Di depan telah disebutkan pengertian dinamika kelompok secara jelas yang ditarik atas dasar berbagai pendapat para ahli, baik dari ahli psikologi, ahli sosiologi, dan ahli psikologi sosial sehingga pengertian ini menjadi lebih sempurna.
       Dari pokok pengertian dinamika kelompok dapat ditarik berbagai persoalan yang menjadi objek studi dinamika kelompok. Lebih lanjut secara ringkas dapat disebutkan bahwa persoalan dinamika kelompok adalah semua gejala kejiwaan yang disebabkan oleh kehidupan bersama dalam kelompok yang face to face.
a.    Kohesi/persatuan
       Dalam persoalan kohesi akan dilihat tingkah laku anggota dalam kelompok, seperti proses pengelompokan, intensitas anggota, arah pilihan, nilai kelompok dan sebagainya.
b.    Motif/dorongan
       Persoalan motif ini berkisar pada interes anggota terhadap kehidupan kelompok, seperti kesatuan kelompok, tujuan bersama, orientasi diri terhadap kelompok dan sebagainya.
c.    Struktur
       Persoalan ini terlihat pada bentuk pengelompokan, bentuk hubungan, perbedaan kedudukan antar anggota, pembagian tugas dan sebagainya.
d.    Pimpinan
       Persoalan pimpinan tidak kalah pentingnya pada kehidupan kelompok, hal ini terlihat pada bentuk – bentuk kepemimpinan, tugas pimpinan, sistem kepemimpinan dan sebagainya.
e.    Perkembangan kelompok
       Persoalan perkembangan kelompok dapat pula menentukan kehidupan kelompok selanjutnya, dan ini terlihat pada perubahan dalam kelompok, senangnya anggota tetap berada dalam kelompok, perpecahan kelompok, dan sebagainya.
3.    Pentingnya Mempelajari Dinamika Kelompok
       Berbagai pihak telah menyadari betapa pentingnya mempelajari dinamika kelompok karena beberapa alasan sebagai berikut.
a.    Individu tidak mungkin hidup sendiri di dalam masyarakat.
b.    Individu tidak dapat pula bekerja sendiri dalam memenuhi kehidupannya.
c.    Dalam masyarakat yang besar, perlu adanya pembagian kerja agar pekerjaan dapat terlaksana dengan baik. Hal ini bisa terjadi apabila dikerjakan dalam kelompok kecil.
d.    Masyarakat yang demokratis dapat berjalan baik apabila lembaga sosial dapat bekerja dengan efektif.
e.    Semakin banyak diakui manfaat dari penyelidikan yang ditujukan kepada kelompok kelompok.
D.   PENDEKTAN-PENDEKATAN DINAMIKA KELOMPOK
       Suatu dinamika kelompok seperti disebutkan di bagian terdahulu, menjadi bahan persaiangan dari para ahli psikologi, ahli sosiologi, ahli psikologi sosial, maupun ahli yang menganggap dinamika kelompok sebagai bidang eksperimen saja.
       Hal ini ternyata membawa pengaruh terhadap pendekatan – pendekatan yang ada dalam dinamika kelompok. Dalam pendekatan ini terdapat berbagai pandangan para ahli, antara lain Bales dan Homans, Stogdill, Sigmund Freud dan Scheidlinger, serta Yennings dan Moreno.
1.    Pendekatan oleh Bales dan Homans
       Pendekatan ini mendasarkan diri pada konsep adanya aksi, interaksi dan situasi yang ada dalam suatu kelompok.
       Selanjutnya Homans menambahkan, dengan adanya interaksi dalam kelompok maka kelompok yang bersangkutan merupakan sistem interdependensi, dengan sifat – sifat :
a.    adanya stratifikasi kedudukan warga;
b.    adanya diferensiasi dalam hubungan dan pengaruh antara anggota kelompok yang satu dengan yang lain;
c.    adanya perkembangan pada sistem intern kelompok yang diakibatkan adanya pengaruh faktor – faktor dari luar kelompok.
2.    Pendekatan oleh Stogdill
       Pendekatan ini lebih menekankan pada sifat – sifat kepemimpinan dalam bentuk organisasi formal.
       Selanjutnya Stogdill menambahkan bahwa yang dimaksud kepemimpinan adalah suatu proses yang memengaruhi aktifitas kelompok yang terorganisir sebagai usaha untuk mencapai tujuan kelompok. Sedangkan yang dimaksud kelompok yang terorganisisr ialah suatu kelompok yang tiap – tiap anggotanya mendapat tanggungan dalam hubungannya dengan pembagian tugas untuk mencapai kerja sama dalam kelompok.
3.    Pendekatan dari Ahli Fsycho Analysis oleh Sigmund Freud dan Scheidlinger
       Scheidlinger berpendapat bahwa aspek – aspek motif dan emosional sangat memegang peranan penting dalam kehidupan kelompok. Beliau mengungkapkan betapa kelompok akan dapat berbentuk apabila didasarkan pada kesamaan motif antar anggota kelompok. Demikian pula emosional yang sama akan menjadi tenaga pemersatu dalam kelompok sehingga kelompok tersebut semakin kukuh. Sementara itu, Sigmund Freud berpendapat di dalam setiap kelompok perlu adanya coheviseness/kesatuan kelompok, agar kelompok tersebut dapat bertahan lama dan berkembang.
       Beliau mengungkapkan pula kesatuan kelompok hanya dapat diwujudkan apabila tiap – tiap anggota kelompok melaksanakan identifikasi bersama antara anggota satu dengan anggota yang lain.
4.    Pendekatan dari Yennings dan Moreno
       Pendekatan ini sebenarnya menggunakan konsepsi dari metode sosiometri, yang sangat cocok diterapkan dalam kelompok.
       Yennings mengemukakan konsepsinya tentang pilihan bebas, spontan dan efektif dari anggota kelompok yang satu terhadap anggota kelompok yang lain dalam rangka pembentukan ikatan kelompok.
       Moreno dengan sosiometrinya berhasil membedakan psikhe group dan socio group.
a.    Psikhe group artinya suatu kelompok yang terbentuk atas dasar suka/tidak suka, simpati, atau antipati anggotanya.
b.    Socio group artinya suatu kelompok yang terbentuk atas dasar tekanan dari pihak luar.
       Dalam hubungannya dengan psikhe group dan socio group, Yennings menambahkan bahwa pelaksanaan tugas akan lebih lancar apabila pembentukan socio group disesuaikan dengan psikhe group, dengan memperhatikan faktor-faktor efisiensi kerja dan kepemimpinan dalam kelompok.
BAB II
INTERAKSI SOSIAL
A.   DEFINISI DAN ASPEK INTERAKSI SOSIAL
1.    Definisi Interaksi Sosial
       Pada hakikatnya manusia memiliki sifat yang dapat digolongkan ke dalam :
a.    manusia sebagai makhluk individual,
b.    manusia sebagai makhluk sosial, dan
c.    manusia sebagai makhluk berkebutuhan.
       Manusia sebagai makhluk sosial, dituntut untuk melakukan hubungan sosial antar sesamanya dalam hidupnya di samping tuntutan untuk hidup berkelompok.
       Hubungan sosial merupakan salah satu hubungan yang harus dilaksanakan, mengandung pengertian bahwa dalam hubungan itu setiap individu menyadari tentang kehadirannya di samping kehadiran individu lain.
       Hal ini disebabkan bahwa dengan kata sosial berarti hubungan yang berdasarkan adanya kesadaran yang satu terhadap yang lain, ketika mereka saling berbuat, saling mengakui dan saling mengenal (mutual action dan mutual recognation).
       Disamping itu, manusia sebagai nakhluk sosial, menuntut adanya kehidupan berkelompok sehingga keadaan ini mirip sebuah community, seperti desa, suku bangsa, dan sebagainya yang masing – masing kelompok memiliki ciri yang berbeda satu sama lain.
       Kehidupan berkelompok ini, bukan ditentukan oleh adanya interes/kepentingan, tetapi karena adanya the basic condition of a common life (syarat – syarat dasar adanya kehidupan bersama). The basic condition of a common life merupakan unsur pengikat kehidupan berkelompok mereka dan dapat berupa locality, yaitu adanya daerah/tempat tinggal tertentu dan community sentiment, yaitu suatu perasaan tentang pemilikan bersama dalam kehidupan.
       Herold Bethel menjelaskan bahwa the basic condition of common life dapat tercermin pada faktor – faktor berikut ini.
a.    Grouping of people, artinya adanya kumpulan orang – orang.
b.    Definite place, artinya adanya wilayah/tempat tinggal tertentu.
c.    Mode of living, artinya adanya pemilihan cara – cara hidup.
       Atas dasar uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa setiap individu dalam kehidupannya harus menjalin interaksi sosial antar individu lain, yang sama-sama hidup dalam satu kelompok.
       Dalam hal ini menurut S.S. Sergent “Sosial interactionis to consider social behavior always within a group framework, as related to group structure and function”
Apa yang dikemukakan oleh S.S Sergent tentang interaksi sosial pada pokoknya memandang tingkah laku sosial yang selalu dalam kerangka kelompok seperti struktur dan fungsi dalam kelompok.
       Jadi, tingkah laku sosial individu dipandang sebagai akibat adanya struktur kelompok, seperti tingkah laku pimpinan atau tingkah laku individu yang berfungsi sebagai anggota kelompok.
       Sementara itu, H. Bonner memberi rumusan interaksi sosial adalah suatu hubungan antara dua atau lebih individu manusia ketika kelakuan individu yang satu memengaruhi, mengubah, atau memperbaiki kelakuan individu yang lain, atau sebaliknya.
       Dengan demikian, kedua devinisi tersebut satu sama lain tidak berbeda pengertian dan saling melengkapi sehingga hal ini akan memudahkan untuk mengetahui aspek – aspek yang ada dalam interaksi sosial.
2.    Aspek – Aspek Interaksi Sosial
       Dengan diketahuinya interaksi sosial di atas, aspek – aspek dalam interaksi sosial adalah sebagai berikut.
a.    Adanya hubungan
       setiap interaksi sudah barang tentu terjadi karena adanya hubungan antara individu dengan individu maupun antara individu dengan kelompok.
b.    Ada individu
       setiap interaksi sosial menuntut tampilnya individu – individu yang melaksanakan hubungan.
c.    Ada tujuan
       setiap interaksi sosial memiliki tujuan tertentu seperti memengaruhi individu lain.
d.    Adanya hubungan dengan struktur dan fungsi kelompok
       Interaksi sosial yang ada hubungan dengan struktur dan fungsi kelompok ini terjadi karena individu dalam hidupnya tidak terpisah dari kelompok. Di sampig itu, tiap- tiap individu memiliki fungsi di dalam kelompoknya.
3.    Faktor – Faktor yang Berpengaruh dalam Interaksi Sosial
       Di samping aspek – aspek tersebut di atas, dalam interaksi sosial terdapat faktor – faktor yang ikut memengaruhi interaksi sosial tersebut, yang menentukan berhasil/ tidaknya interaksi sosial.
       Faktor-faktor yang dimaksud yaitu sebagai berikut :
a.    The nature of the social situation
       Situasi sosial itu bagaimanapun memberi tingkah laku terhadap individu yang berada dalam situasi tersebut.
b.    The norms prevailing in any given social group
       kekuasaan norma –norma kelompok sangat berpengaruh terhadap terjadinya interaksi sosial antar individu.
c.    Their own personality trends
       Masing – masing individu memiliki tujuan kepribadian sehingga berpengaruh terhadap tingkah lakunya.
d.    A person’s transitory tendencies
       Setiap individu berinteraksi sesuai dengan kedudukan dan kondisinya yang bersifat sementara.
e.    The process of perceiving and interpreting a situation
       Setiap situasi mengandung arti bagi setiap individu sehingga hal ini memengaruhi individu untuk melihat dan menafsirkan situasi tersebut.
B.   DASAR – DASAR INTERAKSI SOSIAL
       Seperti uraian pada bagian depan, setiap individu di dalam kehidupannya selalu menjalin interaksi sosial dengan sesamanya walaupun interaksi sosial tersebut dibatasi oleh beberapa faktor yang memengaruhi, baik faktor dari dalam diri individu maupun faktor dari luar individu.
       Di samping itu, di dalam menjalin interaksi sosial sudah barang tentu setiap individu memiliki dasar – dasar tertentu, baik dasar itu datang dari individu yang bersangkutan maupun dasar itu datang dari luar individu. Adapun dasar – dasar yang dimaksud adalah imitasi, sugesti, identifikasi dan simpati.
1.    Imitasi
a.    Timbulnya Imitasi sebagai Dasar Interaksi Sosial
       Gabriel Tarde dianggap sebagai penemu istilah imitasi atas dasar kesimpulan yang ditarik dari tugasnya sebagai ahli hukum. Ia berpendapat bahwa kejahatan yang dilakukan oleh setiap individu adalah akibat imitasi.
       Dan hasil penemuannya ini kemudian ia kembangkan di masyarakat. Ia menyatakan bahwa masyarakat adalah hasil imitasi belaka yang berlangsung terus – menerus sejak dahulu sampai sekarang.
       Bahkan kata G. Tarde : “kehidupan sosial itu pun akibat dari imitasi”, karena ia beranggapan bahwa imitasi adalah kunci dari misteri atau kejadian masyarakat yang tidak disertai dengan adanya perbedaan masyarakat dan ia sendiri menyadari bahwa dalam proses imitasi tersebut terjadi hasil imitasi yang lebih baik dari sebelumnya, yang mengakibatkan terdapatnya kemajuan dalam kehiduapn sosial individu.
       Dengan demikian, dalam proses imitasi tersebut individu sering memperoleh invention. Artinya, individu dapat menemukan sesuatu yang baru, yang berbeda dengan keadaan sebelumnya. Walaupun demikian, G. Tarde mengakui bahwa proses penemuan baru (invention) tersebut hanya terjadi pada sebagian kecil individu, sedangkan sebagian besar individu hanyalah mengimitasi saja.
       Lebih lanjut diungkapkan oleh Trotter bahwa adanya semangat untuk meniru dari individu pada masyarakat, demikian kata Walter Bogehot timbul kesamaan yaitu kecakapan meniru. Selanjutnya disebutkan bahwa tingkah laku imitasi tersebut merupakan hasil dari principe attraction.
b.    Definisi
       Atas dasar uraian timbulnya teori imitasi dari Gabriel Tarde maka pengertian/definisi imitasi akan diberikan pada bagian berikut ini sehingga terlihat imitasi itu secara keseluruhan. G. Tarde mengungkapkan bahwa imitasi berasal dari kata imitation yang berarti peniruan. Hal ini disebabkan karena manusia pada dasarnya individualis. Namun di pihak lain manusia mempunyai kesanggupan untuk meniru sehingga di dalam masyarakat terdapat kehidupan sosial.
       Selanjutnya ada yang berpendapat bahwa with imitation one person copies another, artinya individu itu mencontoh yang lain, sehingga individu memiliki a passive rule in relation dengan individu lain.
       Sementara itu, ada pula yang menyebutkan imitation is to copy or produce action of another. Jadi, tingkah laku yang dihasilkan berasal dari individu lain.
       Hal ini dapat disimpulkan bahw imitasi yang dilaksanakan individu serupa dengan idio-motor action, yaitu adanya tingkah laku yang bersifat otomatis sehingga menimbulkan/ mengakibatkan tingkah laku yang seragam.
c.    Syarat-Syarat Imitasi
       Salah satu hal yang belum pernah disinggung oleh Gabriel Tarde dalam hal berimitasi adalah apa yang menjadi persyaratan di dalam imitasi tersebut, ketika persyaratan itu merupakan sesuatu yang sangat penting dalam hal berimitasi.
       Sementara itu, Choros menggunakan beberapa persyaratan dan berimitasi sebagai berikut.
1)    Harus ada minat/perhatian terhadap hal/sesuatu yang akan diimitasi
       Minat/perhatian merupakan tuntutan pertama dalam imitasi dari tiap individu dan merupakan sesuatu yang membedakan hasil imitasi antara individu satu dengan yang lain.
2)    Harus ada sikap menjunjung tinggi atau mengagumi pada hal-hal yang diimitasi
       Sesuatu hal yang dihargai/dijunjung tinggi pasti sesuatu yang lebih baik daripada apa yang tidak dimiliki oleh individu yang akan mengadakan imitasi atau sesuatu yang tidak dimiliki oleh individu.
3)    Harus ada penghargaan sosial yang tinggi.
       Sering terlihat bahwa individu mengadakan imitasi dengan maksud agar tingkah lakunya dapat mendatangkan penghargaan sosial di dalam lingkungannya.
4)    Harus ada pengetahuan dari individu
       Pengetahuan individu dapat menentukan hasil imitasi dari masing – masing individu walaupun ketiga persyaratan telah sama – sama dipenuhi individu.
d.    Macam – Macam Imitasi
       Setiap individu yang mengadakan imitasi dapat menempuh berbagai cara sehingga mengakibatkan bermacam – macam imitasi yang terjadi.
       Badwin melihat ada dua macam imitasi.
1)    Nondeliberate imitation, yaitu suatu peniruan yang berlangsung tanpa mengetahui maksud dan tujuan dari peniruan tersebut.
2)    Deliberate Imitation, yaitu suatu peniruan yang berlangsung dengan sengaja, artinya suatu peniruan dengan maksud dan tujuan tertentu dari peniruan yang dilaksanakan.
e     Tahap dalam Proses Imitasi
       Dalam setiap imitasi tidak disengaja, terkandung tiga tahap yang harus dilalui.
1)    Tahap proyeksi
       Pada tahap ini individu memperoleh kesan dari sesuatu yang akan diimitasi.
2)    Tahap subjektif
       Pada tahap ini individu cenderung untuk menerima hal-hal yang akan diimitasi, misalnya sikap dan tingkah laku dari individu lain.
3)    Tahap objektif
       Pada tahap ini individu telah menguasai apa yang akan diimitasi sehingga akhirnya ia dapat berbuat seperti indifidu lain yang akan diimitasi.
f.     Hukum – Hukum Imitasi
       Dari hasil penyelidikan Gabriel Tarde, sampailah ia bahwa hukum imitasi meliputi tiga hal berikut.
1)    The law of descent
       Artinya suatu golongan atas menjadi objek peniruan dari golongan yang berada di bawahnya.
       Golongan atas yang dimaksud dapat berupa keadaan (kaya, berpengaruh), keahlian (ahli ilmu pengetahuan/keterampilan), kedudukan (pimpinan), dan faktor psikologi (kewibawaan).
2)    The law of geometrical progression
       Yang dimaksud adalah suatu proses peniruan sudah barang tentu dimulai dari sumber asalnya.
3)    The law of the internal before the exotic
       Artinya suatu proses peniruan terhadap kebudayaan sendiri akan lebih mudah daripada kebudayaan asing.
g.    Akibat Imitasi
       Di dalam setiap proses imitasi, dalam hubungannya dengan interaksi sosial, dapat berakibat positif dan negatif
1)    Akibat positif, antara lain :
       a)  dapat diperoleh kecakapan dengan segera;
       b)  adanya tingkah laku yang seragam;
       c)  dapat mendorong individu/kelompok untuk bertingkah laku.
2)    Akibat negatif, antara lain :
       a)  apabila yang diimitasi hal-hal yang salah, dapat menimbulkan kesalahan massal;
       b)  cara berfikir kritis dapat dihambat dengan imitasi.
2.    Sugesti
a.    Timbulnya Sugesti
       Timbulnya sugesti sebagai dasar interaksi sosial didahului oleh berbagai pandangan para ahli yang mempunyi kesamaan walaupun dengan istilah yang berbeda satu dengan yang lain.
1)    Masmer dengan konsepsinya Animal Magnitism. Dalam konsepsinya ia mengatakan bahwa apabila orang-orang pada suatu saat saling menyentuh seseorang yang berpengaruh, mereka akan mengikuti suaranya.
2)    Baid dengan konsepsinya Idio Motor Response. Baid mengatakan adanya hypnotism untuk menggambarkan gejala di bawah imbal kata/diskusi dan hipnotisme tersebut dibatasi oleh lapangan kesadaran.
       Ia memperingatkan betapa pentingnya perhatian individu, karena banyak isi jiwa individu diakibatkan oleh pengamatan terhadap tingkah laku individu lain sehingga individu yang bersangkutan cenderung mencontoh tingkah laku.
3)    Kesadaran yang kacau, konsepsi dari Gustave le Bon. Buah pikiran Gustave Ie Bon dituliskan dalam buku La Psychologie des faules yang kemudian diterjemahkan dengan The Crowd, memusatkan perhatian pada tingkah laku individu dalam hubungannya dengan situasi massa.
       Menurut Gustave Ie Bon, tingkah laku individu dalam suasana massa berbeda dengan tingkah laku individu biasa, sepertinya individu lebih impulsif, mudah tersinggung, agresif, mudah terbawa arus sentimen, kurang rasional, tersugesti, dan sebagainya.
b.    Definisi
       Istilah sugesti ini mula-mula dikenalkan secara luas oleh Gustave Ie Bon dan istilah sugesti itu berasal dari kata latin suggere yang berarti memengaruhi.
       Timbulnya aliran Psiko Analisis yang  memperkembangkan istilah sugesti ini, sehingga sugesti diartikan sebagai suatu proses ketika seseorang individu memperoleh pandangan, sikap, dan tingkah laku individu tanpa dikritik lebih dahulu.
       Sementara itu S.S. Sargent mencoba memberi pengertian sugesti. “one person induces uncritical acceptance of ideas, or unconscious performance of acts, in other”.
       Selanjutnya ada yang menyebutkan sugesti adalah suatu proses ketika seseorang individu memberikan pandangan atau sikap yang kemudian diterima oleh individu lain di luar dirinya, tanpa ada pemikiran kritis sebelumnya.
       Dengan demikian, dari berbagai pengertian tentang sugesti ternyata pada dasaranya sugesti adalah pemberian kepada yang lain tanpa dikritik terlebih dahulu sehingga akibatnya terjadi tingkah laku yang beragam di antara mereka.
c.    Syarat – Syarat Sugesti
       Dari hasil pengamatan beberapa ahli, syarat-syarat sugesti adalah sebagai berikut.
1)    Menurut Thomas Brown, setiap asosiasi yang terjadi pada jiwa individu adalah suatu gejala sugesti.
2)    Menurut Cantril, sugesti terjadi apabila seseorang individu dihinggapi oleh situasi yang kritis dan individu tidak dapat membuat ketentuan yang pasti.
d.    Macam-Macam Sugesti
       Dari uraian tentang pengertian sugesti, yang membagi macam-macam sugesti sesuai dengan sasaran ketika sugesti tersebut akan diterapkan. Macam-macam sugesti adalah auto sugesti dan hetero sugesti.
1)    Auto sugesti adalah suatu proses sugesti yang diberikan kepada diri sendiri sehingga akan diperoleh tingkah laku yang lebih meningkat dari sebelumnya.
2)    Hetero sugesti adalah suatu proses sugesti yang berlangsung dan ditujukan kepada individu lain agar dapat dipengaruhi sesuai maksud individu yang memberi pengaruh.
e.    Hukum – Hukum Sugesti
       Dengan melihat berlangsungnya sugesti, Sidis memberikan gambaran hukum sugesti sebagai berikut.
1)    Bertambahnya sugesti sebanding dengan bertambahnya perpecahan atau pertentangan daripada keutuhan kesadarannya.
2)    Bertambahnya sugesti pada orang-orang normal terlaksana secara tidak langsung daripada sugesti yang secara langsung.
3)    Bertambahnya sugesti pada orang-orang tidak normal terlaksana secara langsung daripada sugesti yang secara tidak langsung.
       Baik sugesti secara langsung maupun sugesti secara tidak langsung bermaksud untuk menempatkan kembali sistem tingkah laku pada situasi tertentu yang dihadapi individu bersangkutan.
f.     Faktor-Faktor yang Mempercepat Sugesti
       Suatu peristiwa sugesti yang terjadi, dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor baik dari dalam individu maupun dari luar individu.
       Faktor – faktor tersebut, antara lain disebabkan oleh hal-hal berikut.
1)    Karena hambatan berfikir. Keadaan seseorang yang berbeda dengan keadaan yang normal menyebabkan individu tersebut mudah disugesti.
       Misalnya, keadaan lelah dan sakit.
2)    Karena pikiran terpecah – belah. Keadaan seseorang yang menghadapi bermacam – macam hal, menyebabkan individu tersebut mudah disugesti.
       Misalnya, seorang mahasiswa yang memikirkan belajarnya, keadaan tempat kos, keadaan keluarganya yang ada di desa, memikirkan pacarnya, dan sebagainya.
3)    Karena keadaan otoritas. Hal-hal yang merupakan hak milik individu menyebabkan individu yang bersangkutan mudah memberi sugesti dan mudah diterima oleh individu lain.
       Misalnya, orang yang pandai, ahli, berpengaruh, dan sebagainya.
4)    Karena keadaan mayoritas menyebabkan individu mudah terkena sugesti oleh individu lain.
       Misalnya, individu yang bersama-sama individu lain saat melihat sepak bola.
5)    Karena keaddan will to believe. Keadaan yang berfungsi untuk lebih meyakinkan menyebabkan individu lebih mudah dikenai sugesti.
       Misalnya, seorang mahasiswa diberi pengumuman tentang pekan sunyi saat menjelang tentamen oleh temannya.
3. Identifikasi
a.      Timbulnya identifikasi sebagai dasar interaksi social
Menurut Sigmund Freud, setiap individu mempunyai nafsu untuk menempatkan diri pada situasi tertentu ketika individu itu berada bersama-sama individu lain.
Akan tetapi, nafsu tersebut terkadang tidak dapat terpenuhi dan individu tidak dapat menempatkan diri sehingga sukar untuk bertingkah laku.
Maka dari itu individu mengadakan identifikasi sosial terhadap individu lainnya agar nafsu tersebut dapat terpenuhi. Sehingga dapat berinteraksi dengan individu lainnya.
Menurut Sigmund freud bahwa nafsu-nafsu pada individu seringkali terpendam sehingga perlu bantuan pihak luar untuk menyalurkan nafsu ini.
b.       Definisi
Menurut Sigmund Freud, identifikasi adalah dorongan untuk menjadi identik (sama) dengan individu lain. Sejak manusia memiliki kesadaran egona, identifikasi merupakan alat yang penting bagi dirinya untuk saling berhubungan dengan yang lain.
Ahli lain berpendapat bahwa identification server as a fashion of a model. The mechanism of identification functions widely in social situation.
Identifikasi juga diartikan sebagai alat untuk sosialisasi individu dalam kehidupan sehari-hari.
c.        Proses dan tujuan
Identifikasi yang berlangsung pada diri individu, pertama-tama secara tidak disadari artinya individu yang bersangkutan melakukan suatu tingkah laku seperyi tingkah laku orang lain adanya/disertai perasaan dan pemikiran.
Di lain pihak, proses identifikasi bersifat irasional. Proses tersebut seakan-akan tidak mungkin dilakukan, tetapi proses tersebut tetap berlangsung dan apapun hasilnya tidak menjadi persoalan baginya.
Tujuan proses identifikasi adalah indiviu yang bersangkutan ingin mempelajri tingkah laku individu lain walaupun tanpa disadari sebelumnya dan umumnya proses ini berlangsung lama serta baru disadari apabila proses tersebut telah mencapai suatu hasil.
4.      Simpati
a.       Timbulnya simpati
Simpati berasal dari adanya self interest yang ada pada masing-masing individu dan dicerminkan dalam bentuk tingkah laku.
Dalam kehidupan bermasyarakat, self interest menunjukkan fungsinya sehingga kehidupan individu berlandaskan mencari keuntungan belaka. Oleh karena itu, kehidupan bersama sebenarnya tidak perlu diadakan.
Adam Smith menambahkan bahwa kehidupan bersama itu ada karena masing-masing individu memiliki apa yang disebut dengan moral sentiment, yaitu suatu kekuatan dan dinamika individu yang tersembunyi pada diri individu. Inti dari bekerja sama, membantu teman, dan sebagainya sehingga bagaimanapun juga kehidupan bersama tersebut tetap harus ada pada individu.
b.       Definisi simpati
Ada yang berpendapat bahwa simpati adalah suatu relasi kerja sama antara dua atau lebih individu yang menjamin saling pengertian. Simpati merupakan salah satu dasar untuk menjalin interaksi social.
Perumusan lain dari simpati adalah perasaan tertariknya individu yang satu terhadap individu lain.
Simpati adalah suatu proses tertariknya seorang individu kepada individu lain dalam keadaan atau situasi sosial.
c.        Proses dan tujuan simpati
Proses terjadinya simpati adalah atas dasar penilaian perasaan dan umumnya rasa tertarik. Proses simpati berlangsung secara perlahan-lahan, disadari dan berkembang secara wajar di dalam interaksi social, memerlukan waktu yang cukup panjang dan disertai dedikasi anatarmereka.
Tujuan simpati adalah agar terciptanya suasna kerja sama dan saling pengertian oleh karena dorongan utamanya adalah ingin mengerti dan ingin bekerjasama diantara mereka.
d.       Macam-macam simpati
Beberapa simpati menurut para ahli:
1.       Adam Smith, membagi simpati menjadi:
a.       Simpati yang menimbulkan respon cepat, hampir seperti reflex.
Misalnya: melihat orang memanjat pohon sampai tinggi menjadi ngeri.
b.      Simpati yang sifatnya lebih intelektual.
Misalnya, mengucapkan selamat apabila teman meraih sukses.


2.      Herbert Spencer, membagi simpati menjadi:
a.       Perspectively presentative, Simpati yang timbul secara cepat, seperti refleks.
Misalnya, melihat orang dipukul seperti ada rasa sakit.
b.      Representative, Simpati yang sadar refleksi.
Misalnya, mengucapkan selamat atas kedatangan tamu.
c.       Re-representative sympathy, Simpati yang kadar intelektualnya lebih tinggi.
Misalnya, mengucapkan rasa salut atas keberhasilan seseorang yang membanyu adiknya sampai menjadi sarjana.
3.       Theodore Ribot, membagi simpati menjadi:
a.       Tipe primitive atau otomatis artinya simpati yang dapat diterangkan dengan respon bersyarat.
b.      Tipe reflektif artinya simpati yang menimbulkan kesadaran kepada diri sendiri.
c.       Tipe intelektual artinya simpati yang bersipat umum dan lebih abstrak.
4.      Max Scheler, membagi simpati menjadi:
a.       Meteinander fuhlung, artinya Simpati yang prosesnya berlangsung dengan spontan
b.      Gefuhlsantechung, artinya Simpati yang prosesnya atas dasar perasan tertekan, dapat di sebut transpathy..
c.       Einsfuhlung, artinya Simpati yang proses berlangsungnya atas dasar identifikasi perasaan, di sebut juga empati.
d.      Simpati yang proses berlangsungnya atas dasar identifikasi perasaan.
e.       Simpati yang proses berlangsungnya atas dasar perasaan masing-masing individu sehingga dapat terjadi perbedaan
f.       Mitgefuhl, artinya Simpati yang proses berlangsungnya atas dasar perimbangan perasaan orang lain dan bersifat positif.
g.      Menchenliebe, artinya Simpati yang proses berlangsungnya atas dasar penghargaan dan penghormatan pada individu lain. Dapat berbentuk altruism dan filantropi.
h.      Akos misch person und gottes liebe, artinya Simpati yang proses berlangsungnya atas dasar penytuan jiwa dengan Tuhan.
C.    BENTUK-BENTUK INTERAKSI SOSIAL
Bentuk-entuk interaksi sosial antara lain dikemukakan oleh Merton Deuttah, Park dan Burgess serta Krout.
1. Marton Deuttah
a.       Kerjasama( Cooperation)
(1)   Pada pokokna kerja sama diartikan sebagai terpusatnya berbagai usaha secara langsung untuk tujuan terpisah.
Hal ini merupakan kesesuaian dengan situasi ketika tujuan akhir tidak dapat dicapai dengan usaha individu secara khusus. Ada pula yang menunjukkan bahwa kerja sama adalah suatu bentuk interaksi social ketika tuuan anggota kelompok yang satu berkaitan erat dengan tujuan anggota yang lain atau tujuan kelompok secara keseluruhan sehingga dapat mencapai tujuan apabila individu lain juga mencapai tujuan.
(2)   Proses timbulnya kerja sama
Proses timbulnya kerja sama apabila individu menyadari bahwa mereka mempunyai tujuan yang sama pada saat yang bersamaan mempunyai cukup pengetahuan dan pengendalian diri untuk memenuhi kebutuhan tersebut.
Perlu disadari bahwa tujuan bersama merupakan perpaduan/kepentingan masing-masing individu anggota kelompok sehingga masing-masing anggota menyediakan tenaga untuk saling membantu dan saling memberi/menerima pengaruh dari anggota lain.
(3)   Macam-macam kerja sama
-        Bargaining adalah salah satu pelaksanaan perjanjian mengenai pertukaran barang dan jasa antara dua organisasi atau lebih
-        Cooperation adalah suatu proses penerimaan unsur-unsur baru dalam kepemimpinan atau pelaksanaan politik dalam suatu organisasi sebagai salah satu cara untuk menghindari terjadinya keguncangan dalam stabilitas organisasi yang bersangkutan
-        Coalition adalah kombinasi antar dua organisasi atau lebih yang mempunyai tujuan sama agar organisasi tersebut stabil
-        Joint venture adalah suatu bentuk kerja sama antar dua atau lebih organisasi atau jasa, guna memperoleh suatu kepentingan dalam waktu yang sama.
b.      Persaingan
(1)   Persaingan adalah suatu bentuk interaksi social ketika seorang individu dapat mencapai tujuan sehingga individu lain akan terpengaruh dalam mencapai tujuan tersebut.
ahli lain berpendapat bahwa persaingan adalah proses sosial dimana suatu individu atau kelompok saling berusaha dan berebut untuk mencapai keuntungan dalam waktu yang bersamaan.
Proses persaingan itu berlawanan dengan proses kerja sama dan disebut dengan rival.
(2)   Bidang-bidang tempat persaingan
Bidang ekonomi, kebudayaan, kedudukan, dan kesukuan/ras.
(3)   Fungsi-fungsi persaingan
o   Persaingan dapat menyalurkan keinginan yang bersifat perorangan atau kelompok.
o   Persaingan sebagai jalan menarik perhatian umum atau masyarakat.
o   Persaingan sebagai sarana seleksi atas dasar seks atau kesosialan untuk memberi peranan/kedudukan.
o   Persaingan sebagai alat seleksi individu agar pembagian.
2.      Park dan Burgess
1.      Persaingan (Competition)
Kerjasama adalah suatu bentuk interaksi sosial dimana adanya tujuan kelompok yang sama sehingga individu hanya dapat mencapai tujuan apabila individu lainnya juga mencapai tujuan.


2.      Pertentangan
o   Pengertian
Pertentangan adalah suatu bentuk interaksi sosial dimana seseorang individu atau kelompok dapat mencapai tujuan maka individu atau kelompok yang lain akan hancur.
o   Sebab-sebab konflik
-        Adanya perbedaan pendirian atau perasaan antar individu sehingga terjadi konflik diantara mereka.
-        Adanya perbedaan kepribadian diantara mereka yang disebabkan oleh latar belakang kebudayaan.
-        Adanya perbedaan kepentingan individu atau kelompok di antara mereka.
-        Adanya perubahan-perubahan social yang cepat dalam masyarakat karena perubahan nilai/system yang berlaku.
o   Bentuk-bentuk pertentangan
-        Pertentangan pribadi, artinya pertentangan yang berlangsung antar dua orang.
-        Pertentangan rasial, artinya pertentangan antarsuku bangsa yang ada.
-        Pertentangan kelas social, artinya pertentangan antar kelas yang ada dalam masyarakat.
-        Pertentangan politik, artinya pertentangan yang menyangkut golongan di masyarakat.
-        Pertentangan internasional, artinya pertentangan antarnegara yang disebabkan oleh perbedaan kepentingan.
o   Akibat-akibat pertentangan
-        Bertambahnya rasa solidaritas antaranggota.
-        Hancurnya atau retaknya kesatuan kelompok.
-        Adana erubahan kepribadian individu.
-        Hancurnya harta benda dan jatuhnya korban manusia.
3.      Persesuaian(Accomodation)
Penyesuaian adalah usaha-uasaha untuk mencapai kestabilan atau mengatasi ketegangan-ketegangan.
o   Tujuan akomodasi antara lain:
-        Mengurangi pertentangan antarindividu atau kelompok sebagai akibat perbedaan paham.
-        Mencegah meledaknya pertentangan yang bersifat sementara.
-        Memungkinkan kerjasama antara kelmpok-kelompok social sebagai akibat psikologis atau kebudayaan.
-        Untuk mengusahakan peleburan antara kelompok-kelompok social yang terpisah.
o   Bentuk-bentuk akomodasi
-        Coercion, suatu bentuk akomodasi yang prosesnya berlangsung secara paksaan.
-        Compromise, suatu bentuk akomodasi ketika pihak-pihak yang terlibat mengurangi tuntutannya agar tercapai suatu penyelesaian.
-        Arbitration, suatu bentuk akomodasi ketika pihak-pihak yang saling bertentangan tidak sanggup mencari penyelesaian sekarang.
-        Mediation, suatu bentuk akomodasi ketika proses penyelesaian dilaksanakan dengan meminta bantuan pihak ketiga.
-        Consiliation, suatu bentuk akomodasi yang prosesnya melalui pemufakatan dari keinginan pihak-pihak yang berselisih agar tercapai persetujuan.
-        Toleration, bentuk akomodasi yang proses penyelesaiannya atas dasar persetujuan formal.
-        Stalemate, suatu bentuk interaksi social ketika pihak-pihak yang berselisih berhenti pada keadaan tertentu karena keduanya memiliki kekuatan seimbang.
-        Adjucation, suatu bentuk akomodasi yang proses pencapaian persetujuannya melalui suatu pengadilan.
o   Hasil-hasil yang dicapi akomodasi
-        Terjadinya integrasi di dalam masyarakat.
-        Dapat menekan oposisi.
-        Sebagai sarana koordinasi dari kepribadian yang berbeda.
-        Terjadinya perubahan yang sesuai dengan keadaan baru.
-        Terjadinya perubahan kedudukan.
-        Membuka jalan kea rah asimilasi.
4.      Perpaduan/Asimilasi
o   Pengertian asimilasi
Perpaduan adalah suatu proses sosial dalam taraf kelanjutan, yang ditandai dengan adanya usaha-usaha mengurangi perbedaan-perbedaan yang terdapat diantara individu-individu atau kelompok-kelompok dan juga merupakan usaha-usaha untuk mempertinggi kesatuan tindak, sikap dan proses-proses mental dengan memperhatikan kepentingan-kepentingan/tujuan bersama.
o   Proses asimilasi
Diawali dengan adanya perbedaan kepentingan atau tujuan dari masing-masing individu atau kelompok ketika mereka saling mempertahankan pendapat masing-masing, kemudian mereka saling mengadakan pendekatan sehingga timbullah sikap yang sama dan akhitnya dikuti dengan terjadinya interaksi seara langsung dalam waktu yang cukup lama. Akibatnya kedua belah pihak kemudia saling mengadakan penyesuaian diri.
o   Factor-faktor yang mempercepat proses asimilasi
-        Toleransi dari kedua belah pihak.
-        Keseimbangan dari keduanya.
-        Sikap terbuka.
-        Persamaan unsur kebudayaan dari keduanya.
-        Perkawinan campuran.
-        Ancaman bersama dari luar.
o   Bentuk-bentuk asimilasi
-        Alienation, suatu bentuk asimilasi ketika individu kurang baik dalam interaksi sosialnya.
-        Stratification, suatu proses ketika individu yang mempuyai kelas, kasta, tingkat, atau status memberi batas yang jelas dalam masyarakat.
3.      Krout
a.       Komensialisme artinya suatu interaksi sosial yang dilaksanakan tanpa adanya perjanjian terlebih dahulu.
b.      Parasialisme artinya suatu interaksi sosial yang hanya menguntungkan salah satu pihaksaja.
c.       Mutualisme artinya suatu interaksi sosial yang menguntungkan kedua belah pihak.
d.      Sosiality artinya suatu nteraksi sosialyang bersifat kemasyarakatan.
D.    TEORI-TEORI INTERAKSI SOSIAL
Ada dua teori penting dalam interaksi sosial yaitu:
a.      Bales
a.      Aspek-aspek interaksi social
1)      Situasi adalah suatu suasana dimana tingkah laku masing-masing individu tersebut berlangsung.
2)      Aksi/interaksi adalah suatu tingkah laku yang tampak sebagai pernyataan pribadi.
3)      Setiap aksi adalah interaksi sebab aksi/interaksi selalu menghubungkan subjek dengan objek atau situasi tertentu.
b.      Macam-maca interaksi social
a)      Interaksi anara individu dengan diri pribsdi
b)      Interaksi anara individu dengan individu
c)      Interaksi anara individu dengan kelompok
d)      Interaksi anara kelompok dengan kelompok
c.       Fase-fase dalam interaksi social
1.      Dalam interaksi terdapat aspek-aspek, artinya setiap interaksi harus memenuhi aspek-aspek tersebut di atas.
2.      Dalam interaksi social ada dimensi waktu, artinya interaksi social pasti memiliki waktu untuk digunakan berinteraksi.
3.      Dalam interaksi social apa problem yang timbul, baik bersifat individu maupun bersama, dan dapat terjadi antara problem tersebut saling bertautan saru sama lain.
4.      Dalam interaksi social timbul ketegangan dalam penyelesaian problem yang ada, ketegangan yang ada pada setiap individu.
5.      Dalam interaksi social timbul suatu integrasi, artinya proses penyelesaian dari problem yang ada.
d.      Kriteria untuk analisis interaksi
1)      Bidang sosio-emosional terbagi menjadi reaksi positif dan reaksi negative.
o   Reaksi positif
-        Solidaritas, pemberian bantuan, dan pemberian hadiah.
-        Ketegangan, kepuasan, dan kebahagiaan.
-        Kesetujuan, penerimaan, dan pengertian.
o   Reaksi negative
-        Pertentangan dan mempertahankan pendapat sendiri.
-        Ketegangan dan acuh tak acuh.
-        Ketidaksetujuan, penolakan dan formalitas.
2)      Bidang tugas terbagi menjadi memberi jawaban dan memberi tugas-tugas.
o   Memberi jawaban meliputi memberi:
-        Saran dan tujuan.
-        Pendapat, penelitian dan analisis.
-        Informasi, orientasi dan pengulangan.
o   Meminta tugas-tugas, meliputi meminta:
-        Saran, tujuan, dan kegiatan yang positif.
-        Pendapat, penilaian, dan analisis.
-        Orientasi, informasi dan pengulangan.
b.      G.C. Homans
a.      Aspek-aspek dalam interaksi sosial
G.C. Homans membagi sapek-aspek dalam interaksi sosial menjadi:
1.      Adanya motif/tujuan yang sama artinya setiap individu yang mengadakan interaksi mempunyai motif atau tujuan tertentu
2.      Adanya suasana emosional yang sama artinya bahwa setiap individu didorong oleh perasaan masing-masing yang sama dalam interaksi sosial.
3.      Adanya interaksi artinya setiap individu dalam keadaan demikian pasti berhubungan dengan individu lan yang disebut dengan interaksi. Dipandang dari segi individu maka interaksi itu disebut dengan aksi.
4.      Adanya pimpinan, artinya bahwa dengan adanya interaksi, aksi, dan sentiment menimbulkan suatu bentuk pimpinan dan umumnya berlangsung secara wajar serta merupakan bentuk piramida.
5.      Adanya eksternal system, artinya bahwa dengan adanya interaksi dan sentiment mereka tidak dapat melepaskan diri dari pengaruh luar.
6.      Adanya internal system, artinya untuk menanggulangi pengaruh dari luar, masing-masing individu yang berinteraksi social semakin memperkuat dirinya masing-masing, seperti menciptakan kesamaan pandangan, kesadaran, perbuatan, yang ini semua menimbulkan internal system.
a.      Hipotesis dari G.C Homans
        Hipotesis 1 :            Apabila interaksi antara anggota kelompok semakin sering, sentiment tertarik makin besar, dan kemudia sentiment ini mendorong makin besarnya interaksi.
Dua pertanyaan yang timbul dengan hipotesis 1 :
1)      Bagaimana hipotesis tersebut apabila diterapkan pada orang yang saling bermusuhan/tidak menyukai satu sama lain? Sebab pada orang yang saling bermusuhan, makin sering mereka berinteraksi makin menimbulkan antipati.
2)      Bagaimana hipotesis tersebut sehubungan dengan aspek tautology yang ada di dalamnya? Artinya pada tiap kelompok aspek sentiment dan interaksi sudah pasti ada.
Argumentasi dari pertanyaan
1.      Pada orang-orang yang saling bermusuhan, maka orang tersebut bukanlah orang-orang yang berada pada satu kelompok.
2.      Aspek tautology memang ada pada orang-orang yang sedang berada dalam satu kelompok. Namun hipotesis ini meninjau dari aspek tautologi setelah mengalami perkembangan.
                                           
        Hipotesis 2 :            Menurut interaksi dengan orang-orang di luar kelompok, yang diikuti rasa tidak senang kepadanya, mengakibatkan makin naiknya interaksi di dalam kelompok, dan sekaligus berarti menaiknya rasa tertarik di dalam kelompok.
Hipotesis ini sangat tepat diterapkan pada kelompok yang kuat dan tertutup atau pada masyarakat yang primitive.
        Hipotesis 3 :            Makin tinggi kedudukan seseorang di dalam kelompok, makn banyak kesediaannya untuk menaati norma-norma yang ada.
Sebaliknya juga berlaku:
Makin banyak kesediaan menaati norma-norma yang ada,  makin terpandang oleh anggota-anggota lainnya. Makin tinggi kedudukan orang itu di dalam kelompok.
Hipotesis ini sangat tepat diterapkan pada kelompok gelandangan, gang, klik dan masyarakat yang primitive. Artinya bagi anggota yang tinggi kedudukannya dalam kelompok, mereka paling taat pada norma kelompokna.
        Hipotesis 4 :            Anggota kelompok yang mempunyai kedudukan yang lebih tinggi akan menghubungi anggota di bawahnya lebih sering daripada yang bawah menghubungi atasannya.
        Hipotesis 5 :            Apabila dua orang berhubungan, makin sering orang mengambil inisiatif untuk menghubungi temannya, makin hormat orang ini kepadanya.
Hipotesis ini tepat di terapkan pada kelompok atau masyarakat yang memiliki kehidupan yang homogeny sehingga kurang dirasakan perbedaan kehidupan antara anggota satu dengan yang lain.
Namun hipotesis ini tidak berlaku pada kehidupan kelompok atau masyarakat  maju yang kehidupan mereka telah bersifat heterogen. Hipotesis ini juga tidak berlaku apabila diterapkan pada masyarakat yang ada jurang pemisahnya/jurang kelas social.


BAB 3
KELOMPOK SOSIAL
Individu sebagai makhluk social tidak bisa dihindarkan dengan interaksi social dan bentuk-bentuk interaksi social yang di jalin telah diuraikan.
Di lain pihak, individu juga tidak dapat dilepaskan dari situasi tempat ia berada dan situasi ini sangat berpengaruh terhadap kelompok yang terbentuk akibat situasi tersebut.
A.    MACAM-MACAM KELOMPOK
Situasi yang dihadapi individu terbagi atas dua macam yaitu:
1.      Situasi kebersamaan
Situasi kebersamaan artinya suatu situasi dimana berkumpul sekumpulan individu secara bersama-sama.
Suatu kebersamaan ini menimbulkan kelompok kebersamaan yakni suatu kelompok individu yang berkumpul dalam suatu ruang dan waktu yang sama tumbuh dan mengerahkan tingkah laku secara spontan. Kelompok ini juga disebut dengan massa atau crowd.
Menurut Kinch ciri-ciri massa adalah
-        Bertanggungjawab dalam waktu yang relative pendek.
-        Para pesertanya berhubungan secara fisik ( mis. Berdesak-desakan).
-        Kurang adanya aturan yang terorganisir.
-        Interaksinya bersifat spontan.
Macam-macam dari kerumunan
1.      Crowd (kerumunan) adalah kelompok individu yang untuk sementara menunjukkan kesatuan perasaan dan aksi, disebabkan kenyataan bahwa perhatian mereka berpusat pada objek, bahan, atau ideal yang sama.
2.      Mobs adalah suatu kerumunan yang aktif yang menyebabkan kerusakan-kerusakan.
3.      Aggressive adalah suatu bentuk kerumunan yang mengarah pada penghancuran dan perusakan.
4.      Exope adalah suatu bentuk tingkah laku kolektif yang lahir dari kemudahan-kemudahan menghadapi ancaman, sehingga lebih berbentuk suatu aktivitas/gerakan massa yang berbondong-bondong melarikan diri dari sumber ancaman atau bahaya.
5.      Acquisitive adalah kualitas hasrat yang besar untuk memperoleh sesuatu dan memilikinya.
6.      Expressive adalah suatu bentuk tingkah laku massa yang lebih berbentuk lontaran dan cetusan perasaan sesaat saja.
7.      Audience atau secondary crowd adalah terbentuknya suatu kelompok karena adanya penggerak yang sama.
8.      Casual adalah suatu kerumunan massa, yang terbentuknya tidak direncanakan lebih dahulu.
9.      Intensional adalah suatu bentuk kerumunan massa yang terbentuknya direncanakan terlebih dahulu.
10.  Recreational adalah suatu kerumunan yang terbentuk dalam kesempatan rekreasi dan mencari kesenangan.
11.  Information seeking adalah suatu kerumnan yang berbentuk usaha dari individu-individu di dalam kerumunan untuk mendapatkan kepastian suatu informasi yang masih belum jelas.
12.  Lynching adalah suatu bentuk kemarahan massa yang di arahkan pada individu sebagai objek, biasanya berbentuk pengeroyokan sampai terjadi pembunuhan.
13.  Terrorization adalah suatu bentuk kriminalitas massal yang berbentuk terror.
14.  Riot adalah bentuk gerakan massa yang menghancurkan dan merusak lingkungan.
15.  Panic organization adalah perilaku yang berkembang manakala kerumunan pada suatu kelompok menjadi histeris atau kacau.
16.  Panic in organization adalah perilaku yang berkembang manakala kerumunan pada suatu kelompok tidak menjadi histeris atau kacau


2.      Situasi kelompok social
Situasi kelompok sosial artinya suatu situasi dimana terdapat dua individu atau lebih yang telah mengadakan interaksi sosial yang mendalam satu sama lain.
Situasi kelompok social tersebut menyebabkan terbentuknya kelompok social., artinya suatu kesatuan social yang terdiri atas dua atau lebih individu yang telah mengadakan interaksi social yang cukup intensif dan teratur sehingga diantara individu itu sudah terdapat pembagian tugas, struktur, dan norma-norma tertentu.
Secara umum kelompok social diikat oleh beberapa factor berikut.
a)      Bagi anggota kelompok, suatu tujuan yang realistis, sederhana dan memiliki nilai keuntungan bagi pribadi.
b)      Masalah kepemimpinan dalam kelompok cukup berperan dalam menentukan kekuatan ikatan antaranggota
c)      Interaksi dalam kelompok secara seimbang merupakan alat perekat yang baik dalam membina kesatuan dan persatuan anggota.
Dari suatu kelompok social dapat menimbulkan bermacam-macam kelompok social.
1)      Charles H. Cooley membagi kelompok menjadi:
a)      Kelompok primer, artinya suatu kelompok yang anggota-anggotanya mempunyai hubungan/interaksi yang lebih intensif dan lebih erat antaanggotanya
b)      Kelompok sekunder, artinya suatu kelompok yang anggota-anggotanya saling mengadakan hubungan yang tidak langsung, berjauhan dan formal, dan kurang bersifat kekeluargaan.
2)      Crech dan Curtchfield membagi kelompok menjadi:
a.       Kelompok stabil adalah kelompok yang strukturnya terus tetap, tidak berubah dalam jangka waktu yang cukup lama.
b.      Kelompok tidak stabil adalah kelompok yang mengalami perubahan progresif meskipun tanpa terdapat variasi-variasi yang cukup penting dari situasi internal.


3)      French membagi kelmpok menjadi:
a.       Kelompok terorganisir adalah kelompok yang menunjukkan secara tegas lebih memiliki kebebasan social, perasaan kita, ketergantungan, kesamaan berpartisipasi dalam kegiatan kelompok, motivasi, frustasi, dan agresi terhadap anggota kelompok lain.
b.      Kelompok tidak terorganisir adalah kelompok yang sedikit sekali kemungkinan bahwa individu akan dipengaruhi oleh apa yang dikerjakan orang lain.

B. DEFINISI DAN CIRI-CIRI KELOMPOK SOSIAL
1.      Definisi Kelompok social
a.      Muzafer Sherif
Kelompok sosial adalah suatu kesatuan sosial yang terdiri dari dua atau lebih individu yang telah mengadakan interaksi sosial yang cukup intensif dan teratur sehingga diantara individu itu sudah terdapat pembagian tugas, struktur, dan norma-norma tertentu.
b.      Menurut Newcomb, Turner dan Converse
Sejumlah orang-orang, dilihat sebagai kesatuan tunggal, merupakan satu kelompok sosial, tetapi kita terutama mempunyai perhatian terhadap interaksi kelompok dan terhadap ciri-cirinya yang relatif stabil.
2.      Ciri-ciri Kelompok Sosial
a.      Muzafer Sherif mengungkapkan tentang ciri-ciri kelompok sosial yaitu :
1)      Adanya dorongan / motif yang sama pada setiap individu sehingga terjadi interaksi sosial sesamanya dan tertuju dalam tujuan bersama.
2)      Adanya reaksi dan kecakapan yang berbeda diantara individu satu dengan yang lain akibat terjadinya interaksi sosial.
3)      Adanya penegasan dan peneguhan norma-norma pedoman tingkah laku anggota kelompok yang mengatur interaksi dan kegiatan anggota kelompok dalam merealisasi tujuan kelompok.
b.      George Simmel mengungkapkan tentang ciri-ciri kelompok sosial yaitu :
1)      Besar kecilnya jumlah anggota kelompok sosial
2)      Derajat interaksi sosial dalam kelompok sosial
3)      Kepentingan dan wilayah
4)      Berlangsunggnya suatu kepentingan
5)      Derajat organisasi
c.       Kurt Lewin mengungkapkan ciri kelompok sosial adalah
            “The essence of a group is not the similarity or dissimilatary of its members but their interdependence, a group can be characterize as a dynamical whole ; this mean that a change in the state of any other subpart the degree of  interdependence of suports of members of the group varies all the way from a loose mass to a compact unit “
C.    PEMBENTUKAN DAN EFEKTIVITAS KELOMPOK SOSIAL
1.      Pembentukan Kelompok Sosial
Pembentukan kelompok sosial  oleh Hoggarth dan J.J Moreno
a.       Hoggart
Menggunakan studi komparatif anatra metode individual dan metode kelompok dalam pelajaran ilmu pasti.
b.      J.J Moreno
Menggunakan sosiometri yaitu suatu metode yang efisien dalam memiliki, tentang pembentukan kelompok sosial dan seberapa jauh peranan seorang individu dalam kelompokknya.
Untuk mendapatkan data sosiometri, dapat menggunakan angket. Biasanya angket ada dua tipe pilihan yaitu :
1)      Single Choice, yaitu seorang anggota kelompok hanya diberi kesempatan untuk memberi jawaban tentang siapa teman yang paling disenangi tau paling tidak disenangi.
2)      Double Choice, yaitu seorang anggota kelompok diberi kesempatan untuk memberi jawaban spesifik.
2.      Efektivitas Kelompok Sosial
Pendapat tentang efektivitas kelompok sosial antara lain :
a)      Menurut Floyd Ruch
Suasana kelompok yang dimaksud adalah situasi yang mengakibatkan setiap anggota kelompok merasa senang tinggal di dalam kelompok tersebut.
Suasana tersebut menyangkut hal-hal sebagai berikut :
1)      Keadaan fisik tempat / kelompok
2)      Treat reduction (rasa aman)
3)      Distributive leadership (kepemimpinan bergilir)
4)      Goal formulation (perumusan tujuan)
5)      Flexibility (fleksibilitas)
6)      Consensus (mufakat)
7)      Proces awarences (kesadaran berkelompok)
8)      Continual evaluation (penilaian kontinu)
b)     Menurut Crech dan Curtcfield
Kelompok menjadi efektivitas apabila :
1)      Merupakan suatu saluran pemenuhan kebutuhan afilasi yaitu kebutuhan berkawan, dukungan, dan cinta kasih.
2)      Merupakan suatu sarana mengembangan, memperkaya, serta memantapkan rasa harga diri dan identitasnya.
3)      Merupakan sarana pencarian kepastian dan pengetes kenyataan kehidupan social.
4)      Merupakan sarana memperkuat perasaan aman, tenteram dan berkuasa atas kemampuannya dalam menghadapi musuh dan ancaman yang sama secara bersama.
5)      Merupakan suatu ketika suatu tugas kerja dapat diselsaikan anggota yang menerima beban tanggung jawab, seperti tugas pemberian informasi atau membantu teman yang sakit.
D.    KEPEMIMPINAN DALAM KELOMPOK SOSIAL
1.      Sejarah Kepemimpinan
Timbulnya kepemimpinan antara lain:
a.      Gustave le Bon
Segala tingkah laku dari pimpinan yang kemudian dapat memberi pengaruh kepada individu-individu lain disebut dengan kepemimpinan yaitu suatu daya besar dapat memberikan kehidupan kepada yang dipimpin.
b.      Sigmund Freud
Freud mengakui bahwa setiap individu mempunyai nafsu untuk menempatkan diri seperti individu lain. Akan tetapi, sebagian kecil saja diantara mereka yang dapat mewujudkan nafsu mereka sehingga akibatnya nafsu-nafsu ini berada dalam keadaan terpendam.
c.       Erich Fromm
Pada individu yang dapat memberikan kepastian tentang kehidupannya, mereka kemudian menyerahkan bulat-bulat kepadanya, tanpa reserve ataupun tanpa kritik asalkan mereka memperoleh kepastian akan kehidupannya.
2.      Definisi Kepimimpinan
Definisi kepemimpinan ada bermacam-macam antara lain :
a.       Carter dan Hampill berpendapat kepemimpinan adalah mengusahakan akan tindakannya, memelopori struktur interaksi dari orang-orang lain sebagai bagian dari proses pemecahan soal bersama.
b.      Drs.Ngalim Purwanto berpendapat bahwa kepemimpinan adalah tindakan/ perbuatan diantara perseorangan dan kelompok yang menyebabkan baik orang-seorang maupun kelompok maju kearah tujuan-tujuan tertentu.
c.        Ada lagi yang berpendapat kepemimpinan adalah usaha untuk mempengaruhi anggota kelompok agar mereka bersedia menyumbangkan kemampuannya lebih banyak dalam mencapai tujuan kelompok yang telah ditetapkan.
3.      Pendekatan dalam Kepemimpinan
Ada dua macam pendekatan kepemimpinan yaitu :
a.      Pendekatan sifat-sifat (trait approach)
Pendekatan ini dimulai dari usaha untuk mengidentifikasi cirri-ciri seorang pemimpin yang berhasil.
b.      Pendekatan tingkah laku (behavioral approach)
Pendekatan ini memandang bahwa kepemimpinan dapat dipelajari dari pola tingkah laku dan cirri-ciri pemimpin.
4.      Tujuan Kepemimpinan
Ada beberapa tujuan kepemimpinan antara lain :
a.       Tujuan organisasi dimaksudkan untuk memajukan organisasi yang bersangkutan dan menghindarkan diri dari maksud-maksud yang irasional organisasi yang ada.
b.      Tujuan kelompok dimaksudkan untuk menanamkan tujuan kelompok pada masing-masing anggota sehingga tujuan kelompok dapat segera tercapai.
c.       Tujuan pribadi anggota kelompok berguna untuk memberi pengajaran, pelatihan, penyuluhan, dan konsultasi bagi tiap anggota kelompok sehingga anggota kelompok dapat mengembangkan pribadnya.
d.      Tujuan pribadi pemimpin dimaksudkan untuk memberi kesempatan pada pimpinan untuk berkembang dalam tugasnya.
5.      Macam-Macam Kepemimpinan
Macam-macam kepemimpinan dapat dikemukakan sebagai berikut :
a.       Lippite dan Whyte berpendapat ada tiga macam kepemimpinan yaitu :
1)      Kepemimpinan otokrasi
2)      Kepemimpinan demokrasi
3)      Kepemimpinan liberal
b.      Max Weber berpendapat sebagai berikut :
1)      Kepemimpinan Karismatik, suatu bentuk kepemimpinan yang diangkat berdasarkan kepercayaan yang datang dari lingkungan..
2)      Kepemimpinan Tradisional, suatu bentuk kepemimpinan yang pimpinannya diangkat atas dasar tradisi yang berlaku ada masyarakat.
3)      Kepemimpinan yang rasional dan legal, suatu bentuk kepemimpinan yang diangkat atas dasar pertimbangan pemikiran tertentu dan penunjukkan langsung.
c.       W.C Whyte berpendapat sebagai berikut :
1)      Kepemimpinan Operasional, pimpinannya diangkat atas dasar banyaknya inisiatif atau aktivitas yang dilaksanakannya.
2)      Kepemimpinan Popularitas, pimpinannya diangkat atas dasar kepopuleran dari pemilihnya.
3)      Kepemimpinan Talent, bentuk kepemimpinan berdasarkan kecakapan tertentu yang dimiliki oleh seseorang.
4)      Kepemimpinan Perwakilan, bentuk kepemimpinan yang diangkat menjadi wakil dari kelompok tertentu sehingga ada pimpinan pusat yang merupakan gabungan dari pimpinan kelompok.
d.      Lingrend berpendapat sebagai berikut :
1)      Kepemimpinan Parental, pimpinanya bersikap sebagai keluarga.
2)      Kepemimpinan Expert, pimpinannya diangkat berdasarkan kecakapan atau keahlian yang dimiliki oleh seseorang.
3)      Kepemimpinan Artist, pimpinannya diangkat atas dasar keterkenalan individu pada lingkungannya.
4)      Kepemimpinan Manipulator, pimpinannya mengunakan pendukung untuk kepentingan pribadi.
e.       Keit Davis berpendapat sebagai berikut :
1)      Kepemimpinan Positif
2)      Kepemimpinan Negatif
f.       Erich Fromm berpemdapat ebagai berikut :
1)      Kepemimpinan Menerima
2)      Kepemimpinan Menyerang atau menggunakan
3)      Kepemimpinan Menimbun
4)      Kepemimpinan Memasarkan
5)      Kepemimpinan Produktif
6.      Gaya Kepemimpinan
            Gaya kepemimpinan yang ada berhubungan erat dengan teori-teori kepemimpinan yang ada sejak dahulu sampai sekarang meliputi :
a.      Trait Theories of Leadership
Teori ini mengatakan bahwa seorang pemimpin adalah dilahirkan dan tidak dibuat. Jadi analisis dari kepemimpinan ini dimulai dengan memusatkan perhatian kepada latar belakang pemimpin itu sendiri.
b.      Group and Exchange Theories of Leadership
Pimpinan berusaha membangun hubungan yang bersifat dua arah sedangkan hubungan dalam kelompok sangat tergantung pada hasil interaksi dua arah.
c.       Fleder Contingency Model of Leadership
Teori ini memusatkan perhatiannya bahwa ada hubungan antara dua gaya kepemimpinan dengan situasi yang menguntungkan dalam kelompok.
d.      Path Goal Leadership Theory
Pada prinsipnya menerangkan bahwa ada pengaruh dari tingkah laku pimpinan yang dapat memotivasi bawahan, keputusan kerja, serta aktivitas bawahan.
e.       Gaya Kepemimpinan Permanen dan Situasional
Kepemimpinan situasional memiliki ikatan psikologis dengan anggota kelompok sedangkan faktor prestasi nomor dua.
Kepemimpinan permanen membutuhkan faktor prestasi untuk memperoleh dukungan anggota kelompok.
7.      Syarat-Syarat Pimpinan
a.      Menurut Floyd Ruch syarat-syarat yang dimaksud adalah :
1)      Social perception, pimpinan harus dapat memiliki ketajaman dalam menghadapi situasi.
2)      Ability in abstract thingking, memiliki kecakapan secara abstrak terhadap masalah yang dihadapi.
3)      Emotional stability, memiliki perasaan yang stabil, tidak mudah terkena pengaruh dari pihak luar.
b.      Menurut Stogdill mengidentifikasi syarat sebagai berikut :
1)      Tinggi dan Besar
2)      Berat Badan
3)      Fisik, energi, dan kesehatan
4)      Kegiatan
5)      Inteligensi
6)      Kepercayaan diri
7)      Kecakapan bergaul
8)      Inisiatif dan ketekunan
9)      Dominasi
10)  Surgensi
11)  Perhatian pada situasi
8.      Tugas-Tugas Pimpinan
Ada beberapa pendapat yang dikemukakan oleh para ahli yaitu :
a.       Floyd Ruch berpendapat bahwa tugas pemimpin :
1)      Structuring the situation, memberi struktur yang jelas terhadap situasi rumit yang dihadapi kelompok.
2)      Controlling group behavior, mengawasi tingkah laku anggota kelompoknya sesuai dengan peraturan yang berlaku.
3)      Spokesman of the group, menjadi juru bicara sebagai wakil kelompoknya pada pihak luar, tentang tujuan kelompok, kegiatan kelompok, ataupun anggota kelompoknya.
b.      Drs.Ngalim Purwanto  berpendapat bahwa tugas pemimpin :
1)      Menyelami kebutuhan dan kegiatan kelompoknya
2)      Memilih kehendak yang realistis dari kelompoknya
3)      Menemukan jalan yang dapat ditempuh untuk mencapai kehendak tersebut.
c.       David W. Johnson berpendapat bahwa tugas pemimpin :
1)      Information and opinion giver, pemberi keterangan dan pendapat.
2)      Information and opinion seeker, pencari keterangan dan pendapat.
3)      Stater, dapat mengendalikan.
4)      Direction giver, pemberi tujuan kelompok yang ingin di capai.
5)      Summaizer, pembuat ringkasan apa yang dikerjakan.
6)      Coordinator, coordinator kelompok dan kegiatan kelompok.
7)      Diagnoser, penganalisis terhadap segala sesuatu yang dihadapi kelompok.
8)      Energizer, pengarah anggota kelompok kea rah kegiatan dan pencapaian tujuan kelompok.
9)      Reality tester, memberi ujian secara reakter terhadap kelompok.
10)  Evaluator, pemberi penilaian terhadap kegiatan kelompok dalam pencapaian tujuan.
9.      Bentuk Hubungan Pimpinan dan Anggota
a.      Dubin memberikan uraian bahwa ada beberapa bentuk hubungan antara pimpinan dengan anggota :
1)      Hubungan seri  yaitu suatu keadaan ketika satu individu hanya mempunyai hubungan dengan satu individu yang lain yang berdekatan
2)      Hubungan radikal yaitu  suatu hubungan yang satu bagian dapat berhubungan dengan lebih dari satu bagian yang lain.
3)      Hubungan sirkular yaitu  suatu hubungan yang mendorong terjadinya hubungan yang terbuka dan partisipasi yang maksimal.
4)      Hubungan yang bersifat kombinasi yaitu dapat berupa hubungan radikal dan sirkular serta hubungan serial dan radikal.
b.      Moreno berpendapat bahwa suatu kelompok terdapat tiga jenis hubungan yang ada yaitu :
1)      Bentuk hubungan rantai (chains)
2)      Bentuk hubungan bintang (star)
3)      Bentik hubungan jala (network)

0 komentar:

Posting Komentar