Sanggar Kegiatan Belajar Berada Pada Posisi Yang Lemah Dalam Hukum

Sanggar Kegiatan Belajar (SKB) dilahirkan tahun 1978 memiliki posisi hukum yang kalah kuat dibanding dengan Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) yang baru lahir dua puluh tahun kemudian.

Memperkenalkan Daerah dengan mengenakan Baju Adat di Apresiasi PTKPAUDNI 2013

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

Pendidikan Luar Sekolah

Pendidikan Luar Sekolah adalah pendidikan yang memberdayakan masyarakat dan membantu menyelesaikan masalah dari potensi SDM yang ada.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

Minggu, 14 April 2013

Perluasan Layanan PAUD Melalui Prinsip 5 K

  Sumber : Subdit Program dan Evaluasi Dit. Pembinaan PAUD

"Pembinaan TK dan PAUD disatukan pembinaanya dalam satu Direktorat berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pendidikan Nasional No. 36 tahun 2010.  Dengan demikian pembinan TK, Kelompok Bermain, dan Satuan PAUD Sejenis (SPS) baik formal, nonformal, maupun informal dibawah naungan Dit. Pembinaan PAUD. Hal tersebut diungkapkan Direktur Pembinaan PAUD Dr. Erman Syamsuddin ketika menerima kunjungan majalah Community Magazine (commagz). Hadir dalam pertemuan tersebut Kasubdit Program dan Evaluasi Dr. Sukiman, M.Pd dan Kasi Evaluasi Program Sudadi, SE, M.Si. (Selasa, 26/3/2013). Pada kesempatan tersebut Dr. Erman Syamsuddin menyampaikan bahwa program jangka pendek dan jangka panjang dari Dit. Pembinaan PAUD adalah meningkatkan perluasan akses dan mutu layanan PAUD. Perluasan akses adalah bagaimana melihat ketersedian layanan PAUD sampai ke pelosok desa/kelurahan, sehingga diharapkan setiap desa/kelurahan di wilayah Indonesia terdapat layanan PAUD, dengan target capaian tahun 2015. Perluasaan layanan PAUD menggunakan prinsip 5 K meliputi : Meningkatkan ketersedian layanan PAUD, Memperluas Keterjangkauan layanan PAUD, Meningkatkan kualitas/mutu dan relevansi layanan PAUD, Mewujudkan kesetaraan dalam memperoleh layanan PAUD Menjamin Kepastian memperoleh layanan PAUD Lebih lanjut Dr. Erman Syamsuddin mengatakan bahwa bentuk dukungan Dit. Pembinaan PAUD terhadap lembaga PAUD yang diselenggarakan masyarakat dalam bentuk pemberian bantuan APE dan dukungan penyelenggaraan program. Selanjutnya Dr. Erman Syamsuddin mengungkapkan bahwa akses layanan  PAUD khusus di Jakarta luar biasa.  Dimana setiap RW terdapat layanan PAUD baik dalam bentuk Pos PAUD maupun Pos Yandu. Tantangan ke depan adalah bagaimana meningkatkan mutu, baik dari segi sarana maupun pendidikan dan tenaga kependidikan.  Ditambahkan Kasubdit Program dan Evaluasi Dr. Sukiman, M.Pd untuk memperluas akses layanan program PAUD pada 12 Desember 2011 bertepatan dengan hari anak nasional telah dicanangkan gerakan Paudisasi oleh Presiden Repuplik Indonesia Susilo Bambang Yodhoyono. Paudisasi adalah merupakan upaya bersama menjadikan PAUD sebagai gerakan nasional. Rencana kedepan dari pengembangan layanan PAUD oleh Dit. Pembinaan PAUD adalah pengembangan program PAUD terpadu yang bertujuan agar anak usia 0-6 tahun dapat terlayani secara integratif melalui berbagai program PAUD. Harapan kedepan dari Dit. Pembinaan PAUD adalah semakin banyak anak usia dini terbelajarkan  dalam program PAUD.  Dengan demikian akan berdampak pada tingginya  angka partisipasi kasar (APK) PAUD ungkap Dr. Erman Syamsuddin mengakhir pembicaraan. (@dr1)"

Pemerintah Diminta Lebih Serius Membina Homeschooling

Warta Paudni. April 1, 2013
Pemerintah Diminta Lebih Serius Membina Homeschooling
JAKARTA. Para pegiat homeschooling/sekolah rumah merasa belum mendapat perhatian yang cukup dari pemerintah. Para pengelola homeschooling komunitas maupun tunggal, yang termasuk dalam pendidikan informal, mengeluhkan layanan yang belum setara dengan siswa pendidikan formal.
Padahal, UU Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20  tahun 2003 pasal 27 telah mengamanatkan bahwa hasil pendidikan informal diakui sama dengan pendidikan formal dan nonformal. Hal tersebut disampaikan Kak Seto, Pendiri sekolah rumah Asah Pena. “Homeschoolers selalu mendapat hambatan bila ingin mutasi ke jalur pendidikan formal, karena mereka tidak memiliki Nomor Induk Siswa Nasional,” ucapnya saat beraudiensi dengan Dirjen PAUDNI, Prof. Dr. Lydia Freyani Hawadi, Psikolog, Senin (1/4).

Selenggarakan Pendidikan Nonformal, Ditjen PAUDNI Apresiasi SILN Singapura

Warta Paudni. March 27, 2013 
Selenggarakan Pendidikan Nonformal, Ditjen PAUDNI Apresiasi SILN Singapura
SINGAPURA. Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini, Nonformal, dan Informal (PAUDNI) memberikan apresiasi yang besar kepada Sekolah Indonesia Luar Negeri (SILN) di Singapura yang telah menyelenggarakan program PAUDNI di samping pendidikan formal.
Demikian dinyatakan oleh Direktur Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini, Nonformal, dan Informal (PAUDNI) Prof. Dr. Lydia Freyani Hawadi, Psikolog saat mengunjungi SILN di Singapura, Kamis (21/3). Kunjungan itu dilakukan di sela-sela kesempatan seusai memberikan sambutan pada Rapat Koordinasi Pendidikan di Batam, Kepulauan Riau.

Selasa, 02 April 2013

Kesehatan Masyarakat: Prof. Dr. Soekidjo Notoatmodjo

BAB 1
KESEHATAN MASYARAKAT
A.   Sekelumit Sejarah Kesehatan Masyarakat
Membicarakan kesehatan masyarakat tidak terlepas dari dua tokoh metologi Yunani, yakni Asclepius dun Higia. Berdasarkan cerita mitos Yunani tersebut Asclepius disebutkan sebagai seorang dokter pertama yang tampan dan pandai meskipun tidak disebutkan sekolah atau pendidikan yang telah ditempuhnya, tetapi diceritakan bahwa ia dapat mangobati penyakit dan bahkan melakukan bedah berdasarkan prosedur prosedur tertentu (surgical procedure) dengan baik.

Dinamika Kelompok : Slamet Santoso

BAB 1
PENGENALAN TERHADAP DINAMIKA KELOMPOK
Adanya konsepsi Moreno dalam bukunya Who shall Survive, mendorong timbulnya pemikiran untuk mempelajari dinamika kelompok – kelompok sebagai objek studi terlepas dari psikologi sosial yang selama ini menjadi pangkal tolak dalam mempelajari dinamika kelompok.
Keadaan demikian dapat dimaklumi karena sejarah perkembangan dinamika kelompok berasal dari perkembangan psikologi pada umumnya dan perkembangan psikologi sosial pada khususnya.
Di lain pihak, psikologi sosial sendiri tumbuh dan berkembang sangat pesat dibandingkan dengan psikologi, sosiologi dan antropologi sehingga objek formal psikologi sosial budaya banyak diambil dari ketiga ilmu tersebut.
Sebagai akibat pertumbuhan dinamika kelompok dari psikologi sosial, keadaan ini berpengaruh dalam mempelajari dinamika kelompok yang terlibat di dalam uraian Bab 1 sampai dengan Bab 4 buku ini.

Psikologi Sosial : THEODORE M. NEWCOMB

Psikologi Sosial : 
THEODORE M. NEWCOMB dkk.

BAB I

MENGAMATI DAN MEMAHAMI INTERAKSI MANUSIA

Mempelajari bagaimana orang-orang berpikir, merasa dan berlaku terhadap orang lain. Sebagaimana halnya dengan mempelajari sesuatu hal lain yang sekaligus penting dan majemuk sifatnya. Ada beberapa hukum umum yang dapat kita andalkan untuka memahami hal-hal yang dilihat sepintas lalu, tidak dapat dengan sendirinya menjadi jelas.

Ada suatu contoh tentang bagaimana suatu observasi biasa menyebabkan timbulnya beberapa pernyataan yang tidak diduga-duga dan tidak enviden tentang kondisi. Sekitar masa Perang Dunia ke II, beberapa psikolog di Universitas California menjadi sangat tertarik pada persoalan-persoalan anti-Yahudi. Oleh karena itu, sangat diperlukan pemahaman terhadap orang-orang yang berprasangka secara khusus maupun mereka yang berprasangka secara umum

Metode pembelajaran PLS : M. Djauzi Moedzakir

BAB I
KONSEP DASAR PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH
1.     Pengertian PLS
Pendidikan Luar Sekolah (PLS) secara ringkas dapat diartikan sebagai segala kegiatan pendidikan yang berlangsung di luar sistem persekolahan. Pendidikan tidak hanya berlangsung disekolah, melainkan juga di dalam keluarga dan di tengah kehidupan masyarakat luas seperti di lembaga pendidikan, di tempat kerja, di tengah pergaulan, dan di tempat-tempat lain yang tidak disengaja untuk pendidikan. Pendidikan di sekolah cenderung disebut sebagai pendidikan formal, pendidikan di keluarga sering disebut pendidikan informal, dan pendidikan di tengah masyarakat sering disebut sebagai pendidikan nonformal. Penyebutan ini sebetulnya lebih menunjuk ke segi wilayah atau lokasi, sedangkan dari segi proses di dalam lingkungan sekolahpun sebetulnya juga terdapat pendidikan non formal dan pendidikan informal.

Heutagogy: It Isn’t Your Mother’s Pedagogy Any More

Heutagogy:  It Isn’t Your Mother’s Pedagogy Any More

Jane Eberle
Emporia State University
Marcus Childress
Emporia State University
    While many educators refer to all teaching as pedagogy, this is a term that limits the scope of what teaching can and should be. Hase and Kenyon point out that learners need to be proactive rather than reactive if they are to become involved citizens (2000) or what Stephenson and Weil describe as capable people who know how to learn; are creative; have a high degree of self-efficacy; can apply competencies in novel as well as familiar situations; and can work well with others (1992). The term pedagogy is defined by its teacher-centeredness: I teach; you learn, but if learners are to become more responsible for their learning, there is a need to change the paradigm in which we teach and learn. 

Voluntir NFERCI Indonesia Buka Bimbel


T-Shirt NFERCI INDONESIA






T-shirt NFERCI Indonesia
size S - M - L - XL
@50.000/pcs
and many more...
You can order on our facebook
@nferci...


Single and Double Loop Learning


Pedagogy, Andragogy, Heutagogy Compared


Heutagogy and developing capable people and capable workplaces: strategies for dealing with complexity

Hase, S. and Kenyon, C. (2003) ‘Heutagogy and developing capable people and capable
workplaces: Strategies for dealing with complexity’, Proceedings of The Changing Face
of Work and Learning conference, Alberta, Sept 25-27. Available at
http://www.wln.ualberta.ca/events_con03_proc.htm.

AbstractThis paper suggests a theoretical rationale for innovative and dynamic approaches to learning and learning at work based on complexity theory, capability and heutagogy.
Complexity Theory It still surprises me how determinism and rationalism continue to dominate the way in which we think about learning and work, the two key themes of this paper. In 1974 Fred Emery argued that
there are two primary and competing paradigms related to learning. On the one hand, there is the view, based on the philosophies of Locke and Hume, that the world is a ‘buzzing mass of confusion’ for humans, that we cannot make sense of the world around us, and that we cannot make generalizations from specifics. In short we need to have someone codify our learning for us, wrap it up and present it in a digestible form. On the other hand, Heider’s view which is quite the opposite and provides the basis for the idea that people in fact are quite efficient learners and it is we who do the learning on our own terms rather than in response to what we might be told.

Why We Must Abolish Schooling - Ivan Illich

Juli 2, 1970
Many students, especially those who are poor, intuitively know what the schools do for them. They school them to confuse process and substance. Once these become blurred, a new logic is assumed: the more treatment there is the better are the results; or, escalation leads to success. The pupil is thereby “schooled” to confuse teaching with learning, grade advancement with education, a diploma with competence, and fluency with the ability to say something new. His imagination is “schooled” to accept service in place of value. Medical treatment is mistaken for health care, social work for the improvement of community life, police protection for safety, military poise for national security, the rat race for productive work. Health, learning, dignity, independence, and creative endeavor are defined as little more than the performance of the institutions which claim to serve these ends, and their improvement is made to depend on allocating more resources to the management of hospitals, schools, and other agencies in question. Not only education but social reality itself has become “schooled.”
It costs roughly the same to school both rich and poor in the same dependence. The yearly expenditure per pupil in the slums and in the rich suburbs of any one of twenty US cities lies in the same

Gagne's Theoy Of Instruction


MENGENAL LEBIH DEKAT PAULO FREIRE

Membaca pemikiran Paulo Freire tidak bisa dipisahkan dari sejarah hidupnya di masa kecil. Maka, dengan mengetahui biografi hidupnya akan semakin memperjelas  pembacaan terhadap alur pemikiran Paulo Freire.
Paulo Freire adalah seorang tokoh pendidikan Brasil dan teoretikus pendidikan yang berpengaruh di dunia. Paulo Freire juga adalah tokoh pendidikan yang sangat kontroversial. Ia menggugat sistem pendidikan yang telah mapan dalam masyarakat Brasil. Freire dilahirkan di Recife, sebuah kota pelabuhan  bagian selatan Brasil pada 19 September 1921. Recife merupakan sebuah kota yang terbelakang dan miskin.

Senin, 01 April 2013

Rapat Pembentukan Tim Jurnal dan Buletin NFERCI Indonesia



Malang, September 2012

Rapat pembentukan jurnal dan Buletin NFERCI Indonesia dilaksanakan di Gedung Pascasarjana Universitas Negeri Malang. Kali ini penyusunan jurnal akan diterbitkan pertahun sedangkan buletin di cetak sebanyak 2 kali dalam setahun.
Selaku penanggung jawab bidang penerbitan dan Promosi Sdr. Ilmar Andi Achmad., S.Pd menyatakan bahwa masukan dari kawan-kawan baik mahasiswa maupun praktisi Pendidikan Luar Sekolah diseluruh Indonesia dapat mengirimkan karya tulis, artikel, kajian, jurnalnya yang berkaitan dengan pengembangan Pendidikan Nonformal di Indonesia ke NFERCI Indonesia di nferci@yahoo.com atau nferciindonesia@gmail.com

Semua file yang anda kirim akan kami proses dan akan kami kalrifikasi kepada anda bila disetujui untuk kami terbitkan, setiap tulisan akan kami berikan imbalan yang pantas, isi dan konten diluar tanggung jawab NFERCI Indonesia.

Salam NFERCI Indonesia



Pertemuan NFERCI Indonesia dengan Mahasiswa PLS UNESA



Pertemuan antara NFERCI Indonesia dengan Mahasiswa PLS UNESA yang sedang melaksanakan tugas PPL di Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini, Nonformal dan Informal (PAUDNI) pertemuan ini membahas tentang kinerja konkrit antara akademik dan dunia kerja di bidang PLS.