BAB
1
KESEHATAN
MASYARAKAT
A.
Sekelumit Sejarah
Kesehatan Masyarakat
Membicarakan kesehatan masyarakat tidak
terlepas dari dua tokoh metologi Yunani, yakni Asclepius dun Higia. Berdasarkan
cerita mitos Yunani tersebut Asclepius disebutkan sebagai seorang dokter
pertama yang tampan dan pandai meskipun tidak disebutkan sekolah atau
pendidikan yang telah ditempuhnya, tetapi diceritakan bahwa ia dapat mangobati
penyakit dan bahkan melakukan bedah berdasarkan prosedur prosedur tertentu
(surgical procedure) dengan baik.
Higea, seorang asistennya, yang kemudian
diceritakan sebagai istrinya, juga telah melakukan upaya-upaya kesehatan. Beda
antara Asclepius dengan Higeia dalam pendekatan/ penanganan tnasalah kesehatan
sebagai berikut: 1) Asclopus melakukan pendekatan (pengobatan penyakit) setelah
penyakit tersebut terjadi pada seseorang. 2) Higeia mengajarkan kepada
pengikutnya dalam pendekatan masalah kesehatan malalui ‘hidup seimbang’, yaitu
menghindari makanan/minuman beracun, makan makanan yang bergizi (baik), cukup
istirahat, dan melakukan olahraga. Apabila orang sudah jatuli sakit, Higeia
lebih menganjurkan melakukan upaya-upaya sacara alamiah untuk menyembuhkan
penyakitnya tersebut, antara lain lebih baik dengan memperkuat tubuhnya dengan
makanan yang baik, daripada dengan pengobatan/ pembedahan.
Dalam perkembangan selanjutnya,
seolah-olah timbul garis pemisah antara kedua kelompok profesi, yakni pelayanan
kesehatan kuratif (curative health care), dan pelayanan pencegahan atau
preventif (preventive health care). Kedua kelompok ini dapat dilihat perbedaan
pendekatan yang dilakukan antara lain sebagai berikut.
Pertama, pendekatan kuratif pada umumnya
dilakukan terhadap sasaran secara individual, kontak terhadap sasaran (pasien)
pada umumnya hanya sekali saja. Jarak antara petugas kesehatan (dokter, drg,
dan sebagainya) dengan pasien atau sasaran-cenderung jauh. Sedangkan pendekatan
preventif, sasaran atau pasien adalah masyarakat (bukan perorangan)
masalah-masalah yang ditangani pada umumnya juga masalah-masalah yang menjadi
masalah masyarakat, bukan masalah individu. Hubungan antara petugas kesehatan
dengan masyarakat (sasaran) lebih bersifat kemitraan, tidak seperti antara
dokter-pasien.
Kedua, pendekatan kuratif cenderung
bersifat-reaktif artinya kelompok ini pada umumnya hanya menunggu masalah datang.
Seperti dokter yang menunggu pasien datang di Puskesmas atau tempat praktik.
Kalau tidak ada pasien datang, berarti tidak ada masalah maka selesailah tugas
mereka bahwa masalah kesehatan adalah adanya penyakit. Sedangkan kelompok
preventif lebih menggunakan pendekatan proaktif, artinya tidak menunggu adanya
masalah, tetapi mencari masalah. Petugas kesehatan masyarakat tidak hanya
menunggu pasien datang di kantor atau di" tempat praktik mereka, tetapi
harus turun ke masyarakat mencari dan mengidentifikasi masalah yang ada di
masyarakat, dan melakukan tindakan.
Ketiga, pendekatan kuratif cenderung
melihat dan menangani klien atau pasien lebih kepada sistem biologis manusia
atau pasien hanya dilihat secara partial, padahal manusia terdiri dari
kesehatan bio-psikologis dan sosial, yang terlihat antara aspek satu dengan
yang lainnya. Sedangkan pendekatan preventif melihat klien sebagai makhluk yang
utuh, dengan pendekatan yang holistik. Terjadinya penyakit tidak semata-mata
karena terganggunya sistem biologi, individual, tetapi dalam konteks yang luas,
aspek biologis, psikologis dan sosial. Dengan demikian pendekatannya pun tidak
individual dan partial, tetapi harus secara menyeluruh atau holistik.
B.
Perkembangan Kesehatan
Masyarakat
Sejarah
panjang perkembangan masyarakat, tidak hanya dimulai pada munculnya ilmu
pengetahuan saja, melainkan sudah dimulai sebelum berkembangnya ilmu
pengetahuan modern. Oleh sebab itu, akan sedikit diuraikan perkembangan
kesehatan masyarakat sebelum perkembangan ilmu pengetahuan (pre-scientific
period) dan sesudah ilmu pengetahuan itu berkembang (scientific period).
a.
Periode Sebelum Ilmu
Pengetahuan
Dari kebudayaan yang paling luas yakni
Babylonia, Mesir, Yunani, dan Roma telah tercatat bahwa manusia telah melakukan
usaha untuk penanggulangan masalah-masalah kesehatan masyarakat dan penyakit.
Telah ditemukan pula bahwa pada zaman tersebut terdapat dokumen-dokumen
tertulis, bahkan peraturan-peraturan tertulis yang mengatur tentang pembuangan
air limbah atau drainase pemukiman pembangunan kota, pengaturan air minum, dan
sebagainya.
Dari catatan-catatan tersebut dapat
dilihat bahwa masalah kesehatan masyarakat khususnya penyebaran penyakit
menular sudah begitu meluas dan dahsyat. Namun, upaya pemecahan masalah
kesehatan masyarakat secara menyeluruh belum dilakukan pada zaman itu.
b.
Periode Ilmu
Pengetahuan
Bangkitnya ilmu pengetahuan pada akhir
abad ke-18 dan awal abad ke-19 mempunyai dampak yang luas terhadap segala aspek
kehidupan mansuia, termasuk kesehatan. Di samping itu, pada abad ilmu
pengetahuan ini juga mulai ditemukan berbagai macam penyebab penyakit dan
vaksin sebagai pencegah penyakit.
Pada akhir abad ke-19 dan awal abad
ke-20 mulai dikembangkan pendidikan untuk tenaga kesehatan yang profesional.
Pada tahun 1893 John Hopkins, seorang pedagang wiski dari Baltimore Amerika
mempelopori berdirinya universitas, dan di dalamnya terdapat sekolah (fakultas)
kedokteran. Mulai tahun 1908 sekolah kedokteran mulai menyebar ke Eropa,
Canada, dan sebagainya. Dari kurikulum sekolah-sekolah kedokteran tersebut
terlihat bahwa kesehatan masyarakat sudah diperhatikan Mulai tahun kedua para
mahasiswa sudah mulai melakukan kegiatan penerapan ilmu di masyarakat.
Pengembagan kurikulum sekolah kedokteran sudah didasarkan pada to adumsi bahwa penyakit
dan kesehatan itu merupakan basil interaksi yang dinamis antara faktor genetik,
lingkungan fisik, lingkungan sosial (termasuk kondisi kerja), kebiasaan
perorangan dan pelayanan kedokteran/kesehatan.
Dan segi pelayanan kesehatan
masyarakat, pada tahun 1855 pemerintah
Amerika membentuk Departemen Kesehatan yang pertama kali. Fungsi departemen ini
adalah menyelenggrakan pelayanan kesehatan bagi penduduk (public), termasuk
perbaikan dan pengawasan sanitasi lingkungan.
C.
Kesehatan Masyarakat di
Indonesia
Sejarah perkembangan kesehatan
masyarakat di Indonesia dimulai sejak pemerintahan Belanda abad ke-16.
Kesehatan masyarakat di Indonesia pada waktu itu dimulai dengan adanya upaya
pemberantasan cacar dan kolera sangat ditakuti masyarakat pada waktu itu.
Kolera masuk di Indonesia tahun 1927 dan tahun 1937, terjadi wabah kolera eltor
di Indonesia, kemudian pada tahun 1948 cacar masuk ke Indonesia. Melalui
Singapura dan mulai berkembang di Indonesia. Sehingga berasal dari wabah kolera
tersebut maka pemerintah Belanda pada waktu itu melakukan upaya-upaya kesehatan
masyarakat.
Namun demikian di bidang kesehatan
masyarakat yang lain, pada tahun 1807 pada waktu pemerintahan Gubernur Jenderal
Daendels, dilakukan pelatihan dukun banyi dalam praktik persalinan. Upaya ini
dilakukan dalam rangka penurunan angka kematian bayi yang tinggi pada waktu
itu. Akan tetapi upaya ini tidak berlangsung lama, karena langkanya tenaga
pelatih kebinanan, kemudian baru pada tahun 1930 dimulai lagi dengan
didafaftarnya para dukun bayi sebagai penolong dan perawatan persalinan.
Selanjutnya baru pada tahun 1952 pada zaman kemerdekaan pelatihan secara cermat
dukun bayi tersebut dilaksanakan lagi.
Pada tahun 1922 pes masuk Indonesia dan
pada tahun , 1934, dan 1935 terjadi epidemi di beberapa tempat, tama di pulau
Jawa. Kemudian mulai tahun 1935 dilakukan ram pemberantasan pes ini, dengan
melakukan penyemtan DDT terhadap rumah-rumah penduduk dan juga inasi massal.
Tercatat sampai pada tahun 1941, 15.000.000 Wang telah memperoleh suntikan
vaksinasi. Pada tahun 1925 Kydrich seorang petugas kesehatan pemerintah Belanda
melakukan pengamatan terhadap masalah tingginya angka kematian dan kesakitan di
Banyumas-Purwokerto pada waktu. Dari hasil pengamatan dan analisisnya ia
menyimpulkan bahwa penyebab tingginya angka kematian dan kesakitan itu adalah
karena jeleknya kondisi sanitasi lingkungan. Masyarakat pada waktu itu membuang
kotorannya di sembarang tempat, seperti di kebun, di kali, di selokan, bahkan
di pinggir jalan, padahal mereka mengambil air minum juga dari kali. Selanjutnya
ia berkesimpulan bahwa kondisi sanitasi lingkungan ini disebabkan karena
perilaku penduduk. Oleh sebab itu, untuk memulai upaya kesehatan masyarakat
Hydrich mengembangkan daerah percontohan dengan melakukan 'propaganda'
pendidikan) penyuluhan kesehatan. Sampai sekarang usaha Hydrich ini dianggap
sebagai awal kesehatan masyarakat di Indonesia.
Memasuki zaman kemerdekaan, salah satu
tonggak panting perkembangan kesehatan masyarakat di Indonesia adalah
diperkenalkannya Konsep Bandung (Bandung '1(zrt) pada tahun 1951 oleh Dr. Y.
Leimena dan dr yang Selanjutnya dikenal dengan Patah-Leimena Konsep ini mulai
diperkenalkan bahwa dalam pelayanan kesehatan masyarakat, aspek kuratif dan
preventif tidak dapat dipisahkan. Hal ini berarti dalam mengembangkan sistem
pelayanan kesehatan di Indonesia kedua aspek ini tidak boleh dipisahkan, baik
di rumah sakit maupun di Puskesmas.
Pada
tahun 1968 dalam rapat kerja kesehatan nasional, dicetuskan bahwa Puskesmas
merupakan sistem pelayanan kesehatan terpadu, yang kemudian dikembangkan oleh
pemerintah (Departemen Kesehatan) menjadi Pusat Pelayanan Kesehatan Masyakarat
(Puskesmas). Puskemas disepakati sebagai suatu unit pelayanan kesehatan yang
memberikan pelayanan kuratif dan preventif wore terpadu, menyeluruh dan mudah
dijangkau, dalam wilayah kerja kecamatan atau sebagian kecamatan di kota madya
atau kabupaten. Kegiatan pokok Puskesmas mencakup:
1.
Kesehatan ibu dan anak.
2.
Keluarga Berencana.
3.
Gizi.
4.
Kesehatan lingkungan.
5.
Pencegahan penyalit
menular.
6.
Penyuluhan kesehatan
masyarakat.
7.
Pengobatan.
8.
Perawatan kesehatan
masyarakat.
9.
Usaha kesehatan gizi.
10. Usaha
kesehatan sekolah.
11. Usaha
kesehatan jiwa
12. Laboratorium
13. Pencatatan
dan pelaporan.
Pada
tahun 1969, sistem Puskesmas hanya disepakati 2 yakni tipe A dan B, di mana
tipe A dikelola oleh dokter, sedangkan tipe B hanya dikelola oleh seorang
paramedis saja. Dengan adanya perkembangan tenaga medis, maka akhirnya pada
tahun 1979 tidak diadakan perbedaan Puskesmas tipe A dan tipe B, hanya ada satu
tipe Puskesmas saja, yang dikepalai oleh seorang dokter. Pada tahun 1979 juga
dikembangkan satu piranti manajerial guna penilaian Puskemas, yakni
stratifikasi Puskesmas sehingga dibedakan adanya:
a.
Strata satu : Puskesmas
dengan prestasi sangat baik.
b.
Strata dua : Puskesmas
dengan prestasi rata-rata atau standar.
c.
Strata tiga : Puskesmas
dengan prestasi di bawah rata-rata.
Selanjutnya Puskesmas juga dilengkapi
dengan dua piranti manajerial yng lain, yakni micro planning untuk perencanaan
dan, lokakarya mini (lokmin) untuk pengoperasian kegiatan dan pengembangan
kerja sama tim. Akhirnya pada tahun 1984 tanggung jawab Puskesmas ditingkatkan
lagi, dengan berkembangnya program paket terpadu kesehatan dan keluarga berencana.
Program ini mencakup:
a.
Kesehatan ibu dan anak.
b.
Keluarga berencana.
c.
Gizi.
d.
Penanggulangan penyakit
diare.
e.
Imunisasi
Puskemas mempunyai tanggung jawab dalam
pembinaan dan pengembangan Posyandu di wilayah kerjanya masin.gmasing.
Tujuan dikembangkannya Posyandu sejalan
dengan tujuan pembangunan kesehatan yakni:
a.
Mempercepat penurunan
angka kematian bayi dan anak balita, dan angka kelahiran.
b.
Mempercepat penerimaan
norma keluarga kecil bahagian dan sejahtera (NKKBS).
c.
Berkembangnya
kegiatan-kegiatan masyarakat sesuai dengan kebutuhan dan kemampuannya,
Pelayanan Posyandu menganut sistem 5
meja dengan urutan sebagai berikut:
Meja 1.
Pendaftaran pengunjung
Posyandu dilayani oleh kader kesehatan.
Meja 2.
Penimbangan bayi, balita
dan ibu hamil, dilayani oleh kader kesehatan.
Meja 3.
Pencatatan dan hasil
penimbangan dari Meja 2 di dalam KMS, dilayani oleh kader kesehatan.
Meja 4.
Penyuluhan kepada ibu
bayi/balita dan ibu hamil, oleh kader kesehatan.
Meja 5.
Pemberian imunisasi,
pemasangan alat kontrasepsi, atau pengobatan bagi yan€ memerlukan, dan periksa
hamil, dilayani olel kader kesehatan. Bila ada kasus- yang tidal dapat
ditangani dirujuk ke Puskesmas.
D.
Definisi Kesehatan
Masyarakat
Kesehatan masyarakat adalah sama dengan
sanitasi. Upaya memperbaiki dan meningkatkan sanitasi lingkungan merupakan
kegiatan kesehatan masyarakat. Kemudian pada akhir abad ke-18 dengan
diketemukan bakteri-bakteri penyebab penyakit den beberapa jenis imunisasi,
kegiatan kesehatan masyarakat adalah pencegahan penyakit yang terjadi dalam
masyarakat melalui perbaikan sanitasi lingkungan dan pencegahan penyakit
Melalui imunisasi.
Dari pengalaman-pengalaman praktik
kesehatan masyarakat yang telah berjalan sampai pada awal abad ke-20, Winslow
(1920) akhirnya membuat batasan kesehatan masyarakat yang sampai sekarang masih
relevan, yakni: kesehatan masyarakat (public health) adalah ilmu dan seni:
mencegah penyakit memperpanjang hidup, dan meningkatkan kesehatan, melalui Usaha-usaha
Pengorganisasi Masyarakat.
Dari perkembangan batasan kesehatan
masyarakat tersebut dapat disimpulkan bahwa kesehatan masyarakat itu meluas
dari hanya berurusan sanitasi, teknik sanitasi, ilmu kedokteran kuratif, ilmu
kedokteran pencegahan sampai dengan ilmu sosial, dan itulah cakupan ilmu
kesehatan masyarakat.
E.
Ruang Lingkup Kesehatan
Masyarakat
Seperti disebutkan di atas bahwa
kesehatan masyarakat adalah ilmu dan seni. Oleh sebab itu, ruang lingkup
kesehatan masyarakat dapat dilihat dari dua hal tersebut. Sebagai ilmu,
kesehatan masyarakat pada mulanya hanya mencakup 2 disiplin keilmuan, yakni
ilmu bio-medis (medikal biologi) dan ilmu-ilmu sosial (social science). Akan
tetapi-sesuai dengan perkembangan ilmu, maka disiplin ilmu yang mendasari ilmu
kesehatan masyarakat pun berkembang. Sehingga sampai pada saat itu disiplin
ilmu yang mendasari ilmu kesehatan masyarakat antara lain, mencakup ilmu
biologi, ilmu kedokteran, ilmu kimia, fisika, ilmu lingkungan, sosiologi,
antropologi, psikologi, ilmu pendidikan, dan sebagainya. Oleh sebab itu, ilmu
kesehatan masyarakat- merupakan ilmu yang multidisiplin.
Secara garis besar, disiplin ilmu yang
menopang ilmu kesehatan masyarakat, atau sering disebut sebagai pilar utama
ilmu kesehatan masyarakat ini, antara lain:
a.
Epidemiologi.
b.
Biostatistik/statistik
kesehatan.
c.
Kesehatan lingkungan.
d.
Pendidikan kesehatan
dan ilmu perilaku
e.
Administrasi kesehatan
masyarakat.
f.
Gizi masyarakat.
g.
Kesehatan kerja.
Masalah kesehatan masyarakat adalah
multi kausal maka pemecahannya harus secara multidisiplin. Secara garis besar,
upaya-upaya yang dapat dikategorikan sebagai seni atau penerapan ilmu kesehatan
masyarakat antara lain:
a.
Pemberantasan penyakit,
baik menular maupun tidak menular.
b.
Perbaikan sanitasi
lingkungan.
c.
Perbaikan lingkungan
pemukiman.
d.
Pemberantasan vektor.
e.
Pendidikan (penyuluhan)
kesehatan masyarakat.
f.
Pelayanan kesehatan ibu
dan anak.
g.
Pembinaan gizi
masyarakat.
h.
Pengawasan sanitasi
tempat-tempat umum.
i.
Pengawasan obat dan
minuman.
j.
Pembinaan peran serta
masyarakat, dan sebagainya.
BAB 2
EPIDEMIOLOGI
A. Pengertian dan Peranan
Epidemiologi
Pada mulanya epidemiologi diartikan
sebagai studi tentang epidemi. Hal ini berarti epidemiologi hanya mempelajari
penyakit-penyakit menular saja, tetapi dalam perkembangan selanjutnya
epidemiologi juga mempelajari penyakit-penyakit non-infeksi, sehingga epidemiologi
dapat diartikan sebagai studi tentang penyebaran penyakit pada manusia di dalam
konteks lingkungannya. Mencakup juga studi tentang pola-pola penyakit serta
pencarian determinan-determinan penyakit tersebut. Dapat disimpulkan bahwa
epidemiologi adalah ilmu yang mempelajari penyakit tersebut.
Dalam batasan epidemiologi ini
sekurang-kurangnya mencakup 3 elemen, yakni:
a.
Mencakup semua penyakit
Epidemiologi mempelajari semua penyakit,
baik penyakit infeksi maupun non-infeksi, seperti kanker, penyakit kekurangan
gizi (malnutrition), kecelaan lalu lintas maupun kecelakaan kerja; sakit jiwa
dan sebagainya. Bahkan di negara-negara maju epidemiologi ini mencakup juga
kegiatan pelayanan kesehatan.
b.
Populasi
Apabila kedokteran klinik berorientasi
pada gambarangambaran penyakit individu, maka epidemiologi ini memusatkan
perhatiannya pada distribusi penyakit pada populasi (masyarakat) atau kelompok.
c.
Pendekatan ekologi
Frekuensi dan distribusi penyakit dikaji
dari latar belakang pada kesehatan lingkungan manusia baik lingkungan fisik,
biologis, maupun sosial. Hal inilah yang dimaksud pendekatan ekologis.
Terjadinya penyakit pada seseorang dikaji dari manusia dan total lingkungannya.
1.
Penyebaran
Penyakit
Di dalam epidemiologi biasanya timbul
pertanyaan yang perlu direnungkan,
yakni:
1)
Siapa (who). Siapakah
yang menjadi sasaran penyebaran penyakit itu atau orang yang terkena penyakit.
2)
Di mana (where). Di
mana penyebaran atau terjadinya penyakit.
3)
Kapan (when). Kapan
penyebaran atau terjadinya penyakit tersebut.
Dengan kata lain terjadinya atau
penyebaran suatu penyakit ditentukan oleh 3 faktor utama, yakni: orang, tempest
dan waktu.
2.
Kegunaan
Peranan epidemiologi, khususnya dalam
konteks program kesehatan dan keluarga berencana adalah sebagai tool (alat) dan
sebagai metode atau pendekatan. Epidemiologi sebagai alat diartikan bahwa dalam
melihat suatu masalah KB-Kes selalu mempertanyan siapa yang terkena masalah, di
mana dan bagaimana penyebaran masalah, serta kapan penyebaran masalah tersebut
terjadi?
Demikian pula pendekatan pemecahan
masalah tersebut selalu dikaitkan dengan masalah, di mana atau dalam lingkungan
bagaimana penyebaran masalah serta bilamana masalah tersebut terjadi. Kegunaan
lain dari epidemiologi khususnya dalam program kesehatan adalah dapat digunakan
dalam perhitungan-perhitungan: prevalensi, kasus baru, case fatality rate, dan
sebagainya.
B. Metode-metode
Epidemiologi
Di dalam epidemiologi terdapat 2 tipe
pokok pendekatan atom metode, yakni:
1.
Epidemiologi
Deskritif (Descriptive Epidemiology)
Di dalam epidemiologi deskriptif
dipelajari bagaimana frekuensi penyakit berubah menurut perubahan variable-variable
epidemiologi yang terdiri dari orang (person), tempat (place), dan waktu
(time).
Orang (Person)
Di sini akan dibicarakan peranan umur,
jenis kelamin, kolas sosial, pekerjaan, golongan etnik, status perkawinan,
besarnya keluarga, struktur keluarga, dan paritas.
(1)
Umur
Umur adalah variable yang selalu
diperhatikan di dalam penyelidikan-penyelidikan epidemiologi. Angka-angka
kesakitan maupun kematian di dalam hampir semua keadaan menunjukkan hubungan
dengan umur.
(2)
Jenis kelamin
Angka-angka dari luar negeri menunjukkan
bahwa angka kesakitan lebih tinggi di kalangan wanita sedangkan angka kematian lebih
tinggi di kalangan pria pada semua golongan umur. Untuk Indonesia masih perlu
dipelajari lebih lanjut. Perbedaan angka kematian ini, dapat disebabkan oleh
faktor-faktor intrinsik.
(3)
Kelas sosial
Kelas sosial adalah variabel yang sering
dilihat hubungannya dengan angka kesakitan atau kematian, variabel ini
menggambarkan tingkat kehidupan seseorang. Kelas sosial ini ditentukan oleh
unsur-unsur, seperti pendidikan, pekerjaan, penghasilan, dan banyak contoh
ditentukan pula tempat tinggal. Karena hal-hal ini dapat mempengaruhi berbagai
aspek kehidupan termasuk pemeliharaan kesehatan maka tidaklah mengherankan
apabila kita melihat perbedaan-perbedaan dalam angka kesakitan atau kematian
antara berbagai kelas sosial.
(4)
Jenis pekerjaan
Jenis pekerjaan dapat berperan di dalam
timbulnya penyakit melalui beberapa jalan, yakni:
a.
adanya faktor-faktor
lingkungan yang langsung dapat menimbulkan kesakitan seperti bahan-bahan kimia,
gas beracun, radiasi, benda-benda fisik yang dapat menimbulkan kecelakaan, dan
sebagainya.
b.
situasi pekerjaan yang
penuh dengan stres (yang telah dikenal sebagai faktor yang berperan pada
timbulnya hipertensi, dan ulcus lambung).
c.
ada tidaknya ‘gerak
badan' di dalam pekerjaan; di Amerika Serikat ditunjukkan bahwa penyakit
jantung koroner sering ditemukan di kalangan mereka yang mempunyai pekerjaan di
mana kurang adanya gerak badan.
d.
karena berkerumum,
dalam satu tempat yang relatif sempit maka dapat terjadi proses penalaran
penyakit antara para pekerja.
e.
penyakit, karena cacing
tambang telah lama diketahui 'terkait pengan pekerjaan di tambang.
Penelitian mengenai hubungan jenis pekerjaan
dan pola kesakitan banyak dikerjakan Indonesia terutama pola penyakit kronis,
misalnya penyakit jantung, tekanan darah tinggi, dan kanker.
(5)
Penghasilan
Yang sering dilakukan ialah menilai
hubungan antara tingkat penghasilan dengan pemanfaatan pelayanan kesehatan
maupun pencegahan. Seseorang kurang memanfaatkan pelayanan kesehatan yang ada
mungkin oleh karena tidak mempunyai cukup uang untuk membeli obat, membayar
transpor, dan sebagainya.
(6)
Golongan etnik
Berbagai golongan etnik dapat berbeda di
dalam kebiasaan makan, susunan genetika, gaya hidup, dan sebagainya yang dapat
mengakibatkan perbedaan di dalam angka kesakitan atau kematian.
(7)
Status perkawinan
Dari penelitian telah ditunjukkan bahwa
terdapat hubungan antara angka kesakitan maupun kematian dengan status kawin
tidak kawin, cerai, dan jada; angka kematian karena penyakit-penyakit tertentu
maupun kematian karena semua sebab makin meninggi dalam urutan tertentu.
(8)
Besarnya keluarga
Di dalam keluarga besar dan miskin,
anak-anak dapat menderita karena penghasilan keluarga harus digunakan oleh
banyak orang.
(9)
Struktur keluarga
Struktur keluarga dapat mempunyai
pengaruh terhadap kesakitan (penyakit menular dan gangguan gizi) dan
pemanfaatan pelayanan kesehatan. Suatu keluarga besar karena besarnya
tanggungan secara relatif mungkin harus tinggal berdesak-desakan di dalam rumah
yang luasnya terbatas hingga memudahkan penularan penyakit menular di kalangan
anggota-anggotanya karena persediaan harus digunakan untuk anggota keluarga
yang besar maka mungkin pula tidak dapat membeli cukup makanan yang bernilai
gizi cukup atau tidak dapat memanfaatkan fasilitas kesehatan yang tersedia; dan
sebagainya.
(10)
Paritas
Tingkat paritas telah menarik perhatian
para peneliti dalam hubungan kesehatan si ibu maupun si anak. Dikatakan
umpamanya terdapat kecenderungan kesehatan ibu yang berparitas rendah lebih
baik dari yang berparitas tinggi, terdapat asosiasi antara tingkat paritas dan
penyakit penyakit tertentu, seperti asma bronchiole, ulkus peptikum, pilorik,
stenosis, dan seterusnya. Tetapi kesemuanya masih memerlukan penelitian lebih
lanjut.
Tempat (Place)
Pengetahuan mengenai distribusi
geografis dari suatu penyakit berguna untuk perencanaan pelayanan kesehatan dan
dapat memberikan penjelasan mengenai etiologi penyakit.
Pentingnya peranan tempat di dalam
mempelajari etiologi suatu penyakit menular dapat digambarkan dengan jelas pada
penyelidikan suatu wabah, yang akan diuraikan nanti.
Migrasi antardesa tentunya dapat pula
membawa akibat
terhadap pola dan penyebaran penyakit menular di desa-desa yang bersangkutan
maupun desa-desa di sekitarnya.
Peranan migrasi atau mobilitas geografis
di dalam mengubah pola penyakit di berbagai daerah menjadi lebih penting dengan
makin lancarnya perhubungan darat, udara, dal laut. Lihatlah umpamanya penyakit
demam berdarah.
Walaupun telah diadakan standardisasi
berdasarkan umur dan jenis kelamin, memperbandingkan pola penyakit antardaerah
di Indonesia dengan menggunakan data yang berasal dari fasilitas-fasilitas
kesehatan, harus dilaksanakan dengan hati-hati, sebab data tersebut belum tentu
representatifdan baik kualitasnya.
Waktu (Time)
Mempelajari hubungan antara waktu dan
penyakit merupakan kebutuhan dasar di dalam analisis epidemiologis. Oleh karena
itu, perubahan-perubahan penyakit menurut waktu menunjukkan adanya perubahan
faktor-faktor etiologis. Melihat panjangnya waktu di mana terjadi perubahan
angka kesakitan maka dibedakan (1) fluktuasi jangka pendek, di mana perubahan
angka kesakitan berlangsung beberapa jam, hari, minggu, dan bulan. (2)
perubahan-perubahan secara siklus di mana perubahan-perubahan angka kesakitan
terjadi secara berulangulang dengan antara beberapa hari, beberapa bulan
(musiman), tahunan, beberapa tahun, dan (3) perubahan-perubahan angka kesakitan
yang berlangsung dalam periode waktu yang panjang, bertahun-tahun atau puluhan
tahun, yang disebut 'secular trends.
Fluktuasi
jangka pendek
Pola perubahan kesakitan ini terlihat
pada epidemi umpamanya epidemi keracunan makanan (beberapa jam), epidemi
influenza (beberapa hari atau minggu), epidemi cacar (beberapa bulan).
Fluktuasi
jangka pendek atau epidemi ini memberikan petunjuk bahwa:
1)
penderit terserang
penyakit yang sama dalam waktu bersamaan atau hampir bersamaan waktu inkkubasi
rata-rata pendek.
2)
Perubahan perubahan
secara siklus
Perubahan-perubahan
secara siklus
Perubahan secara siklus ini didapatkan
pada keadaan di mana timbulnya dan memuncaknya angka-angka kesakitan atau
kematian terjadi berulang-ulang tiap beberapa bulan, tiap tahun, atau tiap
beberapa tahun. Peristiwa semacam irii dapat terjadi baik pada penyakit infeksi
maupun -pada penyakit bukan infeksi.
Timbulnya atau memuncaknya angka
kesakitan atau kematian suatu penyakit yang ditularkan melalui vektor secara
siklus ini adalah berhubungan dengan (1) ada tidaknya keadaan yang memungkinkan
transmisi penyakit oleh vektor yang bersangkutan, yakni apakah termperatur dan
kelembaban memungkinkan transmisi, (2) adanya tempat perkembangbiakan alami
dari vektor sedemikian banyak untuk menjamin adanya kepadatan vektor yang perlu
dalam transmisi. (3) selalu adanya kerentanan dan atau (4) adanya
kegiatan-kegiatan berkala dari orang-orang yang rentan yang menyebabkan mereka
terserang oleh 'vektor bornedisease' tertentu. (5) tetapnya kemampuan agen
infektif untuk menimbulkan penyakit. (6) adanya faktor-faktor lain yang belum
diketahui. Hilangnya atau berubahnya siklus berarti adanya perubahan dart salah
satu atau lebih hal-hal tersebut.
Sebagai salah satu sebab yang disebutkan
ialah berkurangnya penduduk yang kebal (meningkatnya kerentanan) dengan asumsi
faktor-faktor lain tetap. Banyak penyakit yang belum diketahui etiologinya
menunjukkan variasi angka kesakitan secara bermusim. Tentunya observasi ini
dapat membantu di dalam memulai dicarinya etiologi penyakit-penyakit tersebut
dengan catatan bahwa interpretasinya sulit karena banyak keadaan yang berperan
terhadap timbulnya penyakit pada perubahan musim, perubahan populasi hewan,
perubahan tumbuh-tumbuhan yang berperan tempat perkembangbiakan. Perubahan
dalam susunan reservoir penyakit, perubahan dalam berbagai aspek perilaku
manusia, seperti yang menyangkut pekerjaan, makanan, rekreasi dan sebagainya.
Sebab-sebab timbulnya dan memuncaknya
beberapa penyakit karena gangguan gizi secara bermusim belum dapat diterangkan
secara jelas.
Variasi musiman ini telah
dihubung-hubungkan dengan perubahan secara bermusim dari produksi, distribusi
dan konsumsi dari bahan-bahan makanan yang mengandung bahan yang dibutuhkan
untuk pemeliharaan gizi, maupun keadaan kesehatan individu-individu terutama
dalam hubungan dengan penyakit infeksi dan sebagainya.
2.
Epidemiologi
Analitik (Analytic Epidemiology)
Pendekatan atau studi ini dipergunakan
untuk menguji data dan informasi-informasi yang diperoleh studi epidemiologi
deskriptif.
Ada
tiga studi tentang epidemiologi ini, yaitu:
1)
Studi riwayat kasus
(case history studies). Dalam studi ini akan dibandingkan antara dua kelompok
orang, yakni kelompok yang terkena penyakit dengan kelompok orang tidak terkena
(kelompok kontrol).
2)
Studi Kohort (kohort
studies). Dalam studi ini sekelompok orang dipaparkan (exposed) pada suatu
penyebab penyakit (agent). Kemudian, diambil sekelompok orang lain yang
mempunyai ciri-ciri yang sama dengan kelompok pertama, tetapi tidak dipaparkan
atau dikenakan pada penyebab penyakit. Kelompok kedua ini disebut kelompok
kontrol. Setelah beberapa saat yang telah ditentukan kedua kelompok tersebut
dibandingkan, dicari perbedaan antara kedua kelompok tersebut bermakna atau
tidak.
3.
Epidemiologi
Eksperimen
Studi ini dilakukan dengan
mengadakan eksperimen (percobaan) kepada kelompok subjek, kemudian dibandingkan
dengan kelompok kontrol (yang tidak dikenakan percobaan).
C. Pengukuran Epidemiologi
Di dalam uraian terdahulu telah
diuraikan bagian dari epidemiologi yang bertujuan melihat bagaimana penyebaran
kesakitan dan kematian menurut sifat-sifat orang, tempat dan waktu. Di dalam
uraian ini akan diuraikan berbagai ukuran kesakitan dan kematian yang lazim
dipakai dalam survei atau penyelidikan-penyelidikan epidemiologi. Ukuran dasar
yang akan dibicarakan di sini adalah 'rate'.
Dalam hubungan dengan kesakitan akan
dibicarakan insidence rate, prevalence rate (point period prevalence rate),
at-lock rate, dan dalam hubungan dengan kematian akan dibicarakan crude death
rate, disease specific rate dan adjusted
death rate. Sebelum membicarakan masing-masing tersebut perlu dikemukakan hal-hal
sebagai berikut:
1)
Untuk penyusunan rate
dibutuhkan tiga elemen, yakni (a) jumlah orang yang terserang penyakit atau
yang meninggal, (b) jumlah penduduk dari mana penderita berasal (reference
population), dan (c) waktu atau periode di mana orang-orang terserang penyakit.
2)
Apabila pembilang
terbatas pada umur, seks, atau golongan. tertentu maka penyebut juga harus
terbatas pada umur, seks, atau golongan yang sama.
3)
Bila penyebut terbatas
pada mereka yang dapat terserang atau terjangkit penyakit, maka penyebut
tersebut dinamakan populasi yang mempunyai risiko (population at risk).
D. Epidemiologi
Penyakit-penyakit Menular
1.
Konsep
Dasar Terjadinya Penyakit
Suatu penyakit timbul akibat dari
beroperasinya berbagai faktor baik dari agen, induk semang atau lingkungan.
Pendapat ini tergambar di dalam istilah yang dikenal luas dewasa ini, penyebab
majemuk (‘multiple causation of disease') sebagai an dari penyebab tunggal
(‘single causation’). Di dalam usaha ara ahli untuk mengumpulkan pengetahuan
mengenai timbulnya penyakit, mereka telah membuat model-model $timbulnya
penyakit dan atas dasar model-model tersebut dilakukanlah eksperimen terkendali
untuk menguji sampai di mana kebenaran dari model-model tersebut.
Tiga model yang dikenal dewasa ini
ialah (1) segitiga epidemiologic (the epidemiologic triangle), (2)
jaring-jaring sebab akibat (the web of causation), dan (3) roda (the wheel).
a.
Segitiga
Epidemilogi
b.
Jaring-jaring
sebab akibat
Menurut model ini perubahan dari salah satu faktor akan mengubah
keseimbangan antara mereka, yang berakibat bertambah atau berkurangnya penyakit
yang bersangkutan.
Menurut model ini, suatu penyakit tidak bergantung pada satu sebab yang
berdiri sendiri melaninkan sebagai akibat dari serangkaian proses sebab dan
akibat'. Dengan demikian maka timbulnya
penyakit dapat dicegah atau dihentikan dengan memotong rantai pada berbagai
titik.
c.
Roda
Model roda hanya memerlukan
identifikasi dari berbagai faktor yang berperan dalam timbulnya penyakit dengan
tidak begitu mementingkan agent. Disini dipentingkan hubungan antara manusia dengan
lingkungan hidupnya. Besarnya peranan dari masing-masing lingkungan bergantung
pada penyakit yang bersangkutan. Sebagai contoh, peranan lingkungan biologis
lebih besar dari yang lainnya pada penyakit yang penularannya melalui vektor
(vector home disease).
2.
Penyakit menular
Yang dimaksud dengan penyakit menular adalah penyakit yang dapat
ditularkan (berpiundah dari orang yang satu ke orang yang lain, baik secara
langsung maupun melalui perantara). Penyakit menular ini ditandai dengan adanya
(hadirnya) agent atau penyebab penyakit yang hidup dan dapat berpindah.
Suatu penyakit dapat menular dari
orang yang satu kepada yang lain karena 3 faktor berikut:
a.
Agent (penyebab
penyakit)
b.
Host (induk semang)
c.
Route of transmission
(jalannya penularan).
Keadaan tersebut dapat dianalogikan
seperti perkembangan suatu tanaman. Agent diumpamakan sebagai biji, host
sebagai tanah, dan route of transmission sebagai iklim
a.
Agent-agent
infeksi (Penyebab infeksi)
Makhluk hidup sebagai pemegang peranan
penting di dalam epidemiologi yang merupakan penyebab penyakit dapat
dikelompokkan menjadi:
1)
Golongan virus,
misalnya influenza, trachoma, cacar dan sebagainya.
2)
Golongan riketsia,
misalnya: tifus.
3)
Golongan bakteri,
misalnya disentri.
4)
Golongan protozoa,
misalnya malaria, filaria, schistosoma, dan sebagainya.
5)
Golongan jamur yakni
bermacam-macam panu, kurap, dan sebagainya.
6)
Golongan cacing, yakni
bermacam-macam cacing perut seperti ascaris (cacing gelang), cacing kremi,
cacing pita, cacing tambang, dan sebagainya.
Agar
agent atau penyebab penyakit menular ini tetap hidup (survive), maka perlu
persyaratan-persyaratan sebagai berikut:
1)
Berkembang baik.
2)
Bergerak atau berpindah
dari induk semang.
3)
Mencapai induk semang
baru.
4)
Menginfeksi induk
semang baru. tersebut.
Kemampuan agent penyakit ini untuk tetap
hidup pada lingkungan manusia adalah suatu faktor penting dalam epidemiologi
infeksi. Setiap bibit penyakit -(penyebab penyakit) mempunyai habitat
sendiri-sendiri, sehingga ia dapat tetap hidup. Dari sini timbul istilah.
reservoir, yang diartikan sebagai berikut 1) Habitat, tempat bibit penyakit
tersebut hidup dan berkembang, 2) Survival, tempat bibit penyakit tersebut
sangat tergantung pada habitat, sehingga dapat tetap hidup.
Reservoir
di dalam manusia
Penyakit-penyakit yang mempunyai
reservoir dalam tubuh manusia antara lain, campak (measles), cacar air (small
pox), tifus (typhoid), meningitis, gonoirhoea, dan sifilis Manusia sebagai
reservoir dapat menjadi kasus yang aktif dan carrier.
Carrier
Carrier
adalah orang yang mempunyai bibit penyakit dalam tubuhnya, tanpa menunjukkan
adanya gejala penyakit, tetapi orang tersebut dapat menularkan penyakitnya
kepada orang lain. Convalescant Carriers adalah orang masih Mengandung bibit
penyakit setelah sembuh dari suatu penyakit.
Reservoir
pada binatang
Penyakit-penyakit yang mempunyai
reservoir pada binatang umumnya adalah penyakit zoonosis. Zoonosis adalah
penyakit pada binatang vertabrata yang dapat menular pada manusia. Penularan
penyakit-penyakit pada binatang ini melalui berbagai cara, yakni:
1)
Orang makan daging
binatang yang menderita penyakit misalnya, cacing pita.
2)
Melalui gigitan
binatang sebagai vektornya, misalnya pes melalui pinjal tikus, malaria,
filariasis, demam berdarah melalui gigitan nyamuk.
3)
Binatang penderita
penyakit langsung menggigit orang, misalnya rabies.
Benda-benda
mati sebagai reservoir
Penyakit-penyakit yang mempunyai
reservoir pada benda-benda mati pada dasarnya adalah saprofit hidup dalam
tanah. Pada umumnya bibit penyakit ini berkembang biak pada lingkungan yang
cocok untuknya. Oleh karena itu, bila terjadi perubahan temperatur atau kelembaban
dari kondisi di mana ia dapat hidup, maka ia berkembang biak dan siap infektif.
Contoh clostradium tetani penyebab tetanus, C. otulinum penyebab keracunan
makanan, dan sebagainya.
b.
Sumber
infeksi dan penyebaran penyakit
Yang dimaksud sumber infeksi adalah
semua benda, termasuk orang atau binatang yang dapat melewatkan menyebabkan
penyakit pada orang. Sumber penyakit ini mencakup juga reservoir seperti telah
dijelaskan sebelumnya.
Macam-macam penularan (mode of
transmission) suatu penyakit bias dengan
kontak langsung dengan penderita, melalui pernapasan, infeksi, penetresi pada
kulit dan infeksi melalui placenta.
c. Faktor induk semang
(host)
Terjadinya suatu penyakit (infeksi) pada
seseorang ditentukan oleh faktor-faktor yang ada pada induk semang itu sendiri.
Dengan kata lain penyakit-penyakit dapat terjadi pada seseorang
tergantung/ditentukan oleh kekebalan/ resistensi orang yang bersangkutan.
d. Pencegahan dan
penanggulangan penyakit menular
Untuk pencegahan dan penanggulangan ini
ada 3 pendekatan atau cara yang dapat dilakukan:
a)
Eliminasi reservoir
(sumber penyakit)
Eliminasi reservoir manusia sebagai
sumber penyebaran penyakit dapat dilakukan dengan:
(1)
Mengisolasi penderita
(pasien), yaitu menempatkan pasien di tempat yang khusus untuk mengurangi
kontak dengan orang lain.
(2)
Karantina, adalah
membatasi ruang gerak penderita dan menempatkannya bersama-sama penderita lain
yang sejenis pada tempat yang khusus didesain untuk itu. Biasanya dalam waktu
yang lama, misalnya karantina untuk penderita kusta.
b)
Memutus mata rantai
penularan
Meningkatkan sanitasi lingkungan dan
higiene perorangan merupakan usaha yang penting untuk memutuskan hubungan atau
mata rantai penularan penyakit menular.
c)
Melindungi orang-orang
(kelompok) yang rentan
Bayi dan anak balita merupakan kelompok
usia yang rentan terhadap penyakit menular. Kelompok usia yang rentan ini perlu
perlindungan khusus (specific protection) dengan imunisasi, balk imunisasi
aktif maupun pasif. Obat-obat prophylacsis tertentu juga dapat mencegah
penyakit malaria, meningitis dan disentri baksilus.
Pada anak usia muda gizi yang kurang
akan menyebabkan kerentanan pada anak tersebut. Oleh sebab itu, meningkatkan
gizi anak merupakan usaha pencegahan penyakit infeksi pada anak.
E.
Imunisasi
1.
Pengertian
Imunisasi berasal dari kata imun, kebal
atau resisten. Anak diimunisasi, berarti diberikan kekebalan terhadap suatu
penyakit tertentu. Anak kebal atau resisten terhadap suatu penyakit, tetapi
belum tentu kebal terhadap penyakit yang lain.
2.
Macam Kekebabalan
Kekebalan terhadap suatu penyakit
menular dapat digolongkan menjadi 2, yakni‑
a.
Kekebalan tidak
spesifik (non-spesifik resistance)
Yang dimaksud dengan faktor-faktor non-khusus
adalah pertahanan tubuh pada manusia yang secara alamiah dapat melindungi badan
dari suatu penyakit,- misalnya; kulit, air mata, cairan-cairan khusus yang ke
luar dari perut (usus), adanya reflek-reflek tertentu misalnya batuk, bersin
dan sebagainya.
b.
Kekebalan spesifik
(specipic resistance)
Kekebalan spesifik dapat diperoleh dari
dua sumber, yakni:
(1)
Genetik
Kekebalan yang berasal dari sumber
genetik ini biasanya berhubungan dengan ras (warna kulit) dan kelompok-kelompok
etnis, misalnya orang kulit hitam (Negro) cenderung lebih resisten terhadap
penyakit malaria jenis vivax.
(2)
Kekebalan yang
diperoleh (acquaied immunity)
`Kebebalan
ini diperoleh dari luar tubuh anak atau orang yang bersangkutan. Kekebalan
dapat bersifat aktif, dan dapat bersifat pasif. Kekebalan aktif dapat diperoleh
setelah orang sembuh dari penyakit tertentu.
3.
Faktor-faktor
yang Mempengaruhi Kekebalan
Banyak faktor yang mempengaruhi
kekebalan, antara lain umur, seks, kehamilan, gizi, dan trauma.
a.
Umur
Untuk beberapa penyakit tertentu pada
bayi (anak balita), dan orang tua lebih mudah terserang. Sedangkan pada usia
sangat muda atau usia tua lebih rentan, kurang kebal terhadap penyakit-penyakit
menular tentu.
b.
Seks
Untuk penyakit-penyakit menular
tententu seperti polio dan diphteia lebih parah terjadi pada wanita daripada
pria.
c.
Kehamilan
wanita yang sedang hamil pada
umumnya lebih rentan terhadap penyakit-penyakit menular tertentu misalnya
penyakit polio, pnemonia, malaria serta amebiosis. Sebaliknya untuk penyakit
typhoid dan meningitis jarang terjadi pada wanita hamil.
d.
Gizi
Gizi yang baik pada umumnya akan
meningkatkan resistensi tubuh terhadap penyakit-penyakit infeksi, sebaliknya
kekurangan gizi berakibat kerentanan seseorang terhadap penyakit infeksi.
e.
Trauma
Stres salah satu bentuk trauma
merupakan penyebab kerentanan seseorang terhadap suatu penyakit infeksi
tertentu.
Kekebalan
masyarakat (heard immunity)
Kekebalan yang terjadi pada tingkat
komuniti disebut ‘heard immunity'. Apabila heard immunity di masyarakat randah,
masyarakat tersebut akan mudah terjadi wabah, sebaliknya apabila heard immunity
tinggi, maka wabah jarang terjadi pada masyarakat tersebut.
Masa inkubasi
Masa inkubasi adalah jarak waktu dari mulai
terjadinya infeksi di dalam diri orang sampai dengan munculnya gejalagejala
atau tanda-tanda penyakit pada orang tersebut. Tiap-tiap penyakit infeksi
mempunyai masa inkubasi berbeda-beda, mulai dari beberapa jam sampai beberapa
tahun.
4.
Jenis-jenis
Imunisasi
Pada dasarnya ada 2 (dua) jenis
imunisasi:
a.
Imunisasi pasif (pasive
immunization)
Imunisasi
pasif ini adalah 'inmuno globulin jenis imunisasi ini dapat mencegah penyakit
campak (measles) pada anak‑anak.
b.
Imunisasi aktif (active
immunization)
lmunisasi yang diberikan pada anak
adalah:
·
BCG, untuk penyakit
TBC.
·
DPT, untuk mencegah
penyakit-penyakit diptheri, partusis dan tetanus.
·
Polio, untuk mencegah
penyakit poliomilitis.
·
Campak, untuk mencegah
penyakit campak (measles).
lmunisasi
pada ibu hamil dan calon pengantin adalah Imunisasi tetanus toxoid. Imunisasi ini untuk
mencegah terjadinya tetanus pada bayi yang dilahirkan.
5. Tujuan Program
Imunisasi
a.
Tujuan
Program imunisasi bertujuan untuk
menurunkan angka kesakitan dan kematian dari penyakit yang dapat dicegah dengan
imunisasi- Pada saat ini penyakit-penyakit tersebut adalah disentri, tetanus,
batuk rejan (pertusis), campak (measles), polio, dan tuberkulosis.
b.
Sasaran
·
Bayi di bawah umur 1
tahun (0 - 11 bulan)
·
Ibu hamil (awal
kehamilan - 8 bulan).
·
Wanita usia subur
(calon mempelai wanita).
·
Anak sekolah dasar
kelas I dan VI.
c.
Pokok-pokok kegiatan
1.
Pencegahan
terhadap-bayi (imunisasi lengkap)
2.
Pencegahan terhadap
anak sekolah dasar
3.
Pencegahan lengkap
terhadap ibu hamil dan PUS/calon mempelai wanita
4.
Jadwal pemberian
imunisasi seperti terlihat pada bagan.
5.
Petunjuk pemberian
vaksinasi diphteri, terutama pada anak SD, seperti yang sudah ditentukan.
6.
Pemantauan
Pemantauan harus dilakukan oleh semua
petugas baik pimpinan program, supevisor dan petugas paksinasi. Tujuan
pemantauan untuk mengetahui:
a.
Sampai di mana
keberhasilan kerja kita.
b.
Mengetahui permasalahan
yang ada
c.
Hal-hal yang perlu
dilakukan untuk memperbaiki program.
d.
Bantuan yang diharapkan
oleh petugas tingkat bawah.
Hal-hal yang perlu dipantau (dimonitor)
1)
Coverage dan drop out.
2)
Pengelolaan vaksin dan
colk chain.
3)
Pengamatan penyakit
yang dapat dicegah dengan imunisasi.
Dilihat dari waktu, maka pemantauan
dapat dilakukan dalam: Pemantauan
ringan dan Pemantauan Bulanan.
Cara memantau cakupan imunisasi dapat
dilakukan melalui beberapa cara antara lain:
·
Cakupan dari bulan ke
bulan dibandingkan dengan garis target, dapat digambarkan masing-masing bulan
atau dengan cara komulatif.
·
Hasil cakupan per
triwulan untuk masing-masing desa.,
BAB 3
STATISTIK KESEHATAN
A. Pengertian, Tujuan dan
Peranan Statistik
Secara umum arti statistik dibedakan
menjadi dua bagian besar yaitu:
Arti sempit:
Merupakan data ringkasan berbentuk
angka, misalnya: Jumlah karyawan BKKBN, jumlah akseptor KB, jumlah peserta KB
aktif di desa/kelurahan, jumlah balita yang ditimbang pada bulan tertentu,
jumlah kelompok penimbangan yang melapor pada bulan tertentu, jumlah PPKBD/Sub
PPKBD, dan lain sebagainya.
Arti luas:
Merupakan ilmu yang mempelajari cara
pengumpulan, pengolahan, penyajian dan analisis data termasuk cara pengambilan
kesimpulan dengan memperhitungkan unsur ketidakpastian berdasarkan konsep
propabilitas.
1.
Konsep statistik
Merupakan suatu pendekatan modern untuk
menyajikan mengenai konsep-konsep dasar dan metode statistik secara lebih jelas
dan langsung dapat membantu seseorang di dalam pengembangan daya kritik dalam
suatu kegiatan pengambilan keputusan dengan menggunakan cara-cara kuantitatif.
Semua jenis pertanyaan tersebut
membutuhkan suatu keputusan yang baik yang sudah memikirkan mengenai untung dan
ruginya. Di dalam sebagian besar kasus-kasus pekerjaan yang kita alami
sehari-hari, benefit dan cost adalah faktor utama yang poling diasosiasikan dengan
pengambilan suatu keputusan: Akan tetapi kenyataan yang kita hadapi adalah
bahwa suatu keputusan harus dibuat, walaupun dasar di dalam mengambil keputusan
tersebut adalah sangat lemah, hal ini oleh karena data-data yang diperlukan
juga tidak lengkap.
Oleh karena itu, penggunaan statistik
adalah penting sifatnya dalam rangka membantu memberi bobot dalam mengambil
keputusan. Dengan demikian apakah yang dibutuhkan oleh statistik dalam usaha
untuk membantu mengambil keputusan?
Yang
dibutuhkan adalah:
Data statistik atau bilangan yang
mewakili suatu perhitungan atau pengukuran suatu objek. Dengan demikian,
melalui teori serta metodologi dari statistik kita dapat membantu dan
menentukan mengenai data yang harus dikompilasikan, bagaimana data tersebut
dikumpulkan, diolah disajikan, dan dianalisis, serta kemudian ditarik
kesimpulan.
Statistik
menurut definisi dibagi menjadi dua bagian atau sub-kategori:
(1)
Descriptive Statistic
Adalah penggunaan statistik untuk tujuan
menggambarkan sesuatu yang spesifik saja, dan tidak memikirkan mengenai
implikasi atau kesimpulan yang mewakili sesuatu yang besar dan umum. Cara penyajiannya dapat
berbentuk grafik dan tabel-tabel.
(2)
Inferencial Statistic
Adalah suatu cara penggambaran suatu
kesimpulan dari suatu set data yang sedang- diteliti dan hasilnya dapat dibuat
suatu generalisasi.
2.
Peranan
Statistik
Manfaat dan peranan statistik
adalah membantu pars pengelola dan pelaksana program KB-Kes khususnya dalam mengambil
keputusan yang selanjutnya dipakai dasar perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi
berbagai kegiatan yang dilakukan.
Statistik sebagai bahan
perencanaan
Statistik seperti telah dijelaskan pada
butir terdahulu adalah pengetahuan yang berhubungan dengan pengumpulan data,
pengolahan penganalisisan, penyajian dan penarikan kesimpulan serta pembuatan
keputusan berdasarkan data dan kegiatan analisis yang dilakukan. Dengan kata
lain, setiap data yang dibutuhkan adalah data yang dapat dipercaya dan tepat
waktu. Melalui data yang dapat dipercaya dan tepat waktu diharapkan seluruh
kegiatan pengolahan data akan menghasilkan informasi untuk mengambil suatu
keputusan yang tepat. Kemungkinan-kemungkinan penyimpangan yang telah dicoba
untuk dieliminasi sekecil mungkin melalui berbagai metode yang dikembangkan
dalam statistik, akan sagat membantu dalam setiap kegiatan perencanaan program.
Statistik sebagai bahan
monitoring
Seperti telah tersebut dalam anti sempit
bahwa statistik adalah data ringkasan berbentuk angka, maka hal ini sangat
membantu di dalam suatu kegiatan monitoring. Oleh karena secara umum yang
dilakukan dalam kegiatan monitoring adalah memonitor seluruh kekuatan dan
kelemahan program yang menyangkut berbagai variabel yang berbentuk data
ringkasan.
Statistik sebagai bahan
evaluasi
Dengan mengetahui berbagai data yang
dapat dipercaya maka selanjutnya kita dapat menganalisis dan memutuskan yang
baik dan yang buruk. Selain itu melalui berbagai data yang ada kita dapat
membandingkan dan selanjutnya membuat suatu generalisasi dari sampel yang kecil
kepada populasi.
B. Statistik Kesehatan
Statistik kesehatan adalah suatu cabang
dari statistik yang berurusan dengan cara-cara pengumpulan, kompilasi,
pengolahan dan interpretasi fakta-fakta numerik sehubungan dengan sehat dan
sakit, kelahiran, kematian, dan faktor-faktor yang berhubungan dengan itu pada
populasi manusia. Apabila kegiatan pencatatan ini ditunjukan khusus pada
kejadian-kejadian kehidupan manusia tertentu, yakni: kelahiran, kematian,
perkawinan, dan perceraian, disebut statistik vital (vital statistics), atau
sering juga disebut statistik kehidupan (bio statistic).
Statistik kesehatan mencakup juga
statistik kehidupan, dan data .lain yang berkaitan dengan kehidupan itu
C. Pengolahan dan Analisis
Data
Pengolahan data statistik dapat
dilakukan dengan cara manual atau dengan bantuan perangkat lunak (software)
komputer. Pengolahan data secara manual dewasa ini sudah jarang dilakukan.
Namun, untuk data yang berskala kecil dan dengan kelangkaan prasarana komputer
dan kemampuan (keterampilan) sumber daya manusia, pengolahan secara manual
masih digunakan (dilakukan).
D. Penyajian Data
Cara penyajian data Pada umumnya
dikelompokkan menjadi tiga, yakni:
1.
Penyajian
dalam Bentuk Tekstular
Penyajian secara tesktular adalah
penyajian data hasil penelitian dalam bentuk kalimat. Misalnya: penyebaran penyakit
malaria di daerah pedesaan pantai lebih tinggi bila dibandingkan dengan
penduduk pedesaan pedalaman. Penyajian data dalam bentuk tabel adalah suatu
penyajian yang sistematik dari data numerik, yang tersusun dalam kolom atau
jajaran. Sedangkan penyajian dalam bentuk grafik adalah suatu penyajian data
secara visual. Penyajian hasil penelitian kuantitatif yang sering menggunakan
bentul tabel atau grafik, oleh sebab itu yang akan diuraikan lebih lanjut dalam
bab ini adalah kedua bentuk penyajian tersebut.
2.
Penyajian
dalam-Bentuk Tabel
Berdasarkan penggunaannya, tabel dalam
statistik dibedakan menjadi dua, yakni tabel umum (master table) dan tabel
khusus. Tabel umum dipergunakan untuk tujuan umum, dan tabel khusus untuk
tujuan khusus.
a.
Tabel Umum
Yang dimaksud tabel umum di sini adalah
suatu tabel yang berisi seluruh data atau variabel hasil penelitian.
b.
Tabel Khusus
Tabel khusus merupakan penjabaran atau
bagian dari tabel umum. Ciri utama dari tabel khusus ialah angka-angka dapat
dibulatkan, dan hanya berisi beberapa variabel saja. Gunanya tabel khusus ini
antara lain untuk menggambarkan adanya hubungan atau asosiasi khusus, dan
menyajikan data yang terpilih (selective) dalam bentuk sederhana.
3.
Penyajian
dalam Bentuk Grafik
Penyajian data secara visual dilakukan
melalui bentuk grafik, gambar, atau diagram.
Ketentuan umum untuk membuat grafik,
diagram, atau gambar data antara lain:
a.
Judul grafik, diagram,
gambar atau skema harus jelas dan tepat. Judul terletak di atas tengah gambar
atau grafik, dan menggambarkan ciri data, tempat dan tahun data tersebut
diperoleh (what, where and when).
b.
Garis horizontal maupun
garis vertikal sebagai koordinat harus di atas agar garis kurva tampak jelas.
c.
Skala pada grafik atau
gambar harus ada catatan tentang satuan yang dipakai, misalnya tahun, hari,
kilogram, celcius, dan sebagainya.
d.
Apabila data dari
grafik atau gambar tersebut diambil dari sumber lain (bukan hasil penelitian
sendiri), maka sumber data harus ditulis di bawah kiri grafik atau gambar tersebut.
E.
Ukuran-ukuran
Statistik Kesehatan
Purata (rate) adalah ukuran umum yang
sering digunakan dalam analisis statistik, khususnya statistik kesehatan. Rate
adalah suatu jumlah kejadian dihubungkan dengan populasi yang bersangkutan.
Rate yang dihitung dari total populasi
di dalam suatu area sebagai denominator (penyebut) disebut crude rate atau
angka kasar (purata kasar). Sedangkan rate yang dihitung dari kelompok atau
segmen tertentu disebut specific rate atau angka spesifik (purata spesifik).
BAB 4
MANAJEMAN KESEHATAN MASYARAKAT
A. Pengertian Manajemen
Kesehatan
Dalam kegiatan apa saja, agar kegiatan
tersebut dapat mencapai tujuannya secara efektif diperlukan pengaturan yang
baik. Demikian juga kegiatan dan atau pelayanan kesehatan masyarakat memerlukan
pengaturan yang baik, agar tujuan tiap kegiatan atau program itu tercapai
dengan baik Prosess pengaturan kegiatan ilmiah ini disebut manajemen, sedangkan
proses untuk mengatur kegiatan-kegiatan atau pelayanan kesehatan masyarakat
disebut 'Manajemen Pelayanan Kesehatan Masyarakat'.
Manajemen adalah suatu kegiatan
untuk mengatur orang lain guna mencapai tujuan atau menyelesaikan pekerjaan. Apabila
batasan ini diterapkan dalam bidang kesehatan masyarakat dapat dikatakan
sebagai berikut. "Manajemen kesehatan adalah suatu kegiatan atau suatu
seni untuk mengatur para petugas kesehatan dan non-petugas kesehatan guna
meningkatkan kesehatan masyarakat melalui program kesehatan."
Dengan kata lain manajemen kesehatan
masyarakat adalah penerapan manajemen umum dalam sistem pelayanan kesehatan
masyarakat sehingga yang menjadi objek atau sasaran manajemen adalah sistem
pelayanan kesehatan masyarakat. Sistem adalah suatu kesatuan yang utuh, terpadu
yang terdiri dari berbagai elemen (sub-sistem) yang saling berhubungan dalam
suatu proses atau struktur dalam upaya menghasilkan sesuatu atau mencapai suatu
tujuan tertentu. Oleh sebab itu, kalau berbicara sistem pelayanan kesehatan
adalah struktur atau gabungan dari sub-sistem dalam suatu unit atau' dalam
suatu proses untuk mengupayakan pelayanan kesehatan masyarakat baik preventif
kuratif, promotif maupun rehabilitatif. Sehingga sistem pelayanan kesehatan ini
dapat berbentuk Puskesmas, Rumah Sakit, Balkesmas, dan unit-unit atau
organisasi-organisasi lain yang mengupayakan peningkatan kesehatan.
fungsi-fungsi
manajemen itu pada garisnya terdiri dari:
a.
Perencanaan (Planning)
b.
Pengorganisasian (Organizing)
c.
Penyusunan personalia (Staffing)
d.
Pengkoordinasian (Coordinating)
e.
Penyusunan anggaran (Budgeting)
B. Perencanaan Kesehatan
Perencanaan adalah suatu kegiatan atau
proses penganalisisan dan pemahaman sistem, penyusunan konsep dan kegiatan yang
akan dilaksanakan untuk mencapai tujuan-tujuan demi masa depan yang baik. Dari
batasan ini dapat ditarik kesimpulan-kesimpulan antara lain:
a.
Perencanaan harus
didasarkan kepada analisis dan pemahaman sistem dengan baik.
b.
Perencanaan pada
hakikatnya menyusun konsep dan kegiatan yang akan dilaksanakan untuk mencapai
tujuan dan misi organisasi.
c.
Perencanaan secara
implisit mengemban misi organisasi untuk mencapai hari depan yang lebih baik.
Secara sederhana dan awam dapat
dikatakan bahwa perencanaan adalah suatu proses yang menghasilkan suatu uraian
yang terinci dan lengkap tentang suatu program atau kegiatan yang akan
dilaksanakan. Oleh sebab itu, hasil proses perencanaan adalah `Rencana' (plan).
Perencaan atau rencana itu sendiri banyak macamnya, antara lain:
a)
Dilihat dari jangka
waktu berlakunya rencana
1)
Rencana jangka pendek (Long term planning), yang berlaku antara
10-25 tahun.
2)
Rencana jangka menengah
(Medium range planning), yang berlaku
antara 5-7 tahun.
3)
Rencana jangka pendek (Short range planning), umumnya berlaku
hanya untuk 1 tahun.
b)
Dilihat dari
tingkatannya
1)
Rencana induk (masterplan), lebih menitikberatkan
uraian kebijakan organisasi. Rencana ini mempunyai tujuan jangka panjang dan
mempunyai ruang lingkup yang luas.
2)
Rencana operasional (operational planning), lebih
menitikberatkan pada pedoman atau petunjuk dalam meIaksanakan suatu program.
3)
Rencana harian (Day to day planning) ialah rencana
harian yang bersifat rutin.
c)
Ditinjau dari ruang
lingkupnya
1)
Rencana strategis (strategi planning), berisikan uraian
tentang kebijakan tujuan jangka panjang dan waktu pelaksanaan yang lama. Model
rencan.a ini sulit untuk diubah.
2)
Rencana taktis (tactical planning) salah rencana yang
berisi uraian yang bersifat jangka pendek, mudah menyesuaikan
kegiatan-kegiatannya, asalkan tujuan tidak berubah.
3)
Rencana menyeluruh (comprehensive planning), ialah rencana
yang mengandung uraian secara menyeluruh dan lengkap.
4)
Rencana terintegrasi (integrated planning), ialah rencana yang
mengandung uraian yang menyeluruh bersifat terpadu, misalnya dengan program
lain di luar kesehatan.
Meskipun ada berbagai jenis perencanaan
berdasarkan aspek-aspek tersebut di atas, namun praktiknya sulit untuk
dipisah-pisahkan seperti pembagian tersebut.
1.
Proses Perencanaan
Perencanaan dalam suatu organisasi
adalah suatu proses, dimulai dari identifikasi masalah, penentuan prioritas
masalah, perencanaan pemecahan masalah, implementasi (pelaksanaan pemecahan
masalah) dan evaluasi. Dari hasil evaluasi tersebut akan muncul masalah-masalah
baru, kemudian dari masalah-masalah tersebut dipilih prioritas masalah, dan
selanjutnya kembali ke siklus semula.
Di bidang kesehatan khususnya, proses
perencanaan ini pada umumnya menggunakan pendekatan pemecahan masalah (problem
solving), seperti digambarkan di atas. Secara terinci langkah-langkah
perencanaan kesehatan adalah sebagai berikut
:
a.
Indentifikasi
Masalah
Perencanaan pada hakikatnya adalah
suatu bentuk rancangan pemecahan masalah. Oleh sebab itu, langkah awal dalam
perencanaan kesehatan adalah mengidentifikasi masalah-masalah kesehatan
masyarakat di lingkungan unit organisasi yang bersangkutan.
b.
Menetapkan
Prioritas Masalah
Kegiatan identifikasi masalah
menghasilkan segudang masalah kesehatan yang menunggu untuk ditangani. Oleh
karena keterbatasan sumber daya baik biaya, tenaga, dan teknologi, maka tidak
semua masalah tersebut dapat dipecahkan sekaligus (direncanakan pemecahannya).
Untuk itu maka harus dipilih masalah yang mana yang 'fleksible' untuk
dipecahkan. Proses memilih masalah ini disebut memilih atau menetapkan
prioritas masalah. Pemilihan prioritas dapat dilakukan melalui 2 cara, yakni‑.
c.
Menetapkan
Tujuan
Menetapkan tujuan perencanaan pada
dasarnya adalah membuat ketetapan-ketetapan tertentu yang ingin dicapai oleh
perencanaan tersebut. Penetapan tujuan yang baik apabila dirumuskan secara
konkret dan dapat diukur. Pada umumnya dibagi dalam tujuan umum dan tujuan
khusus.
a)
Tujuan Umum
Adalah suatu tujuan masih bersifat umum,
dan masih dapat dijabarkan ke dalam tujuan-tujuan khusus, dan pada umumnya
masih abstrak.
Contoh:
Meningkatkan status gizi anak balita di
Kecamatan Cibadak.
b)
Tujuan Khusus
Adalah tujuan-tujuan yang dijabarkan
dari tujuan umum. Tujuan khusus merupakan jembatan untuk tujuan umum, artinya
tujuan umum yang ditetapkan akan tercapai, apabila tujuan-tujuan khususnya
tercapai. Contoh: Apabila tujuan umum seperti contoh tersebut di atas
dijabarkan ke dalam tujuan khusus menjadi sebagai berikut:
·
Meningkatnya perilaku
ibu dalam memberikan makanan bergizi kepada anak balita.
·
Meningkatnya jumlah
anak balita yang ditimbang di Posyandu.
·
Meningkatnya jumlah
anak yang berat badannya naik dan sebagainya.
d.
Menetapkan
Rencana Kegiatan
Rencana kegiatan adalah uraian tentang
kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan untuk mencapai tujuan-tujuan yang telah
ditetapkan. Pada umumnya kegiatan mencakup 3 tahap pokok, yakni:
·
Kegiatan pada tahap
persiapan, yakni kegiatan-kegiatan yang dilakukan sebelum kegiatan pokok
dilaksanakan, misalnya: rapat-rapat koordinasi, perizinan dan sebagainya.
·
Kegiatan pada tahap
pelaksanaan yakni kegiatan pokok program yang bersangkutan.
·
Kegiatan pada tahap
penilaian yakni kegiatan untuk
mengevaluasi seluruh kegiatan dalam rangka pencapaian program tersebut.
e.
Menetapkan
Sasaran (Target Group)
Sasaran (target group) adalah kelompok
masyarakat tertentu yang akan digarap oleh program yang direncanakan tersebut. Sasaran program kesehatan biasanya
dibagi dua, yakni:
(a)
Sasaran langsung, yaitu
kelompok yang langsung dikenal oleh program. Misalnya kalau tujuan umumnya:
meningkatkan status gizi anak balita seperti tersebut di atas, maka sasaran
langsungnya adalah anak balita.
(b)
Sasaran tidak langsung,
adalah kelompok yang menjadi sasaran antara program tersebut, namun berpengaruh
sekali terhadap sasaran langsung.
Misalnya, seperti contoh di atas, anak
balita sebagai sasaran langsung sedangkan ibu anak balita sebagai sasaran tidak
langsung. Ibu anak balita, khususnya perilaku ibu dalam memberikan makanan
bergizi kepada anak sangat menentukan status gizi anak balita tersebut.
f.
Waktu
Waktu yang ditetapkan dalam perencanaan
adalah sangat tergantung dengan jenis perencanaan yang dibuat serta
kegiatan-kegiatan yang ditetapkan dalam rangka mencapai tujuan. Oleh sebab itu,
waktu dan kegiatan sebenarnya dapat dijadikan satu, dan disajikan di dalam
bentuk matriks, yang disebut 'Gant Chart'.
g.
Organisasi
dan Staf
Dalam bagian ini digambarkan atau
diuraikan organiHasi dan sekaligus staf atau personel yang akan melaksanak a ti
kegiatan-kegiatan atau program tersebut. Di samping itu juga diuraikan tugas (jobdescription) masing-masing pelaksana tersebut.
Hal ini penting karena masing-masing orang yang terlibat dalam program tersebut
mengetahui dan melaksanakan kewajiban.
h. Rencana Anggaran
Adalah uraian tentang biaya-biaya yang
diperlukan untuk pelaksanaan kegiatan, mulai dari persiapan sampai dengan
evaluasi. Biasanya rincian rencana biaya ini dikelompokkan menjadi:
a)
Biaya personalia
b)
Biaya operasional
c)
Biaya sarana dan
fasilitas
d)
Biaya penilaian
i.
Rencana
Evaluasi.
Rencana evaluasi sering dilupakan oleh
para perencana, padahal hal ini sangat penting. Rencana evaluasi adalah suatu
uraian tentang kegiatan yang akan dilakukan untuk menilai sejauh mana
tujuan-tujuan yang telah ditetapkan tersebut telah tercapai.
C. Pengorganisasian
Setelah perencanaan telah dilakukan atau
telah selesai (menjadi rencana), maka selanjutnya harus dilakukan
pengorganisasian. Yang dimaksud pengorganisasian adalah mengatur personal atau
staf yang ada dalam institusi tersebut agar semua kegiatan yang telah ditetapkan
dalam rencana tersebut dapat berjalan dengan baik, yang akhirnya semua tujuan
dapat dicapai. Dengan kata lain pengorganisasian adalah pengkoordinasian
kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan suatu institusi, guna mencapai tujuan
yang telah ditetapkan. Pengorganisasian
mencakup beberapa unsur pokok, antara lain:
a.
Hal yang
diorganisasikan ada 2 macam, yakni:
1)
Pengorganisasian
kegiatan ialah pengaturan berbagai kegiatan yang ada di dalam rencana sehingga
mem bentuk satu kesatuan yang terpadu untuk mencapai tujuan.
2)
Pengorganisasian tenaga
pelaksanaanialah mencakup pengaturan hak dan wewenang setiap tenaga pelaksana
sehingga semua kegiatan mempunyai penanggung jawabnya.
b.
Proses pengorganisasian
ialah langkah-langkah yang harus dilakukan sedemikian rupa sehingga semua
kegiatan dan tenaga pelaksana dapat berjalan sebaik-baiknya.
c.
Hasil pengorganisasian
ialah terbentuknya wadah atau sering disebut 'struktur organisasi' yang
merupakan perpaduan antara kegiatan dan tenaga pelaksana.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan
bahwa pengorganisasian adalah suatu proses yang menghasilkan (struktur
organisasi). Struktur organisasi adalah visualisasi kegiatan dan pelaksana
kegiatan (personel) dalam suatu institusi. Dilihat dari segi pembagian kegiatan
dan pelaksanaan tugas, fungsi dan wewenang, maka organisasi secara umum
dibedakan atas 3 jenis, yakni:
1.
Organisasi Lini (Line
Organization)
Dalam jenis organisasi ini, pembagian
tugas dan wewenang terdapat perbedaan yang tegas antara pimpinan dan pelaksanaan.
Peran pemimpin dalam hal ini sangat dominant di mana semua kekuasaan di tangan
pimpinan. Oleh sebab itu, dalam pelaksanaan kegiatan yang utama adalah wewenang
dan perintah. Memang bentuk organisasi semacam ini khususnya di dalam
institusi-institusi yang kecil sangat efektif, karena keputusan-keputusan cepat
diambil dan pelaksanaan keputusan juga cepat. Kelemahannya jenis organisasi
semacam ini kurang manusiawi,
lebih-lebih para pelaksana tugas bawahan hanya dipandang sebagai robot, yang
senantiasa, siap melaksanakan perintah.
2.
Organisasi Staf (Staff
Organization)
Dalam organisasi ini, tidak begitu tegas
garis pemisah antara pimpinan dan staf pelaksana Peran staf bukan sekadar
pelaksana perintah pimpinan, namun staf berperan sebagai pembantu pimpinan.
Bentuk organisasi ini muncul karena makin kompleksnya masalah-masalah
organisasi sehingga pimpinan sudah tidak dapat lagi menyelesaikan semuanya dan
memerlukan bantuan orang lain (biasanya para ahli) yang dapat memberikan
masukan peinikiran-pemikiran terhadap masalah-masalah yang dihadapi. Meskipun
organisasi ini lebih baik dari yang perama, karena keputusan-keputusan dapat lebih
baik, namun kadang-kadang keputusan-keputusan tersebut akan memakan waktu yang
lama, karena melalui perdebatan-perdebatan yang kadang-kadang melelahkan.
3.
Organisasi Lini dan
Staf
Organisasi ini merupakan gabungan kedua
jenis organisasi yang terdahulu disebutkan (lini dan staf). Dalam organisasi
ini staf bukan sekadar pelaksana tugas, tetapi juga diberikan wewenang untuk
memberikan masukan demi tercapainya tujuan secara baik. Demikian juga pimpinan
tidak sekadar memberi perintah atau nasihat, tetapi juga bertanggung jawab atas
perintah atau nasihat tersebut.
Keuntungan organisasi ini antara lain:
keputusan yang diambil oleh pimpinan lebih baik karena telah dipikirkan oleh
sejumlah orang, dan tanggung jawab pimpinan berkurang karena mendapat dukungan
dan bantuan dari staf.
Dalam kehitupan sehari-hari, apabila
unit kerja (departemen, perusahaan, dan sebagainya) akan melaksanakan suatu
rencana tidak selalu langsung diikuti oleh penyusunan organisasi baru. Struktur
organisasi itu biasanya sudah ada terlebih dahulu dan ini relatif cenderung
permanen, lebih-lebih struktur organisasi departemen. Di samping itu, unit-unit
kerja tersebut dijabarkan ke dalam unit-unit yang lebih kecil dan masing-masing
unit-unit kerja yang lebih kecil ini mempunyai tugas dan wewenang yang
berbeda-beda (Dirjen, Direktorat, Bidang, Seksi, Devisi-devisi, dan
sebagainya). Untuk pelaksanaan rencana rutin cukup oleh staf yang ada, sehingga
tidak perlu menyusun organisasi baru.
D. Pengawasan dan
Pengarahan
Pengawasan dan pengarahan adalah suatu
proses untuk mengukur penampilan kegiatan atau pelaksanaan kegiatan suatu
program yang selanjutnya memberikan pengarahan - pengarahan sehingga tujuan yang telah
ditetapkan dapat tercapai. Agar pengawasan dapat berjalan dengan baik
sekurang-kurangnya 3 hal yang diperhatikan, yakni:
1.
Objek Pengawasan
Yaitu hal-hal yang diawasi
dalam pelaksanaan suatu rencana. Objek pengawasan ini
banyak macamnya, tergantung dari program atau kegiatan yang dilaksanakan.
Secara garis besar objek pengawasan dapat dikelompokkan menjadi 4, yakni:
a)
Kuantitas dan kualitas
program, yakni barang atau jasa yang dihasilkan oleh kegiatan atau program tersebut.
Untuk program kesehatan yang diawasi adalah pelayanan yang diberikan oleh unit
kerja tersebut.
b)
Biaya program, dengan
menggunakan 3 macam standar, yakni modal yang dipakai, pendapatan yang
diperoleh, dan harga program. Dalam bidang kesehatan yang dijadikan ukuran
pengawasan adalah pembiayaan kegiatan atau pelayanan, hasil yang diperoleh dari
pelayanan dan keuntungan kegiatan atau pelayanan.
c)
Pelaksanaan
(implementasi) program, yaitu pengawasan terhadap waktu pelaksanaan, tempat
pelaksanaan dan proses pelaksanaan apakah sesuai dengan yang telah ditetapkan
dalam perencanaan.
d)
Hal-hal yang bersifat
khusus, yaitu penga.wasan yang ditujukan kepada hal-hal khusus yang ditetapkan
oleh pimpinan atau manajer.
2.
Metode Pengawasan
Tujuan pokok pengawasan bukanlah mencari
kesalahan, namun yang lebih utama adalah mencari umpan balik (feedback) yang
selanjutnya memberikan pengarahan dan perbaikan-perbaikan apabila kegiatan
tidak berjalan dengan semestinya. Pengawasan dapat dilakukan dengan berbagai
macam-macam, antara lain:
a)
Melalui kunjungan
langsung atau observasi terhadap objek yang diawasi.
b)
Melalui analisis
terhadap laporan-laporan yang masuk.
c)
Melalui pengumpulan
data atau informasi yang khusus ditujukan terhadap objek-objek pengawasan.
d)
Melalui tugas dan
tanggung jawabpara petugas khususnya para pimpinan. Artinya fungsi pengawasan
itu secaraimplisit atau fungal pejabat (pimpinan) yang diberikan wewenang.
Inilah: yang Hering disebut pengawasan melekat (Waskat).
3.
Proses Pengawasan
Pengawasan adalah suatu proses, yang
berarti bahwa suatu pengawasan itu terdiri dari berbagai langkah, yakni:
1)
Menyusun rencana
pengawasan. Sebelum melakukan pengawasan terlebih dahulu harus disusun rencana
pengawasan yang antara lain mencakup: tujuan pengawasan; objek pengawasan,
cara pengawasan, dan sebagainya.
2)
Pelaksanaan pengawasan:
yaitu melakukan kegiatan pengawasan sesuai dengan rencana yang telah disusun.
3)
Menginterpretasi .dan
menganalisis hasil-hasil pengawasan. Hasil-hasil pengawasan yang antara lain
berupa catatan - catatan
dan dokumen-dokumen, foto-foto, hasil-hasil rekaman dan sebagainya diolah,
diinterpretasi dan dinalisis.
4)
Menarik kesimpulan dan
tindak lanjut. Dari hasil analisis tersebut kemudian disimpulkan, dan menyusun
saran atau rekomendasi untuk tindak lanjut pengawasan tersebut.
Pengarahan pada hakikatnya adalah
keputusan-keputusan pimpinan yang direncanakan dapat berjalan dengan baik.
Dengan pengarahan (directing)
diharapkan:
1.
Adanya kesatuan
perintah (unity of command), artinya
dengan pengarahan ini akan diperoleh kesamaan bahasa yang hams dilaksanakan
oleh para pelaksana. Sehingga tidak terjadi kesimpangsiuran yang dapat
membingungkan para pelaksana.
2.
Adanya hubungan
langsung antara pimpinan dengan bawahan, artinya dengan pengarahan yang berupa
petunjuk atau perintah oleh atasan yang langsung kepada bawahan, tidak akan
terjadi mis komunikasi. Di samping itu pengarahan yang langsung ini dapat
mempercepat hubungan antara atasan dan bawahan.
3.
Adanya umpan balik yang
langsung: Pimpinan dengan cepat memperoleh umpan balik terhadap kegiatan yang
dilaksanakan. Selanjutnya umpan balik ini dapat segera digunakan untuk
perbaikan.
E. Sistem Pelayanan
Kesehatan Masyarakat
Sistem adalah gabungan dari
elemen-elemen (sub-sistem) di dalam suatu proses atau struktur dan berfungsi
sebagai satu kesatuan organisasi. Di dalam suatu sistem terdapat elemen-elemen
atau bagian-bagian di mana di dalamnya juga membentuk suatu proses di dalam
suatu kesatuan, maka disebut sub-sistem (bagian dari sistem). Selanjutnya
sub-sistem tersebut juga terjadi suatu proses berfungai sebagai suatu kesatuan
sendiri Sebagai bagian dari sub-sistem tersebut.
Sistem terbentuk dari elemen atau bagian
yang saling berhubungan dan saling
mempengaruhi. Apabila salah satu bagian atau sub-sistem tidak berjalan dengan
baik, maka akan mempengaruhi bagian yang lain. Secara garis besarnya
elemen-elemen dalam sistem itu adalah sebagai berikut:
a)
Masukan (Input):
Adalah sub-elemen-sub-elemen yang
diperlukan sebagai masukan untuk berfungsinya sistem.
b)
Proses:
Ialah suatu kegiatan yang berfungsi
untuk mengubah masukan sehingga menghasilan sesuatu (keluaran) yang
direncanakan.
c)
Keluaran (out put),
ialah hal yang dihasilkan oleh proses.
d)
Dampak (impact), akibat
yang dihasilkan oleh keluaran setelah beberapa waktu lamanya.
e)
Umpan balik (feed
back), juga merupakan hasil dari proses yang sekaligus sebagai masukan untuk
sistem tersebut.
f)
Lingkungan
(enviroment), ialah dunia di luar sistem yang mempengaruhi sistem tersebut.
Contoh: Di dalam pelayanan Puskesmas,
yang menjadi input adalah: dokter, perawat, obat-obatan, fasilitas lain, dan
sebagainya.Prosesnya adalah kegiatan pelayanan Puskesmas tersebut, out put-nya
adalah pasien sembuh/tidak sembuh, jumlah ibu hamil yang dilayanani dan
sebagainya, dampaknya adalah meningkatnya status kesehatan masyarakat.
Sedangkan umpan balik pelayanan Puskesman antara lain keluhan-keluhan pasien
terhadap pelayanan, sedangkan lingkungan adalah masyarakat dan
instansi-instansi di luar Puskesmas tersebut.
Sistem pelayanan kesehatan mencakup
pelayanan kedokteran (medical services)
dan pelayanan kesehatan masyarakat (public
health services). Dalam buku ini hanya dibahas sistem pelayanan kesehatan
masyarakat saja. Secant umum pelayanan kesehatan masyarakat merupakan
sub-sistem pelayanan kesehatan, yang tujuan utamanya adalah pelayanan preventif
(pencegahan) dan promotif (peningkatan kesehatan) dengan sasaran masyarakat.
Meskipun demikian, tidak berarti bahwa pelayanan kesehatan masyarakat tidak
melakukan pelayanan kuratif (pengobatan) dan rehabilitatif (pemulihan).
F.
Sistem
Rujukan
Kesehatan atau sehat-sakit adalah suatu
yang kontinum dimulai dari sehat walafiat sampai dengan sakit parah. Kesehatan
seseorang berada dalam bentang tersebut. Secara umum dapat dibagi dalam tiga
tingkat, yakni: sakit. ringan (mild), saling sedang (moderate) dan sakit parah
(severe). Dengan ada 3 gradasi penyakit ini maka menuntut bentuk pelayanan
kesehatan yang berbeda pula. Untuk penyakit ringantidak memerlukan pelayanan
canggih. Namun sebaliknya, untuk penyakit yang sudah parah tidak cukup hanya
dengan pelayanan yang sederhana saja, melainkan memerlukan pelayanan yang
sangat spesifik.
Hal
yang dirujuk bukan hanya pasien saja, tetapi juga masalah-masalah kesehatan
lain, teknologi, sarana, bahan-bahan laboratorium, dan sebagainya. Di samping
itu, rujukan tidak berarti berasal dari fasilitas yang lebih rendah ke fasilitas
yang lebih tinggi, tetapi juga dapat dilakukan di antara .fasilitas-fasilitas
kesehatan yang setingkat. Secara garis besar rujukan dibedakan menjadi dua,
yakni:
a)
Rujukan Medik
Rujukan ini berkaitan dengan upaya
penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan pasien. Di samping itu juga
mencakup rujukan pengetahuan (konsultasi media), dan bahan-bahan pemeriksaan.
b)
Rujukan Kesehatan
Masyarakat
Rujukan ini berkaitan dengan upaya
pencegahan penyakit (preventif) dan peningkatan kesehatan (promosi). Rujukan
ini mencakup rujukan teknologi, sarana dan operasional.
G. Monitoring dan Evaluasi
Program Kesehatan
Monitoring dan evaluasi merupakan bagian
yang penting dari proses manajemen, karena dengan evaluasi akan diperoleh umpan -balik (feed back)
terhadap porgram atau pelaksanaan kegiatan. Tanpa adanya monitoring dan
evaluasi, sulit rasanya untuk mengetahui sejauh manatujuan yang direncanakan
itu telah mencapai tujuan atau belum. Monitoring adalah kegiatan untuk memantau
proses atau jalannya suatu program atau kegiatan. Sedangkan evaluasi adalah
kegiatan untuk menilai hasil suatu program atau kegiatan.
Evaluasi adalah membandingkan antara
hasil yang telah dicapai oleh suatu program dengan tujuan yang direncanakan.
Menurut kamus istilah manajemen evaluasi ialah suatu proses bersistem dan
objektif menganalisis sifat dan ciri pekerjaan di dalam suatu organisasi atau
pekerjaan.
Dalam kegiatan evaluasi
itu mencakup langkah-langkah, yaitu:
a.
Menetapkan atau
memformulasikan tujuan evaluasi, yakni tentang apa yang akan dievaluasi
terhadap program yang dievaluasi.
b.
Menetapkan kriteria
yang akan digunakan dalam menentukan keberhasilan program yang akan dievaluasi.
c.
Menetapkan cara atau
metode evaluasi yang akan digunakan.
d.
Melaksanakan evaluasi,
mengolah dan menganalisis data atau hasil pelaksanaan evaluasi tersebut.
e.
Menentukan keberhasilan
program yang dievaluasi berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan tersebut,
serta memberikan penjelasan-penjelasannya.
f.
Menyusun rekomendasi
atau saran-saran tindakan lebih lanjut terhadap program berikutnya,berdasarkan
hasil evaluasi tersebut.
Dilihat dari implikasi hasil evaluasi
bagi suatu program, dibedakan adanya jenis evaluasi, yakni evaluasi formatif
dan evaluasi sumatif. Evaluasi formatif
dilakukan untuk-men diag nosis suatu
program, yang hasilnya digunakan untuk pengembangan atau perbaikan program.
Biasanya formatif dilakukan pada proses program (program masih berjalan).
Sedangkan evaluasi sumatif adalah suatu evaluasi yang dilakukan untuk menilai
hasil akhir dari suatu program. Biasanya evaluasi sumatif ini dilakukan pada
waktu program telah selesai (akhir program). Meskipun demikian pada praktik
evaluasi program sekaligus mencakup kedua tujuan tersebut.
Evaluasi suatu program kesehatan
masyarakat dilakukan terhadap tiga hal
:
a.
Evaluasi proses
ditujukan terhadap pelaksanaan program, yang menyangkut penggunaan sumber daya,
seperti tenaga, dana, dan fasilitas yang lain.
b.
Evaluasi hasil program
ditujukan untuk menilai sejauh mana program tersebut berhasil, yakni sejauh
mana tujuan-tujuan yang telah ditetapkan tercapai. Misalnya, meningkatnya
cakupan imunisasi, meningkatnya ibu-ibu hamil yang memeriksakan kehamilannya,
dan sebagainya.
c.
Evaluasi dampak program
ditujukan untuk menilai sejauhmana program ini mempunyak dampak terhadap
peningkatan kesehatan masyarakat. Dampak program-program kesehatan ini
tercermin dari membaiknya atau meningkatnya indikator-indikator kesehatan
masyarakat. Misalnya, menurunnya angka kemati bayi (IMR), meningkatnya status
gizi anak balita, menurunnya angka kematian ibu, dan sebagainya.
Dalam program kesehatan masyarakat, di
samping evaluasi juga dilakukan monitoring atau pemantauan program. Menitoring
dilakukan sejalan dengan evaluasi, dengan tujuan agar kegiatan-kegiatan yang
dilakukan dalam rangka mencapai tujuan program tersebut berjalan sesuai dengan
yang direncanakan, baik waktunya maupun jenis kegiatannya. Dalam monitoring
tidak dilakukan penilaian seperti pada evaluasi, tetapi hanya mengamati dan
mencatat. Apabila terjadi ketidaksesuaian antara kegiatan dengan yang
direncanakan dilakukan koreksi.
BAB 5
PENDIDIKAN DAN PERILAKU KESEHATAN
A. Prinsip
-
prinsip
Pendidikan Kesehatan
Pendidikan kesehatan itu penting untuk
menunjang program-program kesehatan yang lain. Akan tetapi program-program
pelayanan kesehatan kurang melibatkan pendidikan kesehatan. Pendidikan
kesehatan itu tidak segera membawa manfaat bagi masyarakat dan yang mudah
dilihat atau diukur, karena pendidikan merupakan behavioral investmen jangka
panjang.
Pengetahuankesehatan akan berpengaruh
kepada perilaku sebagai hasil jangka menengah dari pendidikan kesehatan.
Selanjutnya perilaku kesehatan akan berpengaruh pada meningkatnya indikator
kesehatan masyarakat sebagai keluaran pendidikan kesehatan.
1.
Peran Pendidikan
Kesehatan
Lingkungan yang mempunyai andil yang
paling besar terhadap kesehatan. Kemudian berturut disusul oleh perilaku
pelayanan kesehatan. Peranan pendidikan kesehatan adalah melakukan intervensi
faktor perilaku sehingga perilaku individu, kelompok atau masyarakat sesuai
dengan nilai kesehatan. Dengan kata lain, pendidikan kesehatan adalah suatu usaha
untuk menyediakan kondisi psikologis dan sasaran agar mereka bererilaku sesuai
dengan tuntunan nilai-nilai kesehatan.
Persoalan proses adalah mekanisme dan
interaksi terjadinya perubahan kemampuan pada diri subjek belajar. Keluaran
adalah hasil belajar itu sendiri, yaitu berapa kemampuan atau perubahan
perilaku dari subjek perilaku.
B. Ruang Lingkup
Pendidikan Kesehatan
Ruang lingkup pendidikan kesehatan dapat
dilihat dari berbagai dimensi antara lain dimensi sasaran pendidikan, dimensi
tempat pelaksanaan, dan dimensi tempat pelayanan kesehatan.
Dari dimensi sasarannya dapat,
dapatdikelompokkan menjadi 3 yaitu:
1.
Pendidikan kesehatan
individual, dengan sasaran individu
2.
Pendidikan kesehatan
kelompok dengan sasaran kelompok
3.
Pendidikan kesehatan
masyarakat dengan sasaran masyarakat luas.
Dimensi
tempat pelaksanaannya, pendidikan dapat berlangsung diberbagai tempat, dengan
sendirinya sasarannya berbeda pula.
Dimensi
tingkat pelayanan kesehatan, pendidikan kesehatan dapat dilakukan berdasarkan
lima tingkat pencegahan:
1.
Promosi kesehatan,
diperlukan misalnya dalam peningkatan gizi.
2.
Perlindungan khusus,
misalnya program imunisasi.
3.
Diagnosis dini dan
pengobatan segera
4.
Pembatasan cacat
5.
Rehabilitasi, untuk
memulihkan kecacatan dari suatu penyakit tertentu.
C. Sub Bidang Keilmuan
Pendidikan Kesehatan
Pendidikan kesehatan sebagai usaha
intervensi perilaku diarahkan pada 3 faktor pokok, yaitu faktor predisposisi,
faktor pendukung, dan faktor pendorong. Dari perbedaan strategi dan pendekatan
tersebut berakibat dikembangkannya mata ajaran atau sub disiplin ilmu sebagai
bahan daripendidikan kesehatan. Mata ajaran tersebut : Komunikasi, Dinamika kelompok, Pengembangan dan
pengorganisasian masyarakat, Pengembangan
kesehatan masyarakat desa (PKMD),
Pemasaran
sosial, Pengembangan organisasi, Pendidikan dan
pelatihan, Pengembangan
media, Perencanaan dan evaluasi pendidikan kesehatan, Antropologi kesehatan, Sosiologi kesehatan dan Psikologi kesehatan.
D. Metode Pendidikan
Perilaku
Pendidikan kesehatan pada hakikatnya
adalah suatu kegiatan atau usaha untuk menyampaikan pesan kesehatan kepada
masyarakat, kelompok atau individu. Dengan harapan bahwa dengan adanya pesan
tersebut mereka dapat memperoleh pengetahuan tentang kesehatan atau lebih baik
dan pengetahuan tersebut dapat berpengaruh terhadap perilakunya.
1.
Metode Pendidikan
Individual
Metode
pendidikan yang bersifat individual ini digunakan untuk membina perilaku baru,
atau seseorang yang telah mulai tertarik pada suatu perubahan perilaku atau
inovasi.
Bentuk
pendekatan metode individual antara lain:
·
Bimbingan dan
penyuluhan. Dengan cara ini kontak antara klien dengan petugas lebih intensif
·
Wawancara. Cara ini merupakan bagian dari
bimbingan dan penyuluhan.
2.
Metode Pendidikan
Kelompok
Dalam memilih metode pendidikan
kelompok, harus mengingat besarnya kelompok sasaran serta tingkat pendidikan
formal pada sasaran.
·
Kelompok Besar.
Yang dimaksud kelompok besar adalah
apabila peserta penyuluhan lebih dari 15 orang. Metode yang digunakan:
1)
Ceramah. Metode ini
baik untuk sasaran yang berpendidikan tinggi maupun rendah.
2)
Seminar. Metode ini
hanya cocok untuk sasaran kelompok besar denganpendidikan menengah atas.
3)
·
Kelompok Kecil
Peserta kegiatan kurang dari 15 orang. Metode yang
digunakan:
a.
Diskusi Kelompok. Agar
semua anggota kelompok dapat bebas berpartisipasi dalam diskusi, maka formasi
duduk para peserta diatur sedemikian rupa sehingga mereka dapat
berhadap-hadapan.
b.
Curah Pendapat. Metode
ini merupakan modifikasi metodediskusi kelompok.
c.
Bola Salju.kelompok
dibagi dalam pasangan-pasangan.
d.
Kelompok kecil-kecil.
e.
Role Play (memainkan
peranan)
f.
Permainan Simulasi,
gambaran antara role play dengan diskusi kelompok.
3.
Metode Pendidikan Massa
Untuk mengonsumsikan pesan-pesan
kesehatan yang ditujukan kepada masyarakat yang sifatnya massa atau publik,
cara yang paling tepat adalah pendekatan massa. Pesan-pesan kesehatan yang akan
disampaikan harus dirancangsedemikian rupa sehingga dapat ditangkap oleh massa
tersebut.
Contoh
metode pendekatan massa :
a)
Ceramah umum
b)
Pidato-pidato diskusi
tentang kesehatan melalui media
c)
Simulasi
d)
Sinetron
e)
Tulisan-tulisan di
majalah atau koran, baik dalam bentuk artikel maupun dalam bentuk tanya jawab.
f)
Bill board yang dipasang
di pinggir-pinggir jalan.
E.
Alat
Bantu dan Media Kesehatan
1.
Alat bantu (peraga)
a.
Pengertian
Yang dimaksud alat bantu peraga
alat-alat yang digunakan oleh pendidik dalam menyampaikan bahan pendidik atau
pengajaran. Alat peraga ini disusun berdasarkan prinsip bahwa pengetahuan yang
ada pada setiap manusia itu diterima atau ditangkap oleh panca indera.
b.
Faedah
Alat Bantu Pendidikan
1)
Menimbulkan minat
sasaran pendidikan
2)
Mencapai sasaran yang
lebih banyak
3)
Membantu mengatasi
hambatan bahasa, dll.
c.
Macam-macam
Alat Bantu Pendidikan
1)
Alat bantu lihat
2)
Alat bantu dengar
3)
Alat bantu lihat-dengar
Ciri-ciri
alat peraga kesehatan yang sederhana:
1.
Mudah dibuat
2.
Bahan-bahan dapat
diperoleh dari bahan-bahan lokal
3.
Ditulis/digambar dengan
sederhana, dll.
d.
Sasaran
yang Dicapai Alat Bantu Pendidikan
Menggunakan alat peraga
harus didasari pengetahuan tentang sasaran pendidikan yang akan dicapai alat
peraga tersebut.
Tempat
memasang alat peraga:
1.
Di dalam keluarga
2.
Di masyarakat
3.
Di instansi-instansi.
Alat
peraga tersebut sedapat mungkin dapat dipergunakan oleh:
1.
Petugas-petugas
puskesmas
2.
Kader kesehatan
3.
Guru-guru sekolah dan
tokoh-tokoh masyarakat lainnya
4.
Pamong desa.
e.
Merencanakan
dan Menggunakan Alat Peraga
Biasanya kita menggunakan alat peraga
sebagai pengganti objek-objek yang nyata sehingga dapat memberikan pengalaman
yang tidak langsung bagi sasaran.
Tujuan
yang Hendak Dicapai:
·
Tujuan pendidikan
·
Tujuan penggunaan alat
peraga
Persiapan penggunaan
alat peraga
Semua
alat peraga yang dibuat berguna sebagai alat bantu belajar dan tetap harus
diingat bahwa alat ini dapat berfungsi mengajar dengan sendirinya.
Cara menggunakan alat
peraga
Cara
menggunakan alat peraga sangat tergantung pada alatnya. Dan yang lebih penting
bagi alat yang digunakan harus menarik, sehingga menimbulkan minat para
pesertanya.
2.
Media Pendidikan Kesehatan
Media pendidikan kesehatan pada
hakikatnya adalah alat bantu pendidikan. Alat-alat tersebut merupakan alat
saluran (channel) untuk menyampaikan kesehatan karena alat-alat tersebut
digunakan untuk mempermudah penerimaan pesan-pesan kesehatan bagi masyarakat
atau klien.
a.
Media cetak, yaitu
booklet, leaflet, flyer, flip chart, rubrik atau tulisan-tulisan pada surat
kabar atau majalah, poster, foto.
b.
Media elektronik, yaitu
televis, radio, video, slide, film.
c.
Media papan, yaitu
papan yang dipasang di tempat-tempat umum dapat diisi dengan pesan-pesan
kesehatan.
F. Perilaku Kesehatan
1.
Konsep perilaku
Perilaku dan gejala perilaku yang
tampak pada kegiatan organisme tersebut dipengaruhi baik oleh faktor genetik
(keturunan) dan lingkungan. Secara umum dapat dikatakan bahwa faktor genetik
dan lingkungan merupakan penentu dari perilaku makhluk hidup termasuk manusia.
Hereditas atau faktor keturunan adalah konsepsi dasar atau modal untuk
perkembangan perilaku makhluk hidup itu untuk selanjutnya. Sedangkan lingkungan
adalah kondisi atau lahan untuk perkembangan perilaku. Suatu mekanisme
pertemuan antara kedua faktor dalam rangka terbentunya perilaku tersebut
disebut proses belajar.
Prosedur
pembentukan perilaku
1.
Melakukan identifikasi
tentang hal-hal yang merupakan penguat berupa hadiah-hadiah bagi perilaku yang
akan dibentuk.
2.
Melakukan analisis ntuk
mengidetifikasi komponen-komponen kecil yang membentuk perilakuyang dikehendaki.
3.
Menggunakan secara
urutkomponen-komponen itu sebagai tujuan-tujuan sementara.
4.
Melakukan pembentukan
perilaku dengan menggunakan urutan komponen yang telah tersusun itu.
2.
Perilaku Kesehatan
Perilaku kesehatan pada dasarnya
adalah suatu respon seseorang terhadap stimulus yang berkaitan dengan sakit dan
penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan, serta lingkungan.
Perilaku
kesehatan itu mencakup:
(1)
Perilaku seseorang
terhadap sakit dan penyakit. Tingkat pencegahan penyakit:
·
Perilaku peningkatan
pemeliharaan kesehatan
·
Perilaku pencegahan
penyakit
·
Perilaku sehubungan
dengan pencarian pengobatan
·
Perilaku pemulihan
kesehatan
(2)
Perilaku terhadap
sistem pelayanan kesehatan.
(3)
Perilaku terhadap
makanan
(4)
Perilaku terhadap
lingkungan kesehatan
Perubahan-perubahan perilaku dalam
diriseseorang dapat diketahui melalui persepsi. Persepsi adalah sebagai
pengalaman yang dihasilkan melalui panca indera. Belajar adalah suatu perubahan
perilakku yang didasari oleh perilaku terdahulu.
Faktor intern mencakup pengetahuan,
kecerdasan, persepsi, emosi, motivasi, dan sebagainya yang berfungsi untuk
mangolah rangsangan dari luar. Sedangan faktor ekstern meiputi lingkungan
sekitar, baik fisik maupun non-fisik seperti iklim, manusia, sosial-ekonomi,
kebudayaan, dan sebagainya.
G.
Domain
Perilaku Kesehatan
Tujuan suatu pendidikan adalah
mengembangkan atau meningkatkan ketiga domain perilaku yang terdiri dari ranah
kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotor. Domain kognitif dalam arti,
subjek tahu terlebih dahulu terhadap stimulus yang berupa materiatau objek
diluarnya.
1.
Pengetahuan
Pengetahuan adalah hasil tahu dan ini
terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Dari
pengalaman dan penilitian ternyata perilaku yang didasarkan oleh pengetahuan
akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan.
2.
Sikap
Sikap merupakan reaksi atau respon
seseorang yang masih tertutup terhadap suatu stimulus atau objek. Sikap
mempunyai 3 komponen penting yaitu kepercayaan, kehidupan emisional, dan kecenderunga
untuk bertindak.
Sikap ini terdiri dari beberapa
tingkatan yaitu menerima, merespon, menghargai, bertanggung jawab.
3.
Praktik dan Tindakan
Tingkat-tingkat
praktik:
1.
Persepsi
2.
Respon terpimpin
3.
Mekanisme
4.
Adaptasi
H. Perubahan-perubahan Perilaku
Perubahan perilaku merupakan tujuan dari
pendidikan atau penyuluhan kesehatan sebagai penunjang program-program
kesehatan lainnnya.
1.
Teori
Stimulus-Organisme-Respon
Teori ini mendasarkan asumsi bahwa
peyebab terjadinya perubahan perilaku tergantung pada kualitas rangsang
(stimulus) yang berkomunikasi dengan organisme.
Selanjutnya teori ini mengartikan bahwa
perilaku dapat berubah hanya apabila stimulus yang diberikan benar-benar
melebihi dari stimulus semula.
2.
Teori Festinger
(Dissonance Theory)
Teori ini berarti bahwa keadaan kognitif
dissonance merupakan keadaan ketidak
seimbangan psikologis yang yang diliputi oleh ketegangan diri yang berusaha
untuk mencapai keseimbangan kembali. Apabila terjadi keseimbangan dalam diri
individu, maka berarti sudah tidak terjadi ketegangan diri lagi, dan keadaan
ini disebut keseimbangan.
3.
Teori Fungsi
Teori ini berdasarkan anggapan
bahwa perubahan perilaku individu tergantung kepada keutuhan. Hal ini berarti
bahwa stimulus yang dapat mengakibatkan perubahan perilaku seseorang apabila
stimulus tersebut dapat mengerti dalam konteks kebutuhan orang tersebut. Katz
berasumsi bahwa:
1.
Perilaku itu memiliki
fungsi instrumental, artinya dapat berfungsi dan memberikan pelayanan terhadap
kebutuhan.
2.
Perilaku dapat
berfungsi sebagai pertahanan diri dalam menghadapi lingkungannya.
3.
Perilaku berfungsi
sebagai penerima objek dan memberikan arti.
4.
Perilaku berfungsi
sebagai nilai ekspresif dalam diri seseorang dalam menjawab suatu situasi.
4.
Teori Kurt Lewin
Kurt Lewin berpendapat bahwa
perilaku manusia itu adalah suatu keadaan yang seimbang antara
kekuatan-kekuatan pendorong dan kekuatan-kekuatan penahan. Ada 3 kemungkinan
terjadinya perubahan perilaku dalam diri seseorang yaitu :
a.
Kekuatan pendorong
meningkat
b.
Kekuatan penahan
menurun
c.
Kekuatan pendorong
meningkat, kekuatan pendorong menurun
I.
Perubahan
Perilaku dan Proses Belajar
Terbentuknya perilaku dapat terjadi
karena proses kematangan dan dari proses interaksi dengan lingkungan. Teori
proses belajar:
1.
Teori Stimulus dan
Transformasi
Perkembangan teori proses belajar
yang ada dapat dikelompokkan kedalam 2 kelompok besar, yaitu stimulus respon
yang kurang memperhitungkan faktor internal dan teori transformasi yang telah
memperhitungkan faktor internal.
Kelompok teori proses belajar yang
kedua sudah memperhitungkan faktor internal antara lain :
a.
Teori transformasi yang
berlandaskan pada psikologi kognitif seperti yang dirumuskan oleh Neiser
b.
Teori Gestalt yang
mendasarkan pada teori belajar pada psikologi gestalt
2.
Teori-teori Belajar
Sosial
Untuk melangsungkan kehidupan
manusia perlu belajar. Dalam hal ini ada 2 macam belajar yaitu belajar secara
fisik dan psikis. Dalam belajar psikis ini termasuk juga belajar sosial, dimana
seseorang mempelajari perannya dan peran-peran orang lain dalam kontek sosial.
1
Teori
belajar sosial dan tiruan dari Millers dan Dollard
Prinsip belajar ini terdiri dari 4 yaitu
dorongan, isyarat, tingkah laku balas, dan ganjaran. Keempat prinsip ini saling
engkait satu sama lain, yaitu dorongan menjadi isyarat, isyarat menjadi
ganjaran, dst.
Dorongan adalah rangsangan yang sangat
kuat terhadap manusia untuk berlaku isyarat adalah rangsangan yang membutuhkan
“bila” dan “dimana” suatu respon akan timbul dan terjadi. Anjaran adalah
rangsangan yang menetapkan apakah tingkh laku balas diulang atau tidak dalam
kesempatan yang lain.
Mekanisme
tingkah laku tiruan, yaitu:
a.
Tingkah laku sama
b.
Tingkah laku tergantung
c.
Tingkah laku salinan
2
Teori
belajar sosial dari Bandura dan Walter
Teori
ini menyatakan bahwa tingkah laku tiruan adalah suatu bentuk asosiasi dari
rangsang dengan rangsang lainnya. Pengaruh tingkah laku model terhadap tingkah
laku peniru:
a.
Efek modeling
b.
Efek menghambat
c.
Efek kemudahan
J. Bentuk-bentuk Perubahan
Perilaku
1.
Perubahan alamiah
Perilaku manusia selalu berubah, dimana sebagian
perubahan itu disebabkan karena kejadian alamiah. Apabila dalam masyarakat
sekitar terjadi suatu perubahan lingkungan fisik atau social budaya dan
ekonomi, maka anggota-anggota masyarakat didalamnya akan mengalami perubahan.
2.
Perubahan rencana
Terjadi karena memang direncanakan sendiri oleh objek.
3.
Kesediaan untuk berubah
Apabila terjadi suatu inovasipembangunan di dalam
masyarakat. Maka yang sering terjadi adalah sebagian orang sangat cepat
menerima perubahan tersebut, tetapi sebagian lagi sangat lambat.
Beberapa
strategi untuk memperoleh perubahan perilaku oleh WHO dikelompokkan menjadi 3
yaitu:
1.
Menggunakan
kekuatan/kekuasaan atau dorongan
Dalam hal ini perubahan perilaku dipaksakan pada
sasaran sehingga ia mau melakukan seperti yang diharapkan.
2.
Pemberian Informasi
Dengan memberikan informasi tentang sesuatu hal maka
akan menimbulkan kesadaran masyarakat untuk melakukan atau berperilaku sesuai
informasi yang diterima.
3.
Diskusi dan Partisipasi
Cara ini adalah sebagai peningkatan cara yang kedua.
BAB 6
KESEHATAN LINGKUNGAN
A. Pengertian dan Ruang
Lingkup Kesehatan Lingkungan
Kesehatan lingkungan pada
hakikatnya adalah suatu kondisi atau keadaan lingkungan yang optimum sehingga
berpengaruh positiv terhadap terwujudnya status kesehatan lingkungan tersebut
antara lain mencakup perumahan, pembuatan kotoran manusia, penyediaan air
bersih, pembuangan sampah, dll. Adapun yang dimaksud dengan usaha kesehatan
lingkungan adalah suatu usaha untuk memperbaiki atau mengoptimumkan lingkungan
hidup manusia agar menjadi media yang baik untuk terwujudnya kesehatan yang
optimum bagi manusia yang hidup didalamnya.
B. Perumahan (Housing)
Faktor-faktor
yang perlu diperhatikan dalam membangun sebuah rumah
1)
Faktor lingkngan, baik
lingkungan fisik maupun lingkungan sosial.
2)
Tingkat kemampuan
ekonomi masyarakat
3)
Teknik yang dimiliki
oleh masyarakat
4)
Kebijaksanaan
(peraturan) pemerintah yang menyangkut tata guna tanah.
C. Penyediaan Air Bersih
Air adalah sangat penting bai
kehidupan manusia. Manusia akan lebih cepat meninggal karena kekurangan air
daripada kekurangan makanan.
Syarat-syarat
air minum yang sehat:
a.
Syarat fisik, yaitu air
harus bening, tidak berasa, suhu dibawah suhu udara diluarnya
b.
Bakteriologis, yaitu
harus bebas dari segala bakteri terutama bakteri patogen
c.
Kimia, yaitu harus
mengandung zat-zat tertentu dalam jumlah yang tertentu pula
Pengolahan
air minum secara sederhana
1.
Pengolahan secara
alamiah yaitu dalam bentuk penyimpangan
2.
Pengolahan air dengan
menyaring
3.
Pengolahan air dengan
menambahkan zat kimia
4.
Pengolahan air dengan
mengalirkan udara
5.
Pengolahan air dengan
memanaskan sampai mendidih
D. Pembuangan Kotoran
Manusia
Yang dimaksud dengan kotoran
manusia adalah semua benda atau zat yang sudah tidak dipakai lagi oleh tubuh
dan harus dikeluarkan oleh tubuh.
Beberapa
penyakit yang dapat disebarkan oleh kotoran manusia yaitu tifus, disentri,
kolera, bermacam-macam cacing, schistosomiasis, dan sebagainya. Pembuangan
kotoran harus disuatu tempat tertentu atau jamban yang sehat.
Teknologi
pembuangan kotoran manusia secara sederhana
1.
Jamban cemplung, kakus
2.
Jamban cemplung
berventilasi
3.
Jamban empang
4.
Jamban pupuk
5.
Septik tank
E. Pengolahan Sampah
Sampah
mengandung prinsip-prinsip sebagai berikut
1.
Adanya suatu benda atau
benda padat
2.
Adanya hubungan
langsung/tidak langsung dengan kegiatan manusia
3.
Benda atau bahan
tersebut tidak dipakai lagi
Pengelolaan
Sampah
a.
Pengumpulan dan
pengangkutan sampah
Pengumpulan sampah adalah menjadi
tanggung jawab dari masing-masing rumah tangga atau institusi yang menghasilkan
sampah.
b.
Pemusnahan dan
pengelolaan sampah dengan ditanam, dibakar, dan dijadikan pupuk.
F.
Pengolahan
Air Limbah
Air limbah atau air buangan adalah
sisa air yang dibuang yang berasal dari rumah tangga, industri maupun tempat
umum lainnya yang pada umumnya mengandung zat-zat yang dapat membahayakan bagi
kesehatan manusia serta menganggu lingkungan hidup. Sumber-sumber air
limbah:
1.
Air buangan yang
bersumber dari rumah tangga
2.
Air buangan industri
3.
Air buangan kotapraja
1)
Karakteristik Air
Limbah
a.
Karakteristik
fisik.
Sebagian besar terdiri dari air dan
sebagian kecil terdiri dari bahan-bahan padat dan suspensi
b.
Karakteristik
kimiawi.
·
Gabungan yang
mengandung nitrogen
·
Gabungan yang tidak
mengandung nitrogen
c.
Karakteristik
bakteriologi.
Kandungan bakteri patogen terdapat
juga dalam air limbah.
Gangguan
kesehatan akibat air limbah
a.
Menjadi transmisi atau
media penyebaran penyakit terutama tifus, kolera, dll
b.
Menjadi media
berkembang biaknya mikro-organisme patogen
c.
Menjadi tempat
berkembang biaknya nyamuk
d.
Menimbulkan bau yang
tidak enak
e.
Merupakan sumber
pencemaran air permuakaan, tanah
f.
Mengurangi
produktifitas manusia.
2)
Cara pengolahan air limbah
a.
Pengeceran
b.
Kolam oksidasi
(pemanfaatan sinar matahari)
c.
Irigasi
BAB 7
KESEHATAN KERJA
A. Batasan
Kesehatan kerja adalah aplikasi
kesehatan masyarakat dalam suatu tempat kerja, dan yang menjadi pasien dari
kesehatan kerja adalah masyarakat pekerja dan masyarakat sekitar perusahaan
tersebut. Dalam kesehatan masyarakat ciri pokoknya adalah upaya preventif
(pencegahan penyakit) dan promotif (peningkatan kesehatan), maka kedua hal
tersebut juga menjadi ciri pokok dalam kesehatan kerja.
Pedoman dalam kesehatan kerja
ialah: ‘ penyakit dan kecelakaan akibat kerja dapat dicegah’, maka upaya pokok
kesehatan kerja ialah pencegahan kecelakaan akibat kerja. Sedangkan upaya
promotif berpedoman bahwa dengan meningkatnya kesehatan pekerja, akan
meningkatkan juga produktivitas kerja.
Meskipun
fokus kegiatannya pada preventif dan promotif, tetapi tidak berarti meninggalkan
sama sekali upaya-upaya kuratif. Hal ini berarti kesehatan kerja dalam suatu
perusahaan perlu dilengkapi dengan pelayanan pemeriksaan dan pengobatan
penyakit atau kecelakaan pada pekerja atau keluarganya. Tujuan akhir dari
kesehatan kerja adalah untuk meningkatkan produktivitas seoptimal mungkin.
Tujuan
utama kesehatan kerja adalah sebagai berikut:
a.
Pencegahan dan
pemberantasan penyakit-penyakit dan kecelakaan-kecelakaan akibat kerja
b.
Pemeliharaan dan
peningkatan kesehatan dan gizi tenaga kerja.
c.
Perawatan dan
mempertinggi efisiensi dan produktivitas tenaga kerja.
d.
Pemberantasan kelelahan
kerja dan meningkatkan kegairahan serta kenikmatan kerja.
e.
Perlindungan bagi
masyarakat sekitar perusahaan agar terhindar dari bahaya-bahaya pencemaran yang
ditimbulkan oleh perusahaan tersebut.
f.
Perlindungan masyarakat
luas dari bahaya-bahaya yang mungkin ditimbulkan oleh produk-produk perusahaan.
Tujuan
akhir dari kesehatan kerja ini adalah untuk menciptakan tenaga kerja yag sehat
dan produktif.
B. Determinan kesehatan
kerja
Determinan
kesehatan kerja mencakup tiga faktor utama, yakni:
1.
Beban kerja
Beban ini dapat berupa beban fisik,
beban mental, ataupun beban sosial sesuai dengan jenis pekerjaan. Tingkat ketepatan
penempatan seseorang pada suatu pekerjaan, di samping didasarkan pada beban
optimum juga dipengaruhi oleh pengalaman, keterampilan, motivasi dan
sebagainya. Kesehatan kerja berusaha mengurangi atau mengatur beban kerja para
karyawan dengan cara merencanakan suatu alat yang dapat mengurangi beban kerja.
2.
Beban tambahan
Beban tambahan adalah berupa
kondisi atau lingkungan yang tidak menguntungkan bagi pelaksanaan pekerjaan.
Disebut beban tambahan karena lingkungan tersebut mengganggu pekerjaan, dan
harus diatasi oleh pekerja yang bersangkutan. Beban tambahan ini dapat
dikelompokkan menjadi 5 faktor, yaitu:
a.
Faktor fisik:
penerangan yang tidak cukup, suhu udara panas dll.
b.
Faktor kimia: bau gas,
bau asap, debu dll.
c.
Faktor biologi: nyamuk,
lalat, kecoa, lumut dll.
d.
Faktor fisiologis:
peralatan kerja yang tidak sesuai.
e.
Faktor
sosial-psikologis: adanya klik, gosip, cemburu dll.
Agar
faktor-faktor tersebut tidak menjadi beban tambahan kerja, maka lingkungan
kerja harus ditata secara sehat atau lingkungan kerja yang sehat. Lingkungan
kerja yang tidak sehat akan menjadi beban tambahan bagi pekerja atau karyawan,
misalnya:
a.
Penerangan atau
pencahayaan uang kerja yang tidak cukup dapat menyebabkan kelelahan mata.
b.
Kegaduhan dan bising
dapat mengganggu konsentrasi, mengganggu daya ingat, dan dapat menyebabkan
kelelahan psikologis.
c.
Gas, uap, asap, dan
debu yang terhirup lewat pernapasan dapat mempengaruhi berfungsinya berbagai
jaringan tubuh, yang akhirnya menurunkan daya kerja.
d.
Binatang, khususnya
serangga (nyamuk, kecoa, lalat, dan sebagainya) disamping mengganggu
konsentrasi kerja, juga merupakan pemindahan (vektor) dan penyebab penyakit.
e.
Alat-alat bantu kerja
yang tidak ergonomis (tidak sesuai dengan ukuran tubuh) akan menyebabkan
kelelahan dalam bekerja yang cepat.
f.
Hubungan atau iklim
kerja yang tidak harmonis dapat menimbulkan kebosanan, tidak betah kerja dan
sebagainya, yang akhirnya menurunkan produktivitas kerja.
3.
Kemampuan kerja
Kemampuan seseoarang dalam
melakukan pekerjaan berbeda dengan seseorang yang lain, meskipun pendidikan dan
pengalamannya sama, dan bekerja pada suatu pekerjaan atau tugas yang sama.
Perbedaan ini disebabkan karena kapasitas orang tersebut berbeda. Kapasitas
adalah kemampuan yang dibawa dari lahir oleh seseorang yang terbatas. Artinya
kemampuan tersebut dapatberkembang karena pendidikan atau pengalaman, tetapi
sampai pada batas-batas tertentu saja.
Pekerja yang ketrampilannya rendah
akan menambah beban kerja mereka, sehingga berpengaruh pada kesehatan mereka.
Oleh karena kebugaran, pendidikan, dan pengalaman mempengaruhi tingkat
ketrampilan pekerja maka ketrampilan atau kemampuan pekerja senantiasa harus
ditingkatkan melalui program-program pelatihan, kebugaran, dan promosi
kesehatan.
Peningkatan kemampuan tenaga kerja
ini akan berdampak terhadap peningkatan produktivitas kerja. Program perbaikan
gizi melalui pemberian makanan tambahan bagi pekerja kasar merupakan faktor
yang sangat penting untuk meningkatkan produktivitas kerja.
C. Faktor Fisik Dalam
Kesehatan Kerja
Lingkungan dan kondisi kerja yang
tidak sehat merupakan beban tambahan kerja bagi karyawan atau tenaga kerja.
Sebaliknya, lingkungan yang higienis tidak menjadi beban tambahan juga
meningkatkan gairah dan motivasi kerja. Lingkungan kerja ini dibedakan menjadi
dua, yakni lingkungan fisik dan lingkungan sosial, keduanya sangat berpengaruh
terhadap kesehatan kerja. Lingkungan fisik mencakup: pencahayaan, kebisingan,
dan kegaduhan kondisi bangunan, dan sebagainya.
D. Faktor Kesehatan
Manusia Dalam Kesehatan Kerja
1.
Ergonomi
Ergonomi bersal dari bahasa Yunani,
ergon yang artinya kerja, dan nomos artinya peraturan atau hukum. Sehingga
secara herfiah ergonomi diartikan sebagai peraturan tentang bagaimana melakukan
kerja, termasuk menggunakan peralatan kerja. Batasan ergonomi adalah ilmu
penyesuaian peralatan dan perlengkapan kerja dengan kondisi dan kemampuan
manusia, sehingga mencapai kesehatan tenaga kerja dan produktivitas karja yang
optimal.
Dua misi pokok ergonomi adalah:
a.
Penyesuaian antara
peralatan kerja dengan kondisi tenaga kerja yang digunakan.
b.
Apabila peralatan kerja
dan manusia atau tenaga kerja tersebut sudah cocok maka kelelahan dapat dicegah
dan hasilnya lebih efisien.
Tujuan ergonomi ialah:
mencegah kecelakaan kerja (meningkatkan produksi kerja). Disamping itu,
ergonomi juga dapat mengurangi beban kerja karena apabila peralatan kerja tidak
sesuai dengan kondisi dan ukuran tubuh pekerja akan menjadi beban tambahan
kerja.
Cara mengangkat beban secara ergonomis,
dapat dilakukan menurut prosedur sebagai berikut:
a.
Beban yang akan
diangkat harus dipegang tepat dengan semua jari-jari.
b.
Panggung harus
diluruskan, beban harus diambil otot tungkai keseluruhan.
c.
Kaki diletakkan pada
jarak yang tepat, sebelah kaki di belakang beban sekitar 60 derajat ke sebelah,
dan kaki yang satunya diletakkan di samping beban menuju ke arah beban yang
akan di angkat.
d.
Dagu di tarik ke
belakang agar punggung dapat tegak lurus.
e.
Berat badan digunakan
untuk mengimbangi berat badan.
f.
Lengan harus dekat
dengan badan.
2.
Psikologi Kerja
Pekerjaan apapun akan menimbulkan
reaksi psikologis bagi yang melakukan pekerjaan itu. Reaksi ini dapat bersifat
positif, misalnya senang, bergairah, dan merasa sejahtera, atau reaksi yang
bersifat negatif, misalnya bosan, acuh, tidak serius, dan sebagainya. Seorang
pekerja atau keayawan yang bersikap bosan, acuh, dan tidak bergairah melakukan
pekerjaannya ini banyak faktor yang menyebabkannya, antara lain tidak cocok
dengan pekerjaan ini, tidak tau melakukan pekerjaan yang baik, kurangnya
insentif,lingkungan kerja yang tidak menyenangkan, dan lain-lainnya.
Cara
ergonomis yang sesuai dengan teori psikologis antara lain: ( Silalahi,1985 )
a.
Memberikan pengarahan
dan pelatihan tentang tugas dan para pekerja, sebelum melaksanakan tugas
barunya.
b.
Memberikan uraian tugas
tertulis yang jelas kepada pekerja atau karyawan.
c.
Melengkapi
karyawan/pekerja dengan peralatan yang tidak sesuai/cocok dengan ukurannya.
d.
Menciptakan lingkungan
kerja yang aman dan nyaman.
Aspek lain dari psikologi kerja
sering menjadi masalah kesehatan kerja adalah ‘stres’. Stres terjadi hampir
pada semua pekerja baik tingkat pimpinan maupun pelaksana. Stres dilingkungan
kerja memang tidak dapat dihindarkan yang dapat dilakukan adalah bagaimana
mengelolanya,mengatasi atau mencegah terjadinya/stres tersebut, sehingga tidak
mengganggu kesehatan.
E. Kecelakaan Kerja
Terjadinya kecelakaan kerja
disebabkan oleh kedua faktor utama seperti telah diuraikan diatas, yakni faktor
fisik dan faktor manusia. Oleh sebab itu, kecelakaan kerja juga merupakan
bagian dari kesehatan kerja. Kecelakaan kerja adalah kejadian yang tidak
terduga dan tidak diharapkan akibat dari kerja. Sumakmur(1989) membuat batasan
bahwa kecelakan kerja adalah suatu kecelakaan yang berkaitan dengan hubungan
kerja atau perusahaan.
BAB 8
GIZI MASYARAKAT
A.
Gizi
Dan Fungsinya
Dalam kehidupan manusia sehari –
hari, orang tidak terlepas dari makanan karena makanan adaalah salah satu
persyaratan pokok untuk mausia, disamping udara (oksigen). Empat fungsi pokok
makanan bagi kehidupan manusia adalah untuk :
a.
Memelihara proses tubuh
dalam pertumbuhan/ perkembangan serta mengganti jaringan tubuh yang rusak
b.
Memperoleh energi guna
melakukan kegiatan sehari – hari
c.
Mengatur metabolisme
dan mengatur berbagai keseimbangan air,mineral, dan cairan tubuh yang lain.
d.
Berperan dalam
mekanisme pertahanan tubuh terhadap berbagai penyakit
Agar makanan dapat berfungsi seperti itu
maka maakanan yang kita makan sehari-hari tidak hanya sekedar makanan. Makanan
harus mengandung zat-zat tertentu sehingga memenuhi fungsi tersebut, dan
zat-zat ini disebut gizi.
Ilmu yang mempelajari atau mengkaji
masalah makanan yang dikaitkan dengan kesehatan ini disebut gizi. Batasan
klasik mengatakan bahwa ilmu gizi ialah ilmu yang mempelajari nasib makanan
sejak ditelan sampai diubah menjadi bagian tubuh dan energi serta diekresikan
sebagai sisa (Achmad Djaeni, 1987). Dalam perkembangan selanjutnya ilmu gizi
mulai dari pengadaan, pemilihan, pengolahan, sampai dengan penyajian makanan
tersebut.
Untuk mencapai kesehatan yang optimal
diperlukan makanan bukan sekedar makanan, tetapi makanan yang mengandung gizi
atau zat-zat gizi. Zat-zat yang diperlukan untuk menjaga dan meningkatkan
kesehatan ini dikelompokkan menjadi 5 macam, yakni protein, lemak, karbohidrat,
vitamin, dan mineral. Fungsi-fungsi zat makanan itu antara lain:
a.
Protein, diperoleh dari
makanan yang berasal dari tumbuh-tumbuhan(protein nabati), dan makanan dari
hewan (protein hewani). Fungsi protein bagi tubuh antara lain:
·
Membangun sel-sel yang
rusak
·
Membentuk zat-zat
pengatur, seperti enzim dan hormon
·
Membentuk zat inti
energi (1 gram energi kira-kira akan menghasilkan 4,1 kalori).
b.
Lemak berasal dari
minyak goreng, daging, margarin, dan sebagainya. Fungsi pokok lemak bagi tubuh
ialah:
·
Menghasilkan kalori
terbesar dalam tubuh manusia (1 gram lemak menghasilkan sekitar 9,3 kalori).
·
Sebagi pelarut vitamin
A, D, E, K.
·
Sebagai pelindung
terhadap bagian-bagian tubuh tertentu dan pelindung bagian tubuh pada
temperatur rendah.
c.
Karbohidrat,
berdasarkan gugus penyusun gulanya dapat dibedakan menjadi monosakarida,
disakarida, dan polisakarida. Fungsi karbohidrat adalah salah satu pembentuk
energi yang paling murah karena pada umumnyasumber karbohidrat ini berasal dari
tumbuh-tumbuhan(beras jagung, singkong, dan sebagainya) yang merupakan makanan
pokok.
d.
Vitamin-vitamin, yang
diberikan menjadi dua, yakni vitamin yang larut dalam air (vitamin A dan B),
dan vitamin yang larut dalam lemak (vitmin A, D, E, dan K).
Fungsi masing-masing vitamin ini antara
lain:
·
Vitamin A berfungsi
bagi pertumbuhan sel-sel epitel dan sebagai pengatur kepekaan rangsang sinar
pada saraf dan mata.
·
Vitamin B1 berfungsi
untuk metabolisme karbohidrat, keseimbangan air dalam tubuh, dan membantu
penyerapan zat lemak oleh usus.
·
Vitamin B2 berfungsi
dalam pemindahan rangsang sinar ke saraf mata dan enzim berfungsi dalam proses
oksidasi dalam sel-sel.
·
Vitamin B6 berfungsi
dalam pembuatan sel-sel darah dan dalam proses pertumbuhan serta pekerjaan urat
saraf.
·
Vitamin C berfungsi
sebagai aktivtor macam-macam fermen perombak protein dan lemak dalam oksidasi
dan dehidrasi dalam sel, penting dalam pembentukan trombosit.
·
Vitamin D berfungsi
mengatur kadar kapur dan fostor dalam bersama-bersama kelenjar anak gondok,
memperbesar kadar penyerapan kapur dan fosfor dari usus, dan mempengaruhi kerja
kelenjar endoktrin.
·
Vitamin E berfungsi
mencegah pendarahan bagi wanita hamil serta mencegah keguguran dan diperlukan
keguguran dan diperlukan pada sel-sel sedang membelah.
·
Vitamin K berfungsi
dalam pembentukan protombin yang berarti penting dalam proses pembekuan darah.
·
Mineral, terdiri dari
zat kapur (Ca), zat besi (Fe), zat flour (F), natrium (Na) dan chlor (Cl),
kalium (K), dan iodium (I). Secara umum fungsi mineral adalah sebagai bagian
dari zat yang aktif dalam metabolisme atau sebagai bagian penting dari struktur
dan sel jaringan.
B.
Gizi
Klinik Dan Gizi Masyarakat
Dilihat dari segi sifatnya ilmu
gizi dibedakan menjadi dua, yakni gizi kesehatan perorangan yang disebut gizi
kesehatan perorangan dan gizi yang berkaitan dengan kesehatan masyarakat yang
disebut gizi kesehatan masyarakat (public health nutrition). Kedua sifat
keilmuan ini akhirnya masing-masing berkembang menjadi cabang ilmu sendiri,
yakni cabang ilmu gizi kesehatan perorangan atau disebut gizi klinik (clinik
clinical nutrition) dan cabang ilmu gizi kesehatan masyarakat atau gizi
masyarakat (comunity nutrition).
Penanganan gizi masyarakat tidak
cukup dengan upaya terapi pada penderita saja karena apabila mereka sudah
sembuh akan kembali ke masyarakat. Oleh karena itu, terapi penderita gangguan
gizi masyarakat tidak saja ditunjukkan kepada penderitanya saja, tetapi seluruh
masyarakat tersebut.
Masalah gizi masyarakat bukan
menyangkut aspek kesehatan saja,melainkan aspek-aspek terkait yang lain,
seperti ekonomi, sosial-budaya, pendidikan, kependudukan, dan sebagainya. Oleh
sebab itu, penanganan atau perbaikan gizi sebagai upaya terpai tidak hanya
diarahkan pada gangguan gizi atau kesehatan saja,melainkan juga ke arah-arah
bidang yang lain. Misalnya, penyakit gizi KKP ( Kekurangan Kalori dan Protein)
pada anak-anak balita, tidak cukup dengan hanya pemberian makanan tambahan saja
(PMT), tetapi juga dilakukan perbaikan ekonomi keluarga, peningkatan
pengetahuan, dan sebagainya
C. PENYAKIT-PENYAKIT
KEKURANGAN GIZI
Konsumsi gizi makanan pada
seseorang dapat menentukan tercapainya tingkat kesehatan, atau sering disebut
status gizi. Apabila konsumsi gizi
makanan pada seseorang tidak seimbang dengan kebutuhan tubuh maka akan terjadi
kesalahan akibat gizi (malnutrition). Malnutrition ini mencakup kelebihan
nutrisi gizi lebih (overnutrition), dan kekurangan gizi (undernutrition).
Penyakit-penyakit
atau gangguan-gangguan kesehatan akibat dari kelebihan atau kekurangan zat
gizi, dan yang merupakan masalah kesehatan masyarakat, khususnya di Indonesia, antara lain:
1.
Penyakit kurang kalori
dan protein (KKP)
Penyakit ini terjadi karena
ketidakseimbangan antara konsumsi kalori atau karbohidrat dan protein dengan
kebutuhan energi, atau terjadinya defisiensi dan defisi energi dan protein.
Apabila konsumsi makanan tidak seimbang dengan kebutuhan kalori maka akan
terjadi defisiensi tersebut (kurang kalori dan protein).
2.
Penyakit kegemukan
(obesitas)
Penyakit ini terjadi karena
ketidakseimbangan antara konsumsi kalori dan kebutuhan energi, yakni konsumsi
kalori terlalu berlebih dibandingkan dengan kebutuhan atau pemakaian energi
Pada pendeita obesitas ini
organ-organ tubuhnya dipaksa untuk bekerja lebih berat, karena harus membawa
kelebihan berat badan. Oleh sebab itu, pada umumnya lebih cepat gerah,
capai,dan mempunyai kecenderungan untuk membuat kekeliruan dalam bekerja.
Akibat dari penyakit obesitas ini, para penderitanya cenderung menderita penyakit-penyakit:
kardio-vaskuler, hipertensi, dan diabetes melitus.
3.
Anemia (penyakit kurang
darah)
Penyakit ini karena kurang konsumsi
zat besi (Fe) pada tubuh tidak seimbang atau urang dari kebutuhan tubuh. Zat besi merupakan mikro elemen yang esensial
bagi tubuh, yang sangat diperlukan dalam pembentuk darah, yakni dalam bentuk
hemoglobin (Hb).
Defisiensi Fe atau anemia besi di
Indonesia jumlahnya besar sehingga sudah menjadi masalah kesehatan masyarakat.
Program penanggulangan anemia besi,
khususnya untuk ibu hamil sudah dilakukan dengan pemberian Fe secara cuma-cuma
melalui puskesmas dan posyandu. Akan tetapi karena masih rendahnya pengetahuan
sebagian besar ibu-ibu hamil masih rendah maka program ini tampak berjalan
lambat.
4.
Zerophthalmia
(defisiensi vitamin A)
Penyakit ini disebabkan karena
kekurangan konsumsi vitamin A dalam tubuh. Gejala-gejala penyakit ini adalah
kekurangan epithel biji mata dan kornea, karena glandula lacrimalis menurun.
Terlihat bola mata keriput dan kusam bila biji mata bergerak. Fungsi mata
berkurang menjadi hemeralopia atau nictalpia, yang oleh awam disebut buta senja
atau buta ayam, tidak sanggup melihat pada cahaya remang-remang. Pada stadium
lanjut mata mengoreng karena sel-selnya menjadi lunak yang disebut
keratomalacia dan dapat menimbulkan kebutaan.
Fungsi vitamin A sebenarnya
mencakup 3 fungsi, yakni: fungsi dalam proses melihat, dalam proses
metabolisme, dan proses reproduksi. Gangguan yang diakibatkan karena kekurangan
vitamin A yang menonjol, khususnya di Indonesia adalah gangguan dalam peroses
melihat yang disebut zerophalmia. Oleh sebab itu, penanggulangan defisiensi
kekurangan vitamin A yang penting disini ditunjukkan pada pencegahan kebutaan
pada anak balita.program penanggulangan zerophalmia ditunjukkan pada anak
balita dengan pemberian vitamin A secara Cuma-Cuma melalui puskesmas dan
posyandu. Disamping itu, program pencegahan dapat dilakukan melalui penyuluhan
gizi masyarakat tentang makanan-makanan yang bergizi, khususnya makanan sebagaj
sumber vitamin.
5.
Penyakit gondok endemik
Zat Iodium merupakan zat gizi
esensial bagi tubuh karena merupakan komponen dari hormon thyroxin. Zat Iodium
ini dikonsentrasikan dalam kelenjar gondok (glandula thyroidea) ditimbun dalam
folikel kelenjar gondok, teronjugasi dengan protein (globulin) maka disebut
thyroglubolin. Apabila diperlukan thyroglubolin ini dipecah dan terlepas hormon
thyroxin yang dikeluarkan oleh folikel kelenjar ke dalam aliran darah.
Kekurangan zat iodium ini berakibat
kondisi hypothyroidisme (kekurangan iodium) dan tubuh mencoba untuk
mengonpesasi dengan menambah jaringan kelenjar gondok. Akhirnya tercapai
hypertrophi (membesarnya kelenjar thyroid), yang kemudian disebut penyakit
gondok. Apabila kelebihan za iodium maka akan mengakibatkan gejala-gejala pada
kulit yang disebut iodium dermatis. Penyakit gondok ini di Indonesia merupakan
endemik terutama di daerah terpencil di pegunungan, yang air minumnya
kekurangan zat iodium. Oleh sebab itu, penyakit kekurangn iodium ini disebut
gondok endemik.
D. Kelompok Rentan Gizi
Kelompok rentan gizi adalah suatu
kelompok dalam masyarakat yang paling mudah menderita gangguan kesehatannya
atau rentan kekurangan gizi. Biasanya kelompok rentan gizi ini berhubungan
dengan proses kehidupan manusia. Oleh sebab itu, apabila kekurangan zat
gizi aka akan terjadi gangguan gizi atau
kesehatannya. Kelompok-kelompok rentan gizi ini
terdiri dari:
a.
Kelompok bayi umur 0-1
tahun
b.
Kelompok di bawah lima
tahun (balita): 1-5 tahun
c.
Kelompok anak sekolah
umur 6-12 tahun
d.
Kelompok remaja umur
13-20 tahun
e.
Kelompok ibu hamil dan
menyusui
f.
Kelompok usia (usia
lanjut)
Kelompok usia lanjut termasuk
kelompok rentan gizi, meskipun kelompok ini tidak dalam proses pertumbuhan dn
perkembangan. Hal ini disebabakan karena pada usia lanjut terjadi proses
degenerasi yang menyebabkan kelompok usia ini mengalami kelainan gizi.
Kelompok usia lanjut termasuk kelompok
rentan gizi, meskipun kelompok ini tidak dalam proses pertumbuhan dan
perkembangan. Hal ini disebabkan karena pada usia lanjut terjadi proses
degenerasi yang menyebabkan kelompok usia ini mengalami kelainan gizi.
1.
Kelompok bayi.
Dalam
siklus kehidupan manusia, bayi berada dalam masa pertumbuhan dan perkembangan
yang lebih pesat. Ayi yang dilahirkan dengan sehat, pada umur 6 bulan akan
mencapai pertumbuhan atau berat badan 2 kali lipat dari berat badan pada waktu
dilahirkan. Untuk pertumbuhan bayi dengan baik zat-zat gizi yang diperlukan
ialah:
a.
Protein, dibutuhkan 3-4
gram/kilogram berat badan.
b.
Calsium (CI)
c.
Vitamin D, tetapi
karena Indonesia berada di daerah tropis maka hal ini tidak begitu menjadi
masalah.
d.
Vitamin A dan K yang
harus diberikan sejak post natal.
e.
Fe (zat besi)
diperlukan karena dalam proses kelahiran sebagian Fe ikut terbuang.
Secara alamiah sebenarnya zat-zat gizi
tersebut sudah terkandung dalam ASI (Air Susu Ibu). Oleh sebab itu, apabila gizi
makan ibu cukup baik, dan anak diberi ASI pada umur sampai 4 bulan, zat-zat
gizi tersebut sudah dapat mencukupi. Disamping itu Asi juga mempunyai
keunggulan, yakni mengandung
immunoglobolin yang memberi daya tahan tubuh pada bayi, yang berasal dari tubuh
ibu. Immunoglobolin ini dapat bertahan pada nak sampai dengan bayi berumur 6
bulan.
Peralihan ASI pada makanan tambahan
(PMT) harus disesuaikan dengan kondisi anatomi dan fungsional alat pencernaan
bayi. Setelah masa pemberian ASI eksklusif berakhir, maka mulai umur 4 bulan
bayi diberi makanan tambahan, itu pun makanan yang sangat halus. Kemudian mulai
umur 9 bulan sudah dapat diberikan makanan tambahan yang lunak, sampai dengan
umur 18 bulan. Asi tetap diteruskan, dan mulai berumur 18 bulan dapat diberikan
makanan tambahan agak keras (semi solid), sampai dengan umur 2 tahun. Akhirnya
pada umur 2 tahun ASI dihentikan (anak disapih, dan sudah dapat diberi makanan
seperti makana orang dewasa).
2.
Kelompok anak balita.
Anak balita juga merupakan kelompok
umur yang rawan gizi dan rawan penyakit. Kelompok ini yang merupakan kelompok
umur yang paling menderita akibat gizi (KKP), dan jumlahnya dalam populasi
besar. Beberapa kondisi atau anggapan yang menyebabkan anak balita ini rawan
gizi dan rawan kesehatan antara lain:
a.
Anak balita baru berada
dalam transisi dari makanan bayi ke makanan orang dewasa.
b.
Biasanya anak balita
ini sudah mempunyai adik, atau ibunya sudah bekerja penuh sehingga perhatian
ibu sudah berkurang.
c.
Anak balita sudah mulai
main di tanah, dan sudah dapat main di luar rumahnya sendiri, sehingga lebih
terpapar dengan lingkungan yang kotor dan kondisi yang memungkinkan untuk
terinfeksi dengan berbagai macam penyakit.
d.
Anak balita belum bisa
mengurus dirinya sendiri, termasuk dalm memilih makanan. Dipihak lain ibunya sudah tidak begitu
memperhatikan lagi makanan anak balita, karena dianggap sudah dapat makanan
sendiri
Dengan adanya Posyandu (Pos Pelayanan
Terpadu), yang sasaran utamanya adalah anak balita sangat tepat untuk
meningkatkan gizi dan kesehatan anak balita.
3.
Kelompok anak sekolah.
Pada umumnya kelompok umur ini mempunyai
kesehatan yang lebih baik dibandingkan dengan kesehatan anak balita.
Masalah-masalah yang timbul pada kelompok ini antara lain: berat badan rendah,
defisiensi Fe (kurang darah), dan defisiensi vitamin E. Masalah ini timbul
karena pada umur-umur ini anak sangat aktif bermain dan banyak kegiatan, baik
disekolah maupun di lingkungan rumah/tetangganya. Di pihak lain anak kelompok
ini kadang-kadang nafsu makan mereka menurun, sehingga konsumsi makanan tidak
seimbang dengan kalori yang diperlukan.
4.
Kelompok remaja.
Pertumbuhan anak remaja pada umur ini
juga sangat pesat, kemudian juga kegiatan-kegiatan jasmani termasuk olah raga
juga pada kondisi puncaknya. Oleh sebab itu, apabila konsumsi makanan tidak
seimbang dengan kebutuhan kalori untuk perumbuhan dan kegiatan-kegiatannya,
maka akan terjadi difesiensi yang akhirnya dapat menghambat pertumbuhannya.
Upaya untuk membina kesehatan dan gizi
kelompok ini juga dapat dilakukan melalui sekolah (UKS), karena pada kelompok
ini pada umumnya berada di bangku sekolah menengah pertama maupun atas (SMP
atau SMA). Disamping itu, pembinaan
melalui organisasi-organisasi kemasyarakatan misalnya: karang taruna, remaja/pemuda
gereja, remaja masjid, dan sebagainya juga tepat. Karena kelompok padaremaja
ini sudah mulai tertarik untuk berorganisasi, atau senang berorganisasi.
5.
Kelompok ibu hamil.
Ibu hamil sebenarnya juga berhubungan
dengan proses pertumbuhan, yakni pertumbuhan janin yang dikandungnya dan
pertumbuhan berbagai organ tubuhnya sebagai pendukung proses kehamilan
tersebut, misalnya mammae.
Apabila kebutuhan kalori, protein,
vitamin, dan mineral yang meningkat ini tidak dapat dipenuhi melalui konsumsi
makanan oleh ibu hamil, akan terjadi kekurangan gizi. Kekurangan gizi pada ibu
hamil dapat berakibat:
a.
Berat badan bayi pada
waktu lahir rendah atau sering disebut Berat Badan Bayi Rendah (BBLR).
b.
Kelahiran prematur
(lahir belum cukup umur kehamilan).
c.
Lahir dengan berbagai
kesulitan, dan lahir mati.
6.
Ibu menyusui.
Air Susu Ibu (ASI) adalah makanan utama
bayi oleh sebab itu, maka untuk menjamin kecukupan ASi bagi bayi, ibu yang sedang
menyusui harus diperhatikan.
Dalam
batas-batas tertentu kebutuhan bayi akan zat-zat gizi ini diambil dari tubuh
ibunya, tanpa menghiraukan apakah ibunya mempunyai persediaan cukup atau tidak.
Apabila konsumsi makanan ibu tidak mencukupi, zat-zat dalam ASI akan
terpengaruh.
7.
Kelompok usia lanjut.
Meskipun pada usia ini sudah tidak
mengalami penurunan fungsinya maka sering terjadi gangguan gizi. Contohnya,
pada usila beberapa gigi-geligi, bahkan semunya tanggal, sehingga terjadi
kesulitan saat mengunyah makanan. Oleh sebab itu, apabila makanan tidak diolah
sedemikain rupa sehingga tidak memerlukan pengunyahan, maka akan terjadi gangguan
dalam pencernaan dan penyerapan oleh usus.
E. Pengukuran Status Gizi
Masyarakat
Di antara kelompok yang rentan terhadap
penyakit-penyakit kekurangan gizi adalah kelompok bayi dan anak balita.oleh
sebab itu, indikator yang paling baik untuk mengukur status gizi masyarakat
adalah melalui status gizi balita ( bayi dan anak balita). Selama ini telah
banyak dihasilkan berbagai pengukuran status gizi tersebut, dan masing-masing
ahli mempunyai argumentsi sendiri dalam mengembangkan pengukuran tersebut.
Wattelow (1973) menyarankan, untuk
pengukuran status gizi pada saat ini digunakan ukuran berat badan per tinggi
badan. Sedangkan tinggi badan per umur hanya cocok mengukur status gizi pada
saat yang lalu. Ia menyebutkan pula bahwa berat badan per umur berguna bagi
pengukuran seri untuk anak dibawah 1 tahun.
Throwbridge, F. (1970) dari hasila
studinya menyimpulkan bahwa ukuran berat badan per umur tidak atau kurang mampu
membedakan antara malnutrisi akut dengan malnutrisi kronik. Oleh sebab itu, ia
menyarankan berat badan per tinggi badan dann lingkar lengan atas adalah
indikator yang paling baik untuk mengetahui prevalensi malnutrisi akut pada
anak. sedangkan prevalensi malnutrisi kronik dipergunakan ukuran tinggi badan
per umur.
Zetlin, N.F. (1673) menyarankan, untuk
anak berumur kurang dari 2 tahun sebagai indikator pertumbuhan anak cukup
menggunakan ukuran berat badan per umur saja. Dari hasil pengamatan, untuk anak
berumur 2-5 tahun yang mempunyai berat badan rendah menunjukan adanya gejala
malnutrisi yang berat. Selanjutnya, ia menyarankan bahwa berat badan per umur
saja sudah dapat digunakan untuk mengukur status gizi pada anak di bawah 5
tahun, bahkan anak yang lebih tua pun dapat mempergunakan ukuran tersebut.
Morley, D. (1971) membahas bahwa
pengukuran berat dan tinggi badan mempunyai beberapa kelemahan, antara lain
kurang akuratnya dalam pelaksanaan pengukuran oleh para petugas. Tetapi ia
menyatakan bahwa ukuran lain pun tidak mempunyai wilayah dinamis untuk
pertumbuhan anak. Akhirnya ia berkesimpulan bahwa berat dan tinggi badan per
umur dapat mencerminkan status gizi anak, baik pada waktu yang lampau maupun
status pada saat ini.
Dan akhirnya untuk berat dan tinggi per
umur sebagai indikator status gizi anak, pada umumnya para peneliti cenderung
mengadu pada standar Harvard dengan berbagai modifikasi. Di bawah ini akan
diuraikan 4 macam cara pengukuran yang sering digunakan di bidang gizi
masyarakat serta klasifikasinya:
1.
Berat badan per umur
Berdasarkan
klasifikasi dari universitas harvard, keadaan gizi anak diklasifikasikan
menjadi 3 tingkat, yakni:
·
Gizi lebih (over
weight)
·
Gizi baik (well
nourished)
·
Gizi kurang (under
weight), yang mencakup kekurangan kalori dan protein (KKP) tingkat I dan II.
·
Klasifikasi dari
standar harvard yang sudah dimodifikasi tersebut adalah:
·
Gizi baik, adalah
apabila berat badan bayi/anak menurut umurnya lebih dari 89% standar Harvard.
·
Gizi kurang, adalah
apabila berat badan bayi/anak menurut umur berada di antara 60,1% - 80% standar
Harvard
·
Gizi buruk, adalah
apabila berat badan bayi/anak menurut umurnya 60% atau kurang dari standar
harvard.
2.
Tinggi badan menurut
umur
Pengukuran
status gizi bayi dan anak balita berdasarkan tinggi badan menurut umur, juga
menggunakan modifikasi standar harvard, dengan klasifikasinya adalah:
·
Gizi baik, yakni
apabila panjang tinggi badan bayi/ anak menurut umurnya lebih dari 80% standar
Harvard.
·
Gizi kurang, yakni
apabila panjang tinggi badan bayi/anak menurut umurnya berada diantara 70,1% -
80% dari standar Harvard.
·
Gizi buruk, yakni
apabila panjang tinggi badan bayi/anak menurut umurnya 70% atau kurang dari
standar Harvard.
3.
Berat badan menurut
tinggi
Pengukuran
berat badan menurut tinggi badan ini diperoleh dengan mengombinasikan berat
badan dan tinggi badan per umur menurut standar harvard. Klasifikasinya adalah:
·
Gizi baik, apabila
berat badan bayi/anak menurut panjang/tingginya leih dari 90% dari standar
Harvard.
·
Gizi kurang, apabila
berat badan bayi/anak menurut panjang/tingginya berada diantara 70,1% - 90% dari
standar Harvard.
·
Gizi buruk, apabila
berat badan bayi/anak menurut panjang/tingginya 70% atau kurang dari standar
Harvard.
BAB 9
MENCERMATI GIZI BAYI,
AWAL KESEHATAN MASYARAKAT
A. Pendahuluan
Bayi atau anak balita yang kekurangan
gizi sangat rentan terhadap penyakit-penyakit infeksi, termasuk diare dan
infeksi saluran akut, utamanya pneumonia. Oleh sebab itu, perbaikan gizi
masyarakat yang difokuskan pada perbaikan bayi dan anak balita merupakan awal
dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Sebaliknya kekurangan gizi
pada bayi akan berakibat terhadap munculnya masalah kesehatan yang lain, dan
akhirnya akan berdampak terhadap menurunnya derajat kesehatan masyarakat.
Kekurangan zat-zat gizi pada makanan
bayi dapat mengakibatkan terganggunya pertumbuhan dan perkembangan. Di samping
itu, bayi menjadi lebih rentan terhadap penyakit infeksi dan selanjutnya bahkan
dapat mengakibatkan kematian bayi tersebut. Oleh karena itu, pemenuhan
kebutuhan gizi bayi sangat perlu mendapat perhatian yang serius. Gizi untuk
bayi yang paling sempurna dan paling murah bagi bayi adalah Air Susu Ibu (ASI).
Manfaat ASI saat ini sudah tidak dapat diragukan lagi dan pemerintah juga
telah menggalakkan pemberian ASI secara ekslusif. Namun, setelah
sekurang-kurangnya bayi berumur di atas 4 bulan, untuk memenuhi kebutuhan akan
zat gizi, bayi biasanya diberikan susu formula atau makanan tambahan lainnya.
Pada kenyataannya, kaum ibu khususnya di kota-kota besar, dewasa ini cenderung
memilih memberikan susu formula baik sebagai pengganti ataupun pendamping ASI
dalam memenuhi kebutuhan gizi bagi bayi mereka.
Secara teoretis maupun praktis
berdasarkan pengalaman ibu-ibu di lapangan, susu formula memang sangat
dibutuhkan untuk menggantikan gizi makanan pada bayi. Namun, pada kenyataannya
susu formula memang masih mahal, terutama bagi ibu-ibu dari kalangan ekonomi
menengah ke bawah. Oleh sebab itu, tantangan bagi praktisi kesehatan masyarakat
adalah menciptakan makanan lokal yang kaya akan protein, vitamin, dan mineral
yang dapat menggantikan susu formula.
B. Pentingnya Gizi bagi
Bayi
Bayi memerlukan gizi pada makanan yang
berbeda-beda sesuai dengan umurnya. Misalnya, pada bayi yang berumur kurang
dari 4 bulan, kebutuhannya akan zat-zat gizi berbeda dengan bayi yang berumur
di atas 4 bulan.
Menurut Karjadi (1986) banyak para
peneliti yang menaruh perhatian terhadap perkembangan Otak di mana sangat erat
hubungannya dengan perkembangan mental dan kemampuan berpikir. Jaringan otak
anak yang tumbuh normal akan mencapai 80% berat otak orang dewasa sebelum
berumur 8 tahun, sehingga dengan demikian apabila pada masa ini terjadi
gangguan gizi kurang dapat menimbulkan kelainankelainan fisik maupun mental.
Sementara Stoch & Smythe (1963)
mengemukakan dalam buku yang sama bahwa gizi kurang pada masa bayi dan
anak-anak mengakibatkan kelainan yang sulit atau tidak dapat disembuhkan dan
menghambat perkembangan selanjutnya. Pek Hiem Liang, dkk. dalam Suhardjo (1986)
dari basil penelitian terhadap kecerdasan (IQ) anak-anak usia 5-15 tahun (yang
pernah mengalami gizi kurang diri) perkembangan intelektual Berta perkembangan
fisiknya banyak dipengaruhi oleh status gizinya selama masa bayi sampai
prasekolah. Dobbing (1974) menyatakan bahwa terdapat 'masa kritis' dalam
perkembangan otak manusia di mana pada masa otak berkembang tepat akan sangat
rawan terhadap gizi kurang dan ini berada sejak 2 bulan &lam kandungan
sampai dengan umur 2 tahun.
Pengaruh gizi kurang pada waktu bayi
yang diteliti di kalangan anak-anak Jamaica menunjukkan bahwa setelah umur 6-10
tahun, IQ anak-anak yang menderita gizi kurang pada waktu bayi lebih rendah
daripada IQ anak-anak yang cukup gizi pada masa bayinya.
Dalam keadaan gizi yang baik, tubuh
mempunyai cukup kemampuan untuk mempertahankan din terhadap penyakit infeksi.
Jika keadaan gizi menjadi buruk maka reaksi kekebalan tubuh akan menurun yang
berarti kemampuan tubuh mempertahankan diri terhadap serangan infeksi menjadi
turun. Oleh karena itu, setiap bentuk gangguan gizi sekalipun dengan gejala
defisiensi yang ringan merupakan pertanda awal dari terganggunya kekebalan
tubuh terhadap penyakit infeksi. Penelitian yang dilakukan dj berbagai negara
menunjukkan bahwa infeksi protozoa pada anak-anak yang tingkat gizinya buruk
akan jauh lebih parah dibandingkan dengan anak-anak yang gizinya baik.
Gizi buruk mengakibatkan terjadinya
gangguan terhadap produksi antibodi dalam tubuh. Penurunan produksi antibodi
tertentu akan mengakibatkan mudahnya bibit penyakit masuk ke dalam tubuh
seperti dinding usus. Dinding usus dapat mengalami kemunduran dan. juga dapat
mengganggu produksi berbagai enzim untuk pencernaan makanan. Makanan tidak
dapat dicerna dengan baik dan ini akan menyebabkan terganggunya penyerapan zat
gizi sehingga dapat memperburuk keadaan gizi (Pudjiadi, 1990).
Meskipun data penyebab kematian bayi dan
anak jarang menyebutkan secara eksplisit peranan ragam gizi pada bayi, tetapi
banyak para ahli gizi masyarakat menekankan pentingnya gizi sebagai salah satu
upaya untuk menurunkan AKB (Angka Kematian Bayi) dan anak serta meningkatkan
mutu hidup. Dengan kata lain dalam kebijaksanaan pembangunan kesehatan, ragam
gizi diakui sebagai salah satu penyebab penting tingginya mobilitas dan
mortalitas bayi di Indonesia khususnya, dan di negara-negara berkembang pada
umumnya.
Telah banyak bukti penelitian yang
menunjukkan bahwa penyebab utama dari kematian, penyakit dari terlambatnya
pertumbuhan anak (retarted growth) di negara-negara belum maju merupakan
kompleksitas hubungan timbal balik yang saling mendorong atau sinergisme antara
status gizi dan infeksi (Schrimshaw, dkk. 1968; Chen & Schimshaw, 1981).
C. Gizi Bayi dan Susu
Formula
Semua orang telah mengakui bahwa air
susu ibu (ASI) tidak perlu diragukan lagi sebagai makanan bayi yang paling
baik. Akan tetapi kadang-kadang oleh suatu sebab tertentu ibu harus menambah
atau mengganti ASI ini dengan makanan lain. Keadaan yang mengaharuskan ibu
menggantikan ASI kepada bayi atau anaknya antara lain:
a.
Air susu ibu (ASI)
tidak keluar.
b.
Ibu meninggal sewaktu
melahirkan atau waktu bayi masih memerlukan ASI.
c.
ASI keluar tetapi
jumlahnya tidak mencukupi kebutuhan bayi.
d.
ASI keluar tetapi ibu
tidak dapat terus menerus menyusui bayinya karena ibu berada di luar rumah
(bekerja di kantor, kebun atau tugas lainnya).
European Society for Paediatric
Gactroenterdogy and Nutrition (ESPGAN) Committe on Nutrition dalam
publikasinya pada tahun 1977 membagi formula bayi (infant formula) dalam 2
jenis, formula awal (starting formula) dan formula lanjutan (follow-up
formula). Starting formula dalam bentuk bubuk (di Amerika Serikat dan Eropa
dipasarkan pula dalam bentuk cair) setelah ditambah dengan sejumlah air sesuai
dengan petunjuk produsennya dan jika pemberian sehari-harinya cukup, harus
dapat memenuhi kebutuhan energi dan zat-zat gizi esensial bagi bayi sampai umur
4-6 bulan, dan bersama-sama dengan makanan tambahannya seperti buah, bubur
susu, dan nasi tim sampai umur 1 tahun. Starting formula dibagi lagi dalam 2
golongan formula adaptasi (adapted formula) dan formula awal lengkap (complete
starting formula).
1.
Formula Adaptasi
Adapted berarti disesuaikan dengan
kebutuhan bayi baru lahir. Formula adaptasi ini untuk bayi baru lahir sampai
umur 6 bulan. Susunan formula adaptasi sangat mendekati susunan ASI dan sangat
baik bagi bayi baru lahir sampai umur 4 bulan. Pada umur di bawah 3-4 bulan
fungsi saluran pencemaan dan ginjal belum sempurna hingga pengganti ASI-nya
harus mengandung zat-zat gizi yang mudah dicerna dan tidak mengandung mineral
yang berlebihan.
Komposisi yang dianjurkan oleh
ESPGAN (1977) setelah bubuk formula tersebut dicairkan sesuai petunjuk
produsennya ialah:
a.
Lemak
Kadar lemak disarankan antara 2,4-4,1 gr
tiap 100 ml. Komposisi asam lemaknya harus sedemikian hingga bayi umur 1 bulan
dapat menyerap sedikitnya 8,5%. Disarankan juga bahwa 3-6% dari kandungan
energi harus terdiri dari asam linoleat.
b.
Protein
Kadar protein harus berkisar antara 1,2
dan 1,9 gr/100 ml dengan rasio whey/kasein 60/40 oleh karena kandungan protein
pada formula ini relatif rendah maka komposisi asam aminonya harus identik atau
hampir identik dengan yang terdapat dalam protein ASI.
c.
Karbohidrat
Disarankan untuk formula ini kandungan
karbohidratnya antara 5,4 dan 8,2 gram bagi tiap 100 ml. Dianjurkan supaya
hampir seluruhnya memakai laktosa, selebihnya glukosa atau dekstrin-maltosa.
Hal ini karena laktosa mudah dipecah menjadi glukosa dan galaktosa dengan
bantuan enzim laktase yang sudah ada dalam mukosa saluran pencernaan sejak
lahir. Laktosa juga merangsang pertumbuhan laktobasilus bificfus.
d.
Mineral
Konsentrasi sebagian besar mineral dalam
susu sapi seperti natrium, kalsium, kalium, fosfor, magnesium, dan klorida,
lebih tinggi 3-4 kali dibandingkan dengan yang terdapat pada ASI. Pada
pembuatan formula adaptasi kandungan berbagai mineral harus diturunkan hingga
jumlahnya berkisar antara 0,25 dan 0,34 gram tiap 100 ml. Kandungan mineral dalam
susu formula adaptasi memang rendah dan mendekati yang terdapat pada ASI.
Penurunan kadar mineral diperlukan oleh bayi karena dapat mengganggu
keseimbangan air dan dehidrasi hipertonik.
2.
Formula AwaL Lengkap
Berbeda dengan formula adaptasi,
pada formula ini terdapat kadar protein yang lebih tinggi dan rasio antara
fraksifraksi proteinnya tidak disesuaikan dengan rasio yang terdapat dalam
susu ibu. Selain itu kadar sebagian mineralnya lebih tinggi dibandingkan dengan
formula adaptasi. Keuntungan dari formula ini terletak pada harganya. Berhubung
pembuatannya tidak begitu rumit maka ongkos pembuatannya juga lebih murah
sehingga dapat dipasarkan dengan harga yang lebih rendah. Susu formula awal
lengkap ini diberikan untuk bayi berusia 4-6 bulan.
3.
Formula Lanjutan
Formula ini diperuntnkkan bagi bayi
berumur 6 bulan ke atas. Telah diuraikan bahwa formula adaptasi dibuat
sedemikian, sehingga tidak memberatkan fungsi pencernaan dan ginjal yang pada
waktu lahir belum sempurna. Maka dari itu dalam formula adaptasi zat-zat
gizinya cukup untuk pertumbuhan yang normal dan mencegah timbulnya penyakit-
penyakit gizi yang disebabkan oleh kekurangan maupun kelebihan masukan zat-zat
gizi tersebut. Oleh karena pada umur 4-5 bulan fungsi organ-organ sudah memadai
maka kelebihan zat gizi dapat dikeluarkan lagi oleh ginjal. Di samping itu,
dengan pertumbuhan yang cepat dan aktivitas fisik yang bertambah maka formula
adaptasi tidak cukup lagi untuk memenuhi kebutuhan bayi di atas 6 bulan,
pertumbuhan yang cepat memerlukan protein ekstra untuk perkembangan dan juga
lebih banyak mineral. Formula lanjutan dapat diberikan pada anak dari usia 6
bulan - 3 tahun.
D.
Makanan
Tambahan
ASI dalam jumlah yang cukup memang
merupakan makanan terbaik dan dapat memenuhi kebutuhan gizi bayi selama 4-6
bulan pertama. Namun, setelah umur 4 bulan, kebutuhan gizi bayi meningkat
sehingga bayi memerlukan makanan tambahan yang tidak seluruhnya dapat dipenuhi
oleh ASI saja. Setelah bayi berumur 4 bulan secara berangsur-angsur perlu
diberikan makanan tambahan berupa sari buah atau buah-buahan segar, makanan
lumat, dan akhirnya makanan lembek.
1.
Pentingnya pemberian
makanan tambahan
Tujuan dan pentingnya pemberian
makanan tambahan menurut Persatuan Ahli Gizi Indonesia (Persagi: 1992) antara
lain:
a.
Melengkapi zat-zat gizi
yang kurang terdapat dalam ASI
b.
Mengembangkan kemampuan
bayi-untuk menerima, bermacam-macam makanan dengan berbagai rasa dan tekstur.
c.
Mengembangkan kemampuan
bayi untuk mengunyah dan menelan.
d.
Melakukan adaptasi
terhadap makanan yang mengandung kadar energi yang tinggi.
2.
Cara memberikan makanan
tambahan
Agar makanan tambahan dapat
diberikan dengan efisien, sebaiknya diperhatikan cara-cara pemberiannya sebagai
berikut.
a.
Diberikan secara
berhati-hati, sedikit demi sedikit, dari: bentuk encer secara berangsur-angsur
ke bentuk yang lebih kental.
b.
Makanan baru
diperkenalkan satu persatu dengan memperhatikan bahwa makanan betul-betul dapat
diterima dngan baik.
c.
Makanan yang
menimbulkan alergi, yaitu sumber protein hewani diberikan terakhir.
d.
Makanan jangan
dipaksakan, sebaiknya diberikan pada waktu bayi lapar.
E. Kebutuhan
Gizi pada Bayi
Pemberian makanan tambahan sebagai makanan pendamping
ASI harusdisesuaikan dengan umur bayi. Karena itu alternative pemenuhan gizi
bayi pun harus disesuaikan dengan umur bayi.
Pengakuan tulus dari: FATIMAH TKI, kerja di Singapura
BalasHapusSaya mau mengucapkan terimakasih yg tidak terhingga
Serta penghargaan & rasa kagum yg setinggi-tingginya
kepada KY FATULLOH saya sudah kerja sebagai TKI
selama 5 tahun Disingapura dengan gaji Rp 3.5jt/bln
Tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari
Apalagi setiap bulan Harus mengirimi Ortu di indon
Saya mengetahui situs KY FATULLOH sebenarnya sdh lama
dan jg nama besar Beliau
tapi saya termasuk orang yg tidak terlalu yakin
dengan hal gaib. Karna terdesak masalah ekonomi
apalagi di negri orang akhirnya saya coba tlp beliau
Saya bilang saya terlantar disingapur
tidak ada ongkos pulang.
dan KY FATULLOH menjelaskan persaratanya.
setelah saya kirim biaya ritualnya.
beliau menyuruh saya untuk menunggu
sekitar 3jam. dan pas waktu yg di janjikan beliau menghubungi
dan memberikan no.togel "8924"mulanya saya ragu2
apa mungkin angka ini akan jp. tapi hanya inilah jlnnya.
dengan penuh pengharapan saya BET 200 lembar
gaji bulan ini. dan saya benar2 tidak percaya & hampir pingsan
angka yg diberikan 8924 ternyata benar2 Jackpot….!!!
dapat BLT 500jt, sekali lagi terima kasih banyak KY
sudah kapok kerja jadi TKI, rencana minggu depan mau pulang
Buat KY,saya tidak akan lupa bantuan & budi baik KY.
Demikian kisah nyata dari saya tanpa rekayasa.
Buat Saudaraku yg mau mendapat modal dengan cepat
~~~Hub;~~~
Call: 0823 5329 5783
WhatsApp: +6282353295783
Yang Punya Room Trimakasih
----------