Psikologi Sosial :
THEODORE M. NEWCOMB dkk.
BAB I
MENGAMATI DAN MEMAHAMI INTERAKSI MANUSIA
Mempelajari bagaimana orang-orang berpikir, merasa dan berlaku terhadap orang lain. Sebagaimana halnya dengan mempelajari sesuatu hal lain yang sekaligus penting dan majemuk sifatnya. Ada beberapa hukum umum yang dapat kita andalkan untuka memahami hal-hal yang dilihat sepintas lalu, tidak dapat dengan sendirinya menjadi jelas.
Ada
suatu contoh tentang bagaimana suatu observasi biasa menyebabkan timbulnya
beberapa pernyataan yang tidak diduga-duga dan tidak enviden tentang kondisi.
Sekitar masa Perang Dunia ke II, beberapa psikolog di Universitas California
menjadi sangat tertarik pada persoalan-persoalan anti-Yahudi. Oleh karena itu,
sangat diperlukan pemahaman terhadap orang-orang yang berprasangka secara khusus
maupun mereka yang berprasangka secara umum.
Psikolog-psikolog
California itu menemukan bahwa orang-orang yang berprasangka secara umum
mempunyai perasaan yang sama terhadap kelompok-kelompok tertentu dan tidak
peduli. Oleh karena itu mereka memahami lebih jauh hipotesa bahwa prasangka
yang umum dapat dikembalikan kepada beberapa ciri yang tertanam dalam
kepribadian.
Maka
suatu pengamatan yang sederhana dapat menghasilkan penjelasan yang terdiri dari
dua faktor yaitu ciri-ciri kepribadian yang dinamakn “otoriter” dan
prasangka-prasangka yang biasa (umum).
Beberapa
Bentuk Interaksi yang dapat Diamati
Ada
proses-proses interaksionil yang tidak dapat diamati secara langsung, akan
tetapi hanya dapat disimpulkan dari apa yang diamati. Hal yang sama pada bentuk-bentuk
interaksi yang dapat diamati ini adlah suatu urutan tingkah laku dari dua atau
lebih dari dua orang.
Pengaruh
Interpersonal: Efek-efek Unilateral
Dilihat
dari sudut tertentu, suatu respon seseorang terhadap orang lain merupakan suatu
contoh pengaruh terhadap si penjawab. Dalam arti, seseorang dapat dikatakan
mempengaruhi seseorang lainnya hanya dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan.
Satu atau lebih orang berfungsi sebagai sumber pengaruh dan satu orang lainnya
terpengaruh olehnya.
Suatu
bentuk proses pengaruh unilateral yang demikian imitasi, sudah sejak lama
menarik perhatian para psikolog sosial, walaupun lebih banyak mendapat titik
berat dalam tahun-tahun terdahulu daripada sekarang. Pada taraf yang
pertama, imitasi secara sederhana
dirumuskan sebagai terjadinya tingkah laku pada seseorang, yang merupakan
akibat tingkah laku yang sama pada orang lain.
Bila
ingin menemukan suatu dasar untuk keteraturan dalam bentuk interaksi, harus
ditanyakan tentang kondisi-kondisi dimana kemungkinan paling besar, bahwa
seseorang akan meniru orang lain. Sejumlah tertentu kondisi ada hubungannya
dengan maacam-macam orang yang besar kemungkinannya akan ditiru. Peniruan, bila
terjadi merupakan hasil dari proses psikologis, menginginkan sesuatu dan
melihat bahwa melihat bahwa tingkah laku individu lain menunjukkan cara
memperolehnya. Psikologi individu maupun sosial, dalam kenyataannya,
membicarakan tentang apa yang dinamakan peraturan-peraturan dari kombinasi
keadaan-keadaan psikologis.
Pengaruh
Interpersonal: Efek-efek Timbal-balik
Suatu
corak tingkah laku interpersonal adalah yang berkenaan dengan efek-efek
simultan dari dua atau lebih dari dua orang yang satu terhadap yang lainnya.
Kelompok orang-orang sering berpikir, merasa dan bertindak secara ekstrim, ini
tidak akan terjadi bila anggota perorangan kelompok itu berada sendirian.
Mereka mempelajari gejala-gejala yang demikian dan lebih ingin memahami,
meneliti gejala-gejala itu dalam rangka pengaruh timbal balik dari para anggota
kelompok yang satu terhadap yang lainnya.
Peninjauan
singkat tentang sesuatu bentuk khusus pengaruh timbal-balik yang dinamakan
“pemudahan sosial” tentu saja tidak menghasilkan sejumlah tertentu
prinsip-prinsip yang mencakup segala-galanya tetapi hanya memerlukan ilustrasi
tentang satu macam maslah psikologi sosial.
Adaptasi
Timbal-balik
“Pengaruh”
merupakan istilah yang mencakup banyak hal, yang mungkin menunjuk pada
efek-efek yang sifatnya bertahan ata sementara, atau unilateral atau
timbal-balik.
Bentuk-bentuk
adaptasi timbal-balik yang dapat diperbandingkan dapat dilihat pada orang-orang
yang sama sekali tidak saling mengenal, umpamanya seorang pembeli dengan penjua
yang sebelumnya tidak pernah bertemu sama sekali, dapat berinteraksi
seolah-olah mereka sudah berlatih untuk itu.
Suatu
syarat yang cukup jelas untuk adaptasi timbal-balik yang licin, harapan yang
sama tentang masing-masing pihak orang-orang yang berinteraksi, termasuk
harapan tentang dianggapnya keberadaan mereka. Setiap bentuk adaptasi
timbal-balik yang tidak hanya sementara sifatnya, dapat dilukiskan sebagai
suatu hubungan dan setiap macam hubungan yang khusus melukiskan sifat saling
ketergantungan tingkah laku dipihak orang-orang yang terlibat di dalamnya. Bila
dua orang saling menganggap bahwa diri mereka masing-masing sebagai seorang
sekutu yang diinginkan, maka mereka telah saling beradaptasi sebagai teman
akrab dan hubungan peran mereka merupakan hubungan persahabatan.
Adaptasi
timbal-balik dari tingkah laku yang satu kepada yang lain, dapat diketahui apa
yang diharapkan tanpa merasa terdorong untuk berlaku sesuai dengan
pengharapan-pengharapan ini.
v
KOMUNIKASI YANG BIASA TERDAPAT PADA
SEMUA BENTUKINTERAKSI
Pengamatan bahwa
seseorang dapat dikatakan telah berhasil melihat apa yang ada dalam kepala
seseorang adalah sesuatu yang cukup lumrah, akan tetapi proses-proses tersebut
tidak dengan sendirinya jelas.
Sikap seseorang
terhadap sesuatu tergantung dari persediaan informasinya tenntang hal tersebut
maka informasi memungkinkan adanya sikap-sikap, tetapi ini tidak selalu
terjadi. Maka persoalan-persoalan pokok adalah untuk mempelajari cara-cara
bagaimana sikap-sikap yang menyimpang, sikap-sikap yang sama tetapi tidak
dimiliki bersama, dan sikap-sikap yang dimiliki bersama tergantung dari
kondisi-kondisi komunikasi.
Bila sudah diciptakan
kondisi-kondisi tertentu yang berbeda-beda dan bila ini disusul oleh
konsekwensi-konsekwensi yang berbeda-beda, maka dapat diketahui tentang
kondisi-kondisi yang tepat, dimana variasi-variasi dalam tingkah laku-tingkah
laku yang terjadi.
Interaksi
Sebagai Perantara Antara Ciri-ciri individu dan Ciri-ciri Kelompok
Melihat
kenyataan bahwa sebuah kelompok tidak boleh tidak memiliki anggota, maka
perbedaan-perbedaan antara fenomin-fenomin yang majemuk jarang merupakan hasil
eksklusif dari satu unsur tunggal, tetapi adalah untuk membayangkan
perbedaan-perbedaan antara kelompok-kelompok yang terutama merupakan akibat
dari perbedaan-perbedaan pemilihan para anggotanya.
BAB
II
ORGANISI
AKTIVITAS-AKTIVITAS PSIKOLOGIS
Sifat Motivasi
Bila
kita menamakan seseorang sebagai “sangat terorganisir” kita memberikan ulasan
tentang kenyataan, bahwa sebagian besar dari hal-hal yang dilakukan orang
sesungguhnya ikut menyumbang kearah suatu tujuan atau tujuan-tujuan utama.
Motivasi sebagai
orientasi tujuan
Sifat
tingkah laku bermotivasi akan lebih memudahkan menggunakan istilah “tingkah
laku bermotivasi” bila secara kolektif yang dimaksud segala macam bentuk
tingkah laku seseorang dalam usanya untuk mencapai suatu tujuan. Secara
sederhana dapat dikatakan bahwa tingkah laku bermotivasi mencakup segala
sesuatu yang dilihat, diperbuat, dirasakan dan dipikirkan dengan cara yang
sedikit banyak berintegrasi dalam mengejar suatu tujuan tertentu.
Tingkah laku
bermotivasi cenderung berlangsung terus sampai tujuan tercapai atau sampai ada
interensi dari tingkah laku bermotivasi lainnya. Karena ciri utama tingkah laku
bermotivasi adalah kenyataan bahwa tingkah laku itu terorganisir suatu tujuan
maka jelas tidak dapat dipahami sepenuhnya, sebelum dipelajari bagaimana tujuan-tujuan
dan tingkah laku menjadi berhubungan satu sama lainnya.
Akan
digunakan istilah “motif” berkenaan dengan keadaan organisme dimana energi
jasmani diarahkan secara selektif terhadap keadaan-keadaan berada dilingkungan
luar, yang dinamakan tujuan-tujuan. Suatu organisme hanya dikatakan bermotivasi
bila tidak hanya ditandai oleh keadaan mobilisasi energi tetapi juga oleh
pengarah tingkah laku kepada salah satu tujuan yang terpilih diatas semua
tujuan-tujuan lain yang mungkin. Dengan demikian, maka “motif” merupakan suatu
pengertian yang menghubungkan suatu keadaan mobilisasi energi dengan suatu
tujuan.
v MEMPEROLEH
MOTIF-MOTIF
Salah
satu perbedaan utama antara tingkah laku bayi yang baru lahir dengan tingksh
lsku orang dewasa adalah bahwa tingkah laku lambat laun menunjukkan organisasi
dari taraf yang semakin tinggi.
Dorongan-dorongan
dan Proses Belajar
Dorongan-dorongan
sebagai sumber-sumber energi. “Keadaan-keadaan energi” harus diidentifikasikan
sehinggan dapat dimengerti bagaimana motif itu menjadi berkait dengan
tujuan-tujuan. Akan digunakan istilah “dorongan” berkenaan dengan keadaan
jasmani yang membangkitkan kecenderungan untuk aktivitas umum. Keadaan ini
sering dialami sebagai perasaan ketegangan atau kegelisahan.
Belajar
dan peradaan dorongan. Tingkah laku “didorong” oleh tenaga yang makin lama
makin kuat dengan bertambah akutnya ketegangan yang khas bagi suatu dorongan.
Bila tingkah laku yang sesuai akhirnya sampai terjadi, ketegangan dorongan akan
mereda dan individu itu berhenti mengarahkan energinya pada tujuan-tujuan yang
relevan bagi dorongan itu.
“Teori
belajar peradaan ketegangan” menyatakan bahwa orang-orang justru belajar
aktivitas-aktivitas yang segera diikuti oleh meredanya ketegangan. Karena sifat
instrumental dari perbuatan-perbuatan yang meredakan dorongan tersebut, maka
hal belajar semacam ini terkenal sebagai “belajar instrumental” atau
“conditioning intrumental”. Pendek kata, suatu dorongan adalah suatu desakan
dari dalam yang tidak dipelajari, suatu desakan yang tidak mempunyai arah
khusus.dasar suatu motif adalah dorongan ini, sehingga desakan mrupakan desakan
khusus kearah salah satu aktivitas yang telah memuaskan dorongan di masa lalu.
BELAJAR
TANPA PEREDARAN DORONGAN. Prinsip peredaan dorongan terkadang tidak begitu
berarti dalam situasi belajar. Kita cenderung untuk belajar respons-respons
yang menghasilkan taraf jumlah stimulasi yang layak atau yang optimal. Tetapi
bila seseorang telah memuaskan semua dorongan, taraf stimulasi seluruhnya
berada dibawah taraf optimal dan mencoba meningkatkannya dengan secara aktif
mencari hubungan-hubungan dengan lingkungan. Dalam keadaan ini, seseorang
belajar hal-hal yang disertai oleh pengurangan dari keseluruhan taraf stimulasi
dan tidak disertai oleh pengurangan dari keseluruhan taraf stimulasi.
Jumlah dan Ragam
Motif-motif Manusia yang dapat Dibeda-bedakan
Tidak
adanya hubungan-hubungan yang sederhana antara motif-motif manusia dengan
dorongan-dorongan yang primer tampak dari kenyataan bahwa manusia mempunyai
kemampuan yang besar untuk belajar dan untuk memperoleh motif-motif. Hal ini
memberikan tingkah laku manusia suatu derajat eksibilitas yang tidak terdapat
pada organisme-organisme lain. Yang lebih penting adalah manusia telah belajar
melalui interaksi dengan sesamanya bagaimana mencapai tujuan-tujuan melalui
usaha-usaha kolektif, yang tidak mungkin tercapai oleh individu-individu yang
bekerja sendiri. Beberapa jenis hewan mempunyai kelompok primer dimana telah
terbentuk motif-motif ingin berhubungan dengan yang lain dengan car-cara yang dibenarkan
dan tingkah laku kerja sama kearah tujuan kelompok sungguh-sungguh terjadi.
Kemampuan manusiawi yang membedakan kita, termasuk penggunaan bahasa,
memungkinkan orang-orang menempatkan diri dalam kedudukan orang-orang lain.
v MOTIVASI
YAN MAJEMUK DAN ORGANISASI PROSES-PROSES PSIKOLOGIS
Semua
pengaturan-pengaturan yang kompleks dari manusia dalam bidang sosial, termasuk
cara-cara berinteraksi dengan orang lain memerlukan organisasi taraf sangat
tinggi dari tingkah lakunya.
Organisasi
Kognisi
Perlengkapan
fisiologos manusia yang paling membedakannya adalah justru pikiran suatu alat
yang tidak ada bandingnya untuk mengolah dan menyimpan informasi dalam
jumlah-jumlah yang besar. Dalam pengambilan keputusan baru, harus dimulai
dengan mengadakan penyaringan dari kepingan-kepingan informasi yang sangat
bervariasi, yang telah disimpan sejak masa lalu, untuk menemukan sesuatu yang
relevan bagi situasi baru yang dihadapi, maka ini akan melumpuhkan keinginan
dalam memberikan respon-respon. Dan semakin besar simpanan informasi, semakin
hal itu akan menggugurkan keinginan.
Untuk
meningkatkan kemampuan menilai rangsang-rangsang yang menunjukkan variasi dalam
satu dimensi adalah dengan bekerja hanya dengan penilaian-penilaian relatif dan
lebih baik tidak dengan penilaian-penilaian mutlak. Cara lain yang juga baik
adalah dengan mengorganisir informasi yang masuk kedalam unit-unit.
Prinsip-prinsip
penting dari organisasi kognisi. Informasi yang kita
simpan adalah tentang ciri-ciri objek, keadaan dan peristiwa dan tentang
hubungan-hubungan antara hal-hal tersebut. Prinsip-prinsip utama organisir
kognitif semua mengenai apa yang kita dapat disebut “ketergolongan objek”, atau
kecenderungan untuk menganggap objek-objek tertentu sebagai satu golongan.
Banyak cara organisasi kognitif dari informasi yang tersimpan, menulis pada
kartu-kartu sehingga informasi dengan cepat dapat dipindah-pindahkan kedalam
kategori-kategori yang ada maknanya dalam hubungan dengan tujuannya.
Generalisasi Objek.
Cara ketergolongan objek yang sangat umum dan sangat dipentingkan adalah
generalisasi objek. Pada tingkat paling sederhana adalah sehubungan dengan
kenyataan bahwa objek-objek yang dilihat mempunyai ciri-ciri khusus,
dikelompokkan bersama atas dasar ciri-ciri tersebut. Hal-hal yang penting adalah
bahwa beberapa objek yang umum membawahi sejumlah elemen yang lebih kecil dan
objek ini sendiri dapat digolongkan sebagai elemen-elemen dalam kategori yang
lebih luas. Sulit untuk melepaskan kemampuan manusia yang unik untuk membentuk
pengertian-pengertian dari kemampuan yang telah menimbulkan kesan yang mendalam
pada semua orang yang mempelajari manusia, yaitu untuk membentuk dan
memanipulir simbol-simbol. Simbol-simbol abstrakyang merupakan bahasa manusia
menyediakan alat-alat yang halus tidak hanya untuk komunikasi yang kompleks,
tetapi juga untuk proses-proses penggolongan yang memungkinkan
pemikiran-pemikiran yang kompleks.
Kausalitas.
Suatu cara kedua ketergolongan objek yang umum penting bagi kita menyangkut
gagasan tentang kausalitas. Kausalitas merupakan satu konsep kognitif yang
sangat umum dan suatu ukuran penilaian yang menjadi sentrum bagi konteks ini,
kemungkinan bahwa suatu keadaan akan menimbulkan keadaan yang lain.
Pemecahan
Persoalan Vs Berpikir Autistis. Dapat dibeda-bedakan
dua tipe proses berpikir menurut perannya dalam pemetaan alat, tujuan dari
informasi baru yang berasal dari lingkungan disatu pihak dan keadaan motif di
lain pihak, mempersepsikan hasil yang besar kemungkinan akan diperoleh dan
mengulang langkah-langkah berikut dengan cara yang hampir sama sampai telah
tercapai pemecahan dari setiap aspek dari persoalan, tetapi urutan
pikiran-perbuatan menyangkut pengecekan realitas secara konstan.
Dikutub
ekstrim yang berlawanan terdapat pikiran yang demikian dikuasai oleh keadaan-keadaan
motif, sehingga batas-batas kenyataan yang normal, pengharapan-pengharapan
wajar yang bertumbuh melalui pengalaman, tidak diacuhkan. Cara berpikir seperti
ini yang dikenal dengan nama melamun atau khayal (autistis).
Organisasi dan
Persepsi.
Cara-cara
individu memperlakukan informas yang masuk, secara tradisionil dipelajari
sebagai “persepsi”. Persepsi menunjuk secara harfiah, kepada organisasi
pemasukan penginderaan pada si individu. Artinya kepada apa yang dilakukan,
secara psikologis dengan adanya rangsang-rangsang yang secara tidak henti
mengenai alat-alat inderanya.
Selektifitas
Pada tahap permulaan seleksi perseptuil
individu memilih untuk diperhatikan, bagian-bagian tertentu dari keseluruhan
informasi yang disajikan situasi. Perhatian yang penuh terhadap satu aspek dari
objek atau situasi yang kompleks, secara normal akan tidak memungkinkan
perhatian yang penuh terhadap aspek-aspek lain yang mungkin ada.
Tidak
sulit untuk melihat apa yang menjadi pendorong pilihan-pilihan kita untuk
diberikan perhatian. Karena selektifitas perseptuil hanya merupakan sebagian
dari arah energi yang selektif yang dianggap lebih umum pada orang-orang
bermotivasi.
Penguraian Kode.
Aspek kedua dari proses perseptuil dapat
dinamakan penguraian kode, ini menunjukkan kepada usaha untuk menempatkan
informasi yang masuk sesuai dengan simpanan informasi masa lalu seseorang.
Dengan begitu memberikan makna kepada informasi tersebut. Dapat dilihar bahwa
seleksi perseptuil dan penguraian kode bukan fenomin-fenomin yang sepenuhnya
terlepas satu sama lain.
Merupakan hal yang menguntungkan dalam
kehidupan manusia, bahwa banyak informasi besar kemungkinannya akan diuraikan
kodeya dengan cara yang sama oleh kebanyakan orang pada banyak kesempatan,
karena semua macam komunikasi dan kerja sama manusia tergantung dari keadaan
yang seperti itu.
Perbedaan individuil dan sitasionil yang
penting timbul dalam proses penguraian kode itu. Kemungkinan bahwa perbedaan
seperti itu akan timbul pada satu saat tertentu
tergantung ciri-ciri informasi atau ciri-ciriorang yang menerima.
Situasi sesaat atau pengalaman terakhir
dapat dipakai untuk membuat simpanan informasi atau konteks kognitif dari
tipe-tipe tertentu yang dapat lebih cepat dicapai atau menonjol bagi si
individu.
Organisasi dan Soal
Belajar
Dalam membicarakan dorongan-dorongan dan
proses belajar telah dilukiskan bagaimana pemuasan dari keadaan dorongan
menyebabkan individu belajar tujuan-tujuan di masa depan, bila keadaan dorongan
harus dipuaskan lagi. Karena beberapa alasan, bukan dianggap berhasil menyimpan
informasi hanya untuk tujuan-tujuan yang telah memperoleh nilai hadiah secara
langsung melalui pemuasan dari suatu keadaan dorongan yang sederhana.
Sebagaimana organisasi tingkah laku
bermotivasi tergantung dari proses belajar,demikian pula halnya dengan
organisasi jangka panjang. Banyak dari objek-objek yang dikenal dan dengan
objek-objek (peristiwa), keadaan, dan hubungan antara objek-objek cenderung
berupa objek-objek yang bervalensi. Artinya objek-objek yang disertai oleh
asosiasi-asosiasi yang positif dan negatif. Valensi-valensi merupakan hal-hal
yang sentral untuk memahami organisasi jangka panjang dam konsistensi pada
tingkah laku individu. Kognisi-kognisi yang tersimpan dan mempunyai sedikit
asosiasi-asosiasi positif atau negatif akan dinamakn sikap-sikap.
v SIKAP-SIKAP
Dilihat dari sudut kognisi, sikap
merupakan satu organisasi dan kognisi-kognisi yang mempunyai valensi. Dari
sudut motivasi sikap merupakan suatu keaaan kesediaan untuk bangkitnya motif.
Dapat disusun definisi-definisi tentang sikap yang bermakna dari sudut kognisi
maupun dari sudut motivasi, merupakan merupakan suatu pencerminan sederhana
dari kedudukan sikap-sikap pada titik silang yang menentukan antara proses
kognitif sepertipemikiran dan ingatan atau dengan proses-proses motivasi yang
menyangkut emosi dan dorongan.
Dalam arti ini, konsep sikap seperti
halnya dengan konsep tingkah laku bermotivasi, merupakan suatu konsep yang
meringkaskan. Ini ditujukan kepada organisasi sejumlah proses-proses psikologis
komponen untuk berbagai pekerjaan.
Sikap-sikap dan
Motif-motif
Sikap dalam beberapa hal menyerupai
motif, namun perbedaan-perbedaan besar tetap ada. Perbedaan utama berkenaan
dengan jangka waktu yang berlangsung. Kekuatan sudut motif tergantung dari
keadaan dorongan. Suatu sikap tidak ditandai dengan keadaan dorongan tetapi
hanya menunjuk pada kemungkinan bahwa suatu macam motif tertentu dapat
dibangkitkan.
Pembentukan Sikap-sikap
Sikap-sikap berasal dari motif-motif
tertentu atau suatu keadaan telah diasosiasikandengan kepuasan suatu motif,
maka corak tingkah laku yang telah menghasilkan kepuasan akan terarah kepada
objek atau peristiwa tertentu, sekalipun dorongan yang semula berhubungan
dengan motif tersebut tidak ada.
Fungsi-fungsi guna
kepentingan motif-motif:
·
Fungsi penyesuaian
·
Fungsi oertahana ego
·
Fungsi menyatakan nilai
·
Fungsi pengetahuan
Semua
fungsi tersebut berkenaan dengan aspek-aspek adaptasi individu terhadap
lingkungan.
Nilai Sebagai
Sikap-sikap yang Inklusif
psikolog menggunakan istilah nilai berkenaan
dengan objek-objek umum dari sikap-sikap yang inklusif. Bagi banyak orang
pemikiran dan filsafat hidup terorganisir sekitar nilai-nilai yang semakin lama
semakin inklusif.
Ikhtisar
Koordinasi proses-proses yang diperlukan
untuk suatu pengarahan adalah organisasi
dan semua proses-proses ditinjau sebagai keseluruhan yang dinamakan
tingkah laku bermotivasi. Sikap seseorang terhadap sesuatu adalah kecenderungan
untuk bermotivasi dalam hubungan dengan sesuatu.
Sikap-sikap
Individu-individu
Interaksi manusia dipengaruhi oleh ciri
aktivitas psikologis individu. Ciri-ciri ini apapun sifatnya memberi bentuk dan
membatasi sumbangan individu terhadap proses interaksi itu.
BAB III
SIFAT DARI SIKAP-SIKAP
Sikap-sikap dilihat sebagai penentu
dalam keseluruhan organisasi individu, beberapa konsekwensi sikap-sikap
terhadap tingkah laku adalah tidak langsung karena diperantai oleh
proses-proses psikologis lainnya. Tetapi judga psoses-proses seperti belajar,
persepsi, kognisi, dan yang paling penting pembentukan dari sikap-sikap lain.
Beberapa
Ciri Formil dari Sikap-sikap.
Sikap-sikap sebagai disposisi-disposisi
yang berfungsi adalah luar biasa kompleks.
Ciri-ciri Dasar dari
Sikap
Arah sikap. Dengan arah suatu
dimaksudkan hanya bahwa afek yang
membekas yang dirasakan terhadap suatu objek dapat bersifat positif ataupun
negatif. Sikap positif mencenderungkan orang yang bersangkutan kepada semacam
pendekatan terhadap objek. Sikap negatif mencenderungkan kepada semacam
pengindaran dari objek.
Derajat Perasaan.
Karena suatu sikap dapat dilihat sebagai
penilaian terhadap suatu objek tertentu dengan istilah baik-buruk maka jelas
bahwa oran itu dapat menilai suatu objek sebagai cukup baik saja. Dengan kata
lain, ada derajat-derajat kebaikan atau keburukan yang dapat dikenakan kepada
objek.
Ciri-ciri Objek Sikap.
Dimensional objek yang dikenal. Objek
berbeda dalam sikap inklusif atau jumlah dan ragam unsur-unsur atau ciri-ciri
yang tercakup didalamnya. Gejala-gejala pembedaan dan generalisasi objek sangat
tergantung dari derajat kesamaan objek. Kebanyakan pekerjaan psikologis
dipermudah oleh penggunaan objek stimulus yang unidimensional.
Siasat-siasat yang sekarang berkembang
untuk menghadapi sifat multidimensional dari objek-objek pengenalan sering
sekali dimulai dengan membayangkan bahwa objek-objek yang demikian dapat
ditempatkan dengan ukuran-ukuran fisik atau secara psikologis sebagai
titik-titik dalam suatu ruang multidimensional yang sesuai.
Sifat dai jarak-jarak psikologis
sepanjang dimensi-dimensi adalah menentukan untuk membuat pernyataan apapun
tentang jarak, dan ketidak tahuan mengenai masalah pada saat ini sangat besar.
Sifat Inklusif dari
Objek Sifat.
Mengintroduksikan istilah sifat inklusif
untuk mencakup satu macam perbedaan antara objek-objek sikap. Suatu objek sikap
yang tidak begitu inklusif dari sudut pandangan observator mungkin mempunyai
banyak ciri-ciri yang dikenal, sedangkan beberapa dari objek-objek yang lebih
inklusif akan mempunyai ciri-ciri yang terlihat yang berjumlah sampai ratusan
atau dapat dibayangkan sampai ribuan. Variasi ini penting dala mempelajari
sika-sikap. Objek-objek sosial khusunya menyajikan kelompok besar ciri-ciri
yang terlihat. Bila berbicara tentang sikap-sikap sebagai bekas-bekas dari afek
dimasa lampau, bekas ini mencakup tidak saja penjumlahan subjektif dari
pengalam-pengalaman afektif dengan objek itu selama waktu berlangsung tetapi
tetapi juga penjumlahan respon-respon afektif terhadap ciri-ciri komponen dari
objek.
Arah dan derajat sikap-sikap terhadap
ciri-ciri komponen mempunyai peranan yang penting dalam menentukan arah dan
derajat dari sikap yang digeneralisir terhadap objek yang lebih inklusif.
Beberapa pengukuran sikap terlaksan dengan menduga-duga sikap-sikap objek
terhadap suatu sampel aspek-aspek suatu objek yang lebih umum.Objek sikap-sikap
berbeda dalam sifat inklusifnya.
Pada beberap objek yang sangat inklusif
dan abstrak seperti kebebasan agama atau sifat manusia variasi kadang-kadang
menjadi sangat besar antara orang-orang yang mngenai sifat inklusifnya yang
persepsi. Namun keperluan untuk berkomunikasi, yang selalu ada pada kita,
merupakan suatu tekanan terus menerus untuk memelihara paling sedikit dalam
garis-garis besarnya batas-batas yang sama antara orang-orang dalam suatu
lingkungan bahasa.
Sentralitas Psikologis
Objek Bagi Individu
Ciri dari objek sikap adalah apa yang
dapat dinamakan sentralitas objek bagi individu. Beberapa objek secara bertahan
berada di bagian depan dari kesadaran individu hampir tanpa henti, karena
keadaan ekstern maupun karena keadaan motif intern.
Sifat menonjol adalah fenomin jangka
pendek yang merupakan fungsi dari situasi sesaat. Sentralitas menunjuk kepada
perhatian yang bertahan jauh lebih lama di pihak individu terhadap objek-objek
atau macam-macam objek tertentu.
Sumber sentralitas yang paling jelas adalah yang
bersifat motivasionil objek-objek tujuan dari tingkah laku bermotivasi adalah
sangat sentral bagi individu yang berusaha mendapatkannya. Walaupun harus ada
semacam motivasi yang menyebabkan subjek mula-mula memberikan perhatian byang
selektif kepada suatu objek dan tidak kepada objek yang lain. Terdapat pula
keadaan dimana objek-objek memperoleh sentralitas yang tinggi bagi individu,
meskipun akan sulit mentrasif akar-akar motivasi dari perhatiannya terhadap
objek-objek itu. Semakin sentral suatu objek seseorang, semakin besar
kemungkinan bahwa ia telah menyimpan informasi mengenai objek tersebut.
Sifat Sosial dari Objek
Sikap
Objek-objek sosial lebih besar
kemungkinannya untuk merangsang pembentukkan sikap-sikap dari pada macam-macam
objek yang lain. Sikap-sikap yang terbentuk pada seseorang terhadap suatu objek
tergantung secara langsung dari informasi yang ada pada orang itu mengenai
ciri-ciri dari objek itu.
v SIKAP-SIKAP DAN TINGKAH LAKU OVERT
Sikap-sikap sebagai kecenderungan-kecenderungan
yang tersimpan mempunyai kedudukan yang sentral dalam organisasi psikologis,
maka dengan sendirinya mengimplikasikan bahwa sikap-sikap mempengaruhi tidak
saja tingkah laku overt tetapi juga seluruh tangga nada proses-proses psikologi
intern.
Variasi-variasi dalam
Tingkah Laku Sebagai Fungsi dari Sikap-sikap dan Situasi.
Banyak variasi dari tingkah laku
merupakan hasil dari variasi-variasi dalam situasi sesaat dimana individu
menemukan dirinya pada waktu yang berbeda-beda. Walaupun tingkah laku sangat
dipengaruhi oleh tingkah laku sesaat, orang-orang berbeda dalam apa yang mereka
bawa dalam situasi, oleh karena itu dalam batas-batas yang ditentukan situasi
mereka berbeda dalam respon mereka terhadap situasi itu. Sikap-sikap merupakan
sebab-sebab utama dari tingkah laku.
Tingkah Laku Sebagai
Fungsi dari Sikap-sikap berganda
Setiap objek atau situasi yang kompleks
terhadap sesuatu yang direspon mengikut sertakan sejumlah sikap-sikap
sekaligus. Dalam situasi yang terberi tingkah laku adalah resultante dari
seluruh sikap-sikap yang relevan.
Pengaruh Sikap-sikap
Terhadap Proses-proses Psikologis Lainnya
Tingkah laku merupakan hasil terakhir
atau output dari interaksi proses-proses psikologs yang kompleks. Dipihak input
pada setiap titik waktu mempunyai informasi yang ditarik individu dari situasi
diman ia ikut serta. Terdapat literatur dalam jumlah yang besar yang
menunjukkan bahwa dalam keadaan tertentu, jumlah infrmasi potensiil yang
disajikan oleh situasi yang sebetulnya telah tersimpan atau dipelajarioleh
individu dapat dipengaruhi secara vital oleh sikap-sikap yang dibawanya kedalam
situasi itu.
Kondisi-kondisi
dimana pengaruh sikap-sikap yang ada tampak paling jelas ada dua macam.
Sikap-sikap lebih besar kemungkinan untuk memegang dalam membentuk input. Sikap
yang relevan adalah kuat dan informasi yang diterima tidak lengkap atau
sama-sama dilihat dari dimensi evaluatif yang bersangkutan. Dalam
keadaan-keadaan seperti ini, apa yang diperhatikn si individu dan apa yang
diingatnya dari situasi selama jangka waktu yang lama. Semua itu lebih besar
kemungkinannya untuk dipengaruhi oleh sikap-sikap yang ada.
Objek-objk
sosial keadaan-keadaan atau peristiwa yang dikatakan cenderung membangkitkan
sikap-sikap yang kuat sering sangat kabur dalam banyak dimensi penilaian yang
biasa terutama dimensi-dimensi yang menyangkut motif-motif dan maksud-maksud
orang dan kelompok yang mendasarinya.
Ikhtisar
Sikap-sikap mempengaruhi tingkah laku
(daam arti overt) tidak ada alasan untuk tidak memasukkan berbagai proses-proses
perseptuil, belajar dan aspek-aspek dinamis dari ingatan kedalam tingkah
laku-tingkah laku. Pengaruh sikap-sikap terhadap proses-proses psikologis
komponen sulit dibedakan dari pengaruh terhadap apa yang umumnya ditanggapi
sebagai tingkah laku.
BAB
IV
PERUBAHAN
SIKAP
Sebagian besar dari aktvitas orang yang
lebih ditujukan kepada orang-orang lain dari pada kepada benda-benda satu atau
lain cara mengandung anggapan bahwa orang-orang dapat digerakkan untuk mengubah
pandangan atau pikiran mereka.
Perubahan sikap sebagai fungsi dari afek
yang tertanam dalam objek atau sebagai fungsidari tipe objek terhadap mana
telah terbentuk sikap-sikap atai dapat diusahakn ciri-ciri ini konstan dan
memperhatikan kondisi-kondisi lain dimana sikap-sikap yang mempunyai afek yang
sama terarah kepada objek-objek yang serupa ada kemungkinan akan mengalami
perubahan.
Kondisi-kondisi Utama
untuk Perubahan Sikap
Perubahan sikap secara umum tergantung
dari penerima informasi baru dengan suatu cara relevan dari objek sikap dari
sudut pandangan pemegang sikap. Informasi baru itu mempunyai hubungan yang
langsung dan jelas dengan siat-sifat objek sikap. Sebagian besar perubahan
sikap digerakkan bukan oleh perubahan yang sesungguhnya dalam afek terhadap
sifat tertentu dari objek tetapi oleh informasi baru yang menambah atau
mengurangi beberapa sifat penting dari objek kognisi.
v PERUBAHAN DALAM SIFAT-SIFAT YANG
DIPERSEPSI PADA SUATU OBJEK
Pada umunya sikap seseorang terhadap
objek dapat berubah bila pandangan seseorang tersebut berubah terhadap objek
itu. Ada dua keadaan khusus perubahan objek yang demikian. Mungkin objek itu
sendiri memang telah berubah atau hanya informasi mengenaiobjek tersebut yang
telah berubah tanpa ada perubahan yang sesungguhnya pada objek itu.
Perubahan Objek yang
Sesungguhnya
Keadaan yang lebih jelas tentunya adalah
dimana objek sungguh-sungguh mengalami beberapa perubahan dalam sifat-sifatnya,
dan orang menerima informasi mengenai perubahan-perubahan ini. Perubahan pad
sifat objeklah yang merupakan jalan yang pasti untuk merubah sikap terhadap
objek itu. Besar kemungkinan sebagian besar perubahan-perubahan terjadi lebih
sering karena objek-objek sikap itu betul-betul telah berubah sifatnya dan
bukan karena argumen atau prsepsi-persepsi manusia.
Perubahan-perubahan
pada Informasi Mengenai Objek
Terdapat suatu golongan penting dari
kejadian-kejadian dimana objek tetap, tetapi perubahan sikap terjadi karena
adanya informasi baru yang diterima inividu.
Dasar utama perubahan sikap adalah
diterimanya informasi-informasi baru yang berhungan dengan objek-objek sikap.
Informasi-informasi seperti itu lebih sering hanya bertindak merubah sifat yang
dipersepsi pada objek-objek dengan cara-cara yang merubah sikap-sikap terhadap
mereka. Bukannya merubah persepsi langsung suatu objek, tetapi informasi ini
mungkin hanya bertindak merubah hubungan antara suatu indvidu dengan objek
sikap.
v SIFAT-SIFAT SIKAP DAN PERUBAHAN
SIKAP
Prinsip-prionsip
perubahan sikap tergantung pada
·
variasi-variasi dalam sifat-sifat sikap
yang lebih dahulu terhadap objek-objek mengenai objek mana diterima informasi
baru
·
variasi-variasi dalam ciri-ciri situasi
dimana informasi disampaikan, yan meliputi baik jenis informasi yang
disampaikan, maupun badan yang menyampaikannya.
Derajat Perasaan
Terhadap Objek
Sikap yang lemah akan lebih mudah
dirubah dari pada sikap-sikap yang kuat atau lebih ekstrim. Prinsip umunya
adalah bahwa sikap mengenai suatu objek akan lebih mudah dirubah oleh masuknya
informasi yang berlawanan dengan sikap itu bila informasi yang disimpanmengenai
objek tersebut lebih sedikit.
Sentralitas Objek Sikap
Sikap-sikap terhadap objek-objek yang
jauh akan lebih mudah dirubah oleh informasi baru dari pada sikap-sikap
terhadap objek-objek yang bagi individu itu lebih sentral. Suatu objek dapat
juga dipandang lebih sentral atau kurang sentral bagi seorang individu, secara
motivasionil, tergantung dari seberapa jauh objek itu memegang peranan yang
membantu atau menghalangi pemeliaharaan menghalangi kemajuan kearah
tujuan-tujuan yang ingin dicapai.
v PERSUASI DAN PERUBAHAB SIKAP
Faktor-faktor yang mempengaruhi
kemungkinan perubahan sikap oleh adanya informasi yang berlawanan tergantung
pada sifat-sifat itu sendiri sebagaimana adanya sebelum diterima informasi baru
mengenai objek.
Suatu
keadaan khusus dari pengaruh interpersonal dimana salah satu pihak mengajukan
suatu titik pandang kepada pihak lain yang pada pokoknya tetapi merupakan suatu
“silent partner”. Suatu situasi yang tipis dalam eksperimen-eksperimen mengenai
persuasi cenderung untuk sepihak dalam arti bahwa komunikasi verbal berlangsung
hanya kesatu arah. Situasi ini separuh dari hubungan timbal-balik antara
orang-orang yang disebut interaksi sosial.
Kemungknan terjadinya perubahan sikap
tergantung tidak hanya dari sifat-sifat sikap yang dibawa seseorang kedalam
situasi dimana informasi yang berlawanan dimasukkan, tetapi juga dari ciri-ciri
yang lebih luas dalam situasi tranmisi itu sendiri. Sekurang-kurangnya
sebagaimana ia melihat ciri-ciri itu. Secara khusus dua kelompok faktor-faktor
yang menjadi penting : ciri-ciri berita persuasi, dan ciri-ciri dari badan yang
menyampaikan informasi atau sumber informasi.
Persepsi dari respon-respon orang lain
terhada suatu berita saja dapat mempengaruhi perubahan sikap tetapi berpengaruh sedikit banyak demikian, sesuai
dengan persepsi kesamaan sikap antara diri sendiri dengan hadirin , serupa
dengan efek-efek yang terlihat pada kesamaan sikap antara diri sendiri dengan
sumber. Semua persepsi ini, keahlian, kesalahan, jarak sikap, dan ciri-ciri
sumber lainnya, berperan dalam membentuk penilaian secara umum terhadap sumber.
Prinsip umum yang secara implisit terkandung dalam semua ini adalah bila berita
diusahakan konstan, perubahan sikap oleh persuasi akan lebih banyak bila
valensi sumber lebih positif.
Meskipun penilaian terhadap sumber
informasi persuasif, dapat digambarkan terletak pada suatu sumbu
positif-negatif. Ada gunanya untuk memperhatikan beberapa unsur dari penilaian
itu. Salah satu unsur adalah perbandingan yang dibuat oleh pendengar informasi
antara kumpulan informasi yang tersimpan dalam dirinya dengan kumpulan
informasi yang kelihatannya dimiliki oleh sumber. Sumber dinilai lebih tingi
atau lebih kurang sesuai dengan ratio informasi yang dimiliki sumber dengan
yang dimiliki pendengar.
Suatu unsur lain dalam penilaian
terhadap sumber adalah penilaian tentang bagaimana sumber itu memilih
informasinya. Bila ada kecurigaan bahwa sumber memilih informasi sedemikian
rupa sehingga melebih-lebihkan implikasi suatu valensi, maka penilaian
pendengar akan menurun. Unsur lain yang sangat penting adalah apa yang disebut
sebagai jarak antar sikap atau ketidak samaan yang oleh sumber dikesankan
adanya antara ia dan pendengarnya, bukan
hanya sehubungandengan sikap-sikap mereka terhadap objek persuasi, tetapi juga
sehubungan dengan sikap-sikap lain yang tidak ada hubungannya dengan objek itu.
Sifat Berita yang
Persuasif
Ada beberapa tipe berita persuasif yang
lebih efektif dari pada tipe-tipe lainnya untuk mencapai perubahan sikap. Ada
satu segi persuasi yaitu tata hubungan antara isi pesan dengan dasar motivasi
atas mana sikap itu didasarkan. Sikap-sikap terhadap suatu objek yang sedikit
banyak sentral bagi individu ada kemungkinan akan berubah sebagai reaksi
terhadap informasi persuasif yang baru, sebanding dengan bagaimana eratnya
hubungan antara informasi itu dengan alasan-alasan yang menyebabkan objek itu
dianggap sentral oleh individu itu.
Macam berita yang besar kemungkinannya
paling efektif untuk menyebabkan perubahan sikap adalah yang disesuaikan baik
kepada struktur sikap tertentu relevan bagai dasar-dasar motivasi sikap itu,
namun menyangkut argumen-argumen yang cukup baru, sehingga kurang ada
kemungkinansi individu sudah diperkuat dengan informasi-informasi sanggahan.
Sumber Berita Persuasif
Sebagaimana dalam tipe-tipe perubahan
sikap lainnya, persuasi terjadi umumnya dengan adanya informasi baru yang
berhubungan dengan objek sikap yang disampaikan kepada pendengarnya. Tetapi,
informasi baru ini berbeda pada dasarnya dengan informasi yang didapatkan dari
tansaksi langsung dengan objek itu sendiri. Informasi ini tidak langsung,
melainkan informasi yang didapatkan melalui masyarakat.
Partisipasi dan
Pengikatan Sumber
Mungkin sekali mekanisme-mekanisme lain
penting pula eksperimen-eksperimen mengenai pengambilan keputusan dalam
kelompok. Penemuan-penemuan terbaru memberi kesan bahwa sikap-sikap dari banyak
peserta mungkin tidak banyak berubah diwaktu pengambilan keputusan oleh
kelompok itu. Tetapi sebaliknya baru berubah kemudian sesudah parapeserta itu
benar-benar melaksanakan tingkah laku demikian karena merasa telah mengikat
diri untuk berlaku demikian.
Diantara kondisi-kondisi yang harus ada,
bila perubahan sikap diharapkan akan mengikuti tingkah laku, telah ditekankan
peranan keterikatan psikologis untuk melakukan tingkah laku itu. Jadi, harapan
akan terjadinya perubahan sikap tidak berlaku pada individu yang semata-mata
dan hanya dipaksa melakukan tindakan yang tidak disukai. Harus ada persetujuan
atau rasa keterikatan pribadi untuk melakukan tindakan itu.
Pemeranan Peran dan
Perubahan Sikap
Ada juga demonstrasi-demonstrasi
mengenai perubahan sikap sehubungan dengan jenis keterikatan atau partisipasi
lain yang menyangkut pemeran peran. Telah ditemukan bahwa dalam berbagai
kondisi, seorang subjek yang didorong untuk berbicara, membenarkan atau
berdebat dipihak suatu posisi yang tidak sesuai dengan sikapnya sendiri semula,
akan memperlihatkan perubahan sikap yang sesungguhnya yang tetap ada setelah
peran permainan itu selesai.
v STRATEGI PERUBAHAN SIKAP : SATU
IKHTISAR
Sikap-sikap lebih sulit untuk dirubah
dari pada sebagaimana yang dituliskan pada prinsip-prinsib yang telah
disebutkan. Kita telah mengatakan bahwa informasi baru merupakan sine quanon
dalam perubahan sikap, dan informasi-informasi baru kelihatannya cukup mudah
untuk diberikan.
Suatu
perbedaan antara ahli psikologi sosial dengan orang praktek itu adalah ahli
psikologi sosial ingin mengetahui kondisi terjadinya perubahan sikap, sedangkan
orang praktek ingin mengetahui kondisi dalammana terjadi perubahan sikap dan
dimana ia mempunyai harapan untuk mengontrolnya. Yang ironis adalah cara-cara
yang tidak dapat digunakan untuk memanipulasi yang cepat. Eksperimen-eksperimen
persuasi beruntung mempunyai pendengar yang terikat yang tak dapat mematikan berita
sebelum dimulai.
Bila objek-objek persuasi sikap secara
psikologis jauh bagi si individu sekalipun dalam kehidupannya sehari-hari,
informasi baru yang disajikan oleh berita persuasif itu mungkin tampaknya cukup
menonjoldalam keseluruhan arus informasi yang sampai pada individu sehubungan
dengan objek itu. Di lain pihak, bila objek persuasi itu relatif sentral dan
kebanyakan sikap yang ingin dirubah oleh orang praktek sifatnya demikian, maka
informasi yang terkandung dalam satu berita persuasif yang singkat tidak dapat
bersaing secara berhasil dengan informasi sehari-hari yang lain diterima oleh
subjek.
Informasi yang mempunyai
implikasi-implikasi valensi tertentu, mengalir menurut saluran-saluran yang
terbentuk oleh struktur masyarakat. Pengalaman pribadi langsung dengan objek
sikap merupakan keadaan yang paling berpotensi bagi perubahan sikap, bila
sikap-sikap semula didasarkan atas persepsi-persepsi yang keliru dan informasi
yang inadekwat. Yang dimaksudkan dengan ini adalah bahwa sikap-sikap yang telah
mendalam sekalipun dan terbentuk dalam waktu yang lama, dapat dirubah dengan
cepat.
Kesimpulan dari semua ini, suatu kontrol
yang kuat terhadap sikap-sikap individu akan memerlukan bahwa manipulator itu
harus dapat menentukan dimana subjek itu, dengan siapa ia akan bergaul, dan
sebagainya. Kontrol seperti itu jarang ada pada orang praktek, atau dalam hal
ini pada siapa saja dalam negara yang demokratis.
BAB
V
ORGANISASI
DAN STABILITAS SIKAP-SIKAP
Dyson (1958), sewaktu menanggapi
kreatifitas didalam ilmu fisika,menyatakan bahwa sedikit sekali dari para
ilmiawan terkenal pada pertengahan abad ke sembilan belas mampu untuk menangkap
perubahan-perubahan besar dasar mekanika newton yang dikemukakan oleh James
Clerk Maxwell. Penerimaan dan penggunaan
persamaan-persamaan Maxwell harus menunggu tampilnya generasi ilmiawan yang
lebih muda, yang berbeda dengan angkatan tua, tidak terus menerus mendesak
untuk berusaha mengerti Maxwell dengan cara-cara newton. Dyson mendapatkan
protes-protes yang sama, yang terlibat sewaktu mekanika kwantum pada waktunya
mendesak dan merubah pekerjaan Maxwell. Generasi tua, yang mahir berfikir
dengan cara-cara Maxwell, berpendapat bahwa konsep-konsep baru itu
mentercengangkan sedangkan orang-orang lebih muda tidak begitu bepengalaman
dalam bidang itu dapt menerima pandangan baru itu sebagai suatu hal yang biasa.
Dalam hal-hal yang menyangkut informasi dasar yang baru, maka adalah soal biasa
bahwa orang-orang lebih muda lebih reseptif dari pada yang tua-tua.
Karena sikap-sikap yang kita bentuk
demikian erat hubungannya dengan informasi yang telah tersimpan pada diri kita
tentang berbagai obyek, maka tidak mengherankan adanya bukti-bukti yang sejajar
yang membayangkan bahwa sikap-sikap juga cenderung untuk menjadi bertambah
stabil bahkan dapat kita katakan “kaku” bila orang-orang menjadi tua. Suatu
contoh dapat digambarkan dari cara-cara suatu penampang silam orang-orang
dewasa menilai dua partai nasional. Bila kita membuat skala yang mulai dari
sangat pro-Demokrat melalui netral sampai sanagat pro-Rupliken, maka kia
dapatkan bahwa orang dewasa berumur dua puluahan memperlihatkan suatu
distribusi yang relatif yang berbentuk lonceng pada skala, dengan cukup banyak
orang yang menempatkan dirinya pada bagian tengah atau bagian “netral” dari
skala. Bentuk distrbusi berubah terus menerus bila kita bergerak ke irisan
populasi yang lebih tua, sedangkan generasi yang tertua menunjukkan suatu
distribusi yang mendekati U, dimana jumlah-jumlah yang besar menempatkan diri
pada ujung-ujung skala. Kecenderungan ini bukanlah sekedar pernyataan senda
gurau yang bertumbuh dengan umur : sikap-sikap ekstrim ini mempunyai
akibat-akibat dalam tingkah laku. Jadi dapat misalnya di tunjukkan bahwa ada
suatu kemunduran yang sungguh-sungguh dala kemungkinan seseorang terpengaruh
untuk berubah-ubah partai – atau menjauhkan diri untuk sementara dari
partai-partai itu- bila ia makin tua. (Campbell et al, 1960). Dengan lain
perkataan, ada alasan untuk percaya bahwa perasaan terhadap obyek-obyek sering menjadi
lebih kuat secara berarti dengan berlalunya waktu.
v SIKAP TUNGGAL YANG STABIL
Kita akan memulai, seperti halnya
dengan pembicaraan kita tentang kepribadiaan sikap, dengan melukiskan gambaran
dari tipe sikap tunggal yang besar kemungkinannya mempunyai ketahanan yang
sangat tinggi terhadap perubahan. Ini adalah suatu pekerjaan yang sangat
sederhana, katena gambaran ini tidaklah lebih dari pada suatu bayangan cermin
dari pada gambaran pada bab sebelum ini.
Bila ciri-ciri ini terjadi bersama-sama
maka seseorang dapat yakin bahwa sikap yang relatif bertahan terhadap perubahan
melalui informasi-informasi baru. Mengapa hal ini demikian dapat untuk sebagian
dimengerti dengan membalikkan beberapa organisasi dari bab sebelumnya, karena
tentu saja tersangkut disini hanyalah sekumpulan prinsip-prinsip tertentu.
Untuk sebagian juga, kita sekarang berada dalam posisi untuk dapat menjelaskan
alasan-alasan yang terdahulu. Misalnya kita telah melihat bahwa banyak dari
informasi baru yang berpengaruh terhadap sikap, di perantarai oleh masyarakat ;
bahwa selanjutnya penilaian atas dapat dipercyanya suatu sumber mempunyai
semacam pengaruh atas penerimaan informasi baru yang demikian; dan bahwa dapat
dipercaya nya suatu sumber, sebagaimana terlihat dipengaruhi oleh perbandingan
implisit antara informasi yang ada pada kita sendiri dengan yang berasal
senndiri dari sumber.
Dari observasi-observasi ini dapat
langsung disimpulkan bahwa seorang dengan simpanan informasi yang besarmengenai
suatu obyek, (seorang “ahli” untuk membatasinya) akan lebih jarang manenemukan
informasi yang datang mrelalui masyarakat, dan bertentangan dengan
sikap-sikapnya, yang dapat di hargainya dari pada seseorang yang kurang
informasi tentang obyek itu. Jalan pikiran ini tentu saja tidak dimaksudkan
menjelasakn sepenuhnya prinsip kita bahwa sikap-sikap yang disangga oleh banyak
informasi, kurang peka terhadap perubahan. Tetapi itu adalah salah satu dari
sekian banyak mekanisme yang turut menyebabkan fenomin yang demikian itu.
Pada waktu ini kita lebih tertarik
kepada bebrapa hal lain yang dapat dikatakan mengenai suatu simpanan informasi
yang besar. Dalam bab 2 telah kita usulkan bahwa jumbah-jumlah informasi yang
besar tak dapat tersimpan lama jika tidak sedikit banyak terorganisir dan kitan
sarankan beberapa peraturan tentangketergolongan psikologis yang mengendalikan
garis-garis besar dari organisasi yang demikian. Kita juga telah membayangkan,
bahwa semakin banyak informasi yang ada mengenai suatu obyek yang kompleks atau
insklusif maka akan semakin banyak dan beraneka ragam lahikatan
silang-menyilang mengatur susunanya sehubungan dengan kognisi-kognisi lain.
Ikatan-ikatan ini dapat digambarkan sebagai sesuatu yang menghubungkan
pola-pola didalam kisi-kisi, menurut model-model susuanan atom-atom dalam
molekul-molekul yang kompleks. Dengan kurang lebih cara demikianlah, suatu
obyek tentang mana kiat mempunyai banyak informasi,tersimpan, terikat erat
menjadi suatu kisi-kisi yang terdiri dari kognisi-kognisi.
v ORGANISASI SIKAP
Bila kita mengatakan bahwa
sikap-sikap seseorang itu terorganisi, maka yang dimaksudkan adalah sikap-sikap
itu berhubungan satu sama lain menurut suatu susunan yang teratur dan tidak
secara serampangan. Tentu saja keteraturan dan saling ketergantungan ini adalah
parsil dan bukan menyeluruh; tidak setiap sikap seseorang berhubungan secar
sistematis dengan sikap-sikapnya yang lain. Sebagian analogi, sel-sel otot kaki
anda tersusun secara teratur dengan demikian juga halnya dengan sel-sel dalam
iris mata anda, tetapi tak ada gunanya untuk mendiskripsikan susunan sel-sel
otot kaki dan sel-sel iris mata. Karena itu, mungkin anda mempunyai banyak
sikap-sikap politik yang tersusunan secara teratur, dan hal yang demikian yang
berlaku pula untuk beberapa sikap-sikap anda terhadap kegemaran-kegemaran
pribadi. Ada harapan bahwa antara kedua kumpulan sikap-sikap ini tidak terdapat
susunan yang begitu sistematis walaupun mungkin saja keduanya berurutan rapi,
dengan cara-cara yang nanti kita telaah. Tujuan kita yang segera adalah
menemukan syarat-syarat umum dimana sijap-sikap itu menjadi saling berhubungan
secara fungsionil dan bagaimana saling ketergantungan ini dapata dilukiskan
sebaik-baiknya. Kita dapat membuat suatu permulaan yang baik,bila kita bertolak
dari [rinsip-prinsip organisasi kognitif yang sudah kita kenal.
1.
Ketergolongan Objek Dan Organisasi Sikap
Kita
telah membicarakan beberapa cara ktergolongan obyek yang menentukan dalam
organisasi kognisi. Prinsip umum yang menghubungkan sifat valensi yang
ditambahkan kepada sikap-sikap dengan organisasi kognitif secara sederhana
dapat dinyatakan : seseorang cenderung u tuk mempunyai sikap-siakap yang sama
(tandanya serupa) terhadap obyek yang menurut pendapatnya termasuk golongan
yang sama.prinsip benar, seperti tercantum, apapun macam ketergolongan objek
yang kita perhatikan.
GENERALISASI OBYEK. Sebagaimana ditunjukan oleh studi yang dilakukan
oleh Adornc et al, orang-orang dalam masyarakat kita, yang berprasangka
terhadap orang yahudi (yakni, orang-orang yang sikap-sikapnya terhadap mereka
sebagai suatu golongan kurang menguntungkan) besar kemungkinan akan juga
berprasangka terhadap minoritas-minoritas etnis dimana mereka sendiri tidak
merupakan anggota-mungkin orang Negro, Meksiko, Jepang. Cara ketergolongan –
objek orang luar dari suatu kelompok etnis. Dengan begitu juga sikap seseorang
terhadap kekejaman terhadap kucing cenderung untuk berhubungan dengan
sikap-sikap yang sama terhadap kekejaman
terhadap anjing-anjing dan kuda-kuda, tetapi perlu demikian halnya
terhadap jangkrik-jangkrik dan ular-ular (generalisasi selalu ada batasnya)
2.
Kongruensi
Sikap-Sikap Sendiri Dengan Sikap-sikap Orang Lain
Suatu
keadaan khusus dari prinsip umum ini begitu pentingnya untuk memahami tidak saja
organisasi sikap tetapi juga interaksi antar manusia, sehingga bermanfaat untuk
dibahas sebagai suatu prinsip tersendiri. Hal ini pertmam-tama berhubungan
dengan sikap-sikap terhadap orang-orang. Kita sebelumnya telah sepakat untuk
memakai istilah-istilah “ \ketertariakan” dan “kebencian” untuk sikap-sikap
semacam in; dan kita juga telah melihat (Bab 3), bahwa seseorang adalah menarik
bagi orang lain selama orang kedua ini merasakanbahwa sifat-sifatnya adalah
menguntungkan. Sekarang mengingat kenyataan, bahwa setiap orangmemperlihatkan
banyak sifat-sifat yang semuanya tergolong menjadi satu karena berada pada
orang yang sama, prinsip kita yang pertama akan membayangkan bahwa seseorang
cenderung untuk mempunyai sikap-sikap yang sama terhadap berbagai sifat-sifatnya.
Ketergolongan dalam hal ini tidaklah menyangkut berbagai obyek seperti
kucing-kucing dan anjing-anjing, tetapiberbagai macam-macam sifat dari obyek
yang sama yaitu orang seorang.
v PRINSIP KESEIMBANGAN YANG INKLUSIF
Nama keseimbangan telah biasa
dipakai untuk prinsip umum ini, dan dinamika yang tercangkup di dalam nama itu
membantu menandakan kegunaan prinsip ini. Dinamika menunjuknya kepada prinsip
perubahan dan kestabilan. Bila dua hal atau lebih berada dalam keseimbangan,
tata hubungan mereka yang satu terhadap yang lain cenderung untuk tetap stabil.
Misalnya sewaktu anda untuk pertama kalinya baik diatas timbangan tata hubungan
antara tegangan perimbangan itu dengan berta badan anda adalah tidak stabil,
atau tidak seimbang sebagai mana terlihat dari bergerak-geraknya jarum yang
menunjukan berat badan anda. Tetapi setelah anda berdiri diam, jarum menjadi
stabil tetap tinggal demikian selama tidak ada perubahan baik pada timbanagan
maupun pada tekanan badan anda padanya. Tata hubungan yang seimbang tinggal
tetap, sampai timnul pengaruh-pengaruh baru yang merubah keseimbangan itu, sedangkan tata hubungan-hubungan yang
tidak seimbang terus dipaksa, untuk berubah. Kegunaan pengertian kesimbangan bukan
saja karena ia menyediakansuatu sinonimuntuk perkataan stabilitas, tetapi
lebih-lebih lagi karena pengertian itu merupakan tantangan untuk mencari
kondisi-kondisi diamn suatu tata hubungan tetap tinggal stabil, atau seimbang.
Persoalan bagaimana organisasi sikap-sikap seseorang terjadi adalah sebetulnya
suatu persoalan organisasi yang stabil, karena kita tidak terlalu tertarik
kepada cara-cara organisasiyang hanya bersifat keadaan-keadaan sementara saja
antara berbagai keadaan keseimbangan.
v ORGANISASI SIKAP DAN KETAHANAN
SIKAP TERHADAP PERUBAHAN
Seperti juga prinsip keseimbangan
membantu kita untuk mengerti mengapa perubahan-perubahan lain mungkin terjadi
dalam keadaan-keadaan informasi baru yang mengganggu harus diterima, demikian
pula ia membantu kita pula untuk memahami ketahanan umum terhadap perubahan,
seperti yang diperkembangkan sistem-sistem sikap dengan berlakunya waktu.
Sikap seseorang terhadap sesuatu
mungkin, dapat mencapai keseimbangan tidak hanya satu sikap lain tapi dengan
banyak siakp-siakp lainnya. Sebagai contoh presiden Calvin Coolige, menurut
ahli biografi yang kemauan (W.A. White,1938) mempunyai sikap-sikap positif
terhadap semua hal berikut ini: kesucian milik pribadi, sisitem kompetisi usaha
bebas, “campur tangan” pemerintah xecar minimal kewajaran sesuatu
sebagaimanaadanya dan Partai Republiken. Untuk beliau, semua ini berhubungan
satu sama lain dalam satu kisi-kisi yang kompleks,sehingga masing-masing dari
sikap-sikap ini bila ”diancam” informasi baru, disokong oleh sikap-sikap
lainya. Dan kisi-kisi itu secar keseluruhan ditunjang juga oleh sikap-sikap
baik presiden Coolidge terhdap teman-teman dan serikat-serikat, beberapa dari
mereka masih diingatnya dari waktu mudanya di Vermont, danada lainnya yang
Madat dengan beliau sebagai Gubernur Repulik Massachusetts atau sebagai
presiden Repuliken yang dianggapnya sebagai menyongkong sikap-sikapnya. Memang,
menurut penilai biografinya sebagian besar sikap-sikap dirasakanya didukung
pula dewata yang sangat protestan. Gambran yang demikian merupakan keseimbangan
dalam rencana yang benar ; tidak mengherankan ia dianggap sebagai Presiden yang
kuat kedudukanya. Inilah fakta-fakta makanya yang menentukan stabilitas sikap. Sejauh sikap seseorang terhadap sesuatu
terjalin kedalam suatu kisi-kisi sikap yang lebih luas dan hal-hal seperti
banyaknya simpanan informasi tentang objek, relevansi tujuan pribadi pada sikap
dan sentrlitas psikologis, merupakan indikasi-indikasi dari keterjalinan
seperti itu tiap usaha untuk merubah sikap harus menghadapi kenyataan bahwa sikap-sikap
ini terjangkar sikap-sikap lain dalam sistem. Sikap demikian tidak berada dalam
satu vacum bila ia berubah, maka perubahan-perubahan kompensatoris lain harus
menyusul untuk memulihkan keseimbangan.
v OBJEK-OBJEK FOKUS ORGANISASI SIKAP
Sikap-sikap yang banyak dari
seseorang terorganisir dalam bentuk sejumlah besar sistem-sistem. Kebanyakan
sistem-sistem sikap seseorang saking berkaitan langsung karena berbagai sistem,
yang diaktifkan pada waktu-waktu yang berlainan mencangkup objek-objek sikap
yang sama sebagai unsur-unsur umum. Diantara sitem-sistem terdapat saling
ketercakupan. Contohnya seorang pelajar sekolah menengah pada saat-saat yang
berurutan dapat sibuk dengan sistem-sistem yang menyangkut sikap-sikap terhadap
ayahnya dan mobil keluarga; terhadap ayahnya dan kebutuhan pribadinya akan
uang; terhadap biaya perjalanan dengan beberapa temanya denagan memakai mobil
keluarga untuk pergi kepertandinagan bola yang agak jauh; terhadap teman-teman
ini dan ketidak setujuan ayahnya terhadap mereka dan seterusnya. Sejumblah
sistem-sistem yang saling bertalian seperti itu, tentu saja hampir-hampir tak
ada batasnya, dan sangat beranekaragam dalam isi dari individu ke individu.
Meskipun demikian, sifat pengalaman kita
adalah sedemikian rupa hingga hanya sejumlah terbatas obyek-obyek sajalah yang
menjadi demikian sentralnya sehingga termasuk dalam sistem-sistem sikap
seseorang, dan sikap-sikap ini cenderung untuk diintegrasikan sekitar
obyek-obyek yang demikian. Untuk mudahnya beberapa objek dengan sentralitas
terbesar bagi individu tersebut, baiklah kita namakan objek-objek fokus seperti
si ibu bagi anaknya, agama bagi pendeta, atau uang bagi si kikir. Kenyataan
bahwa objek-objek fokus terbatas jumlahnya bagi seorang individu tertentu
berarti bahwa kita dapat menguraikan organisasi sikapnya dengan cukup singkat.
Tetapi bila kita mencoba untuk melukiskan banyak individu sekaligus,
persoalanya jadi lebih sulit, karena berbagai orang dapat berorientasi pada
objek-objek fokus yang cukup berbeda-berbeda. Keluarga mungkin suatu obyek
fokus seorang pria kesenian halus bagi lainya, dan kekuasaan politik bagi
seorang ketiga lainya. Baggaimanapun juga, kebanyakan objek –objek fokus
termasuk kedalam salah satu atau lebih dari satu diantara 3 kategri di bawah ini
: diri sendiri, orang-orang dan kelompok-kelompoklain; atau nilai-nilai
inklusif. Inilah tambatan-tambatan primer dari organisasi sikap.
BAB
VI
PERSEPSI
INTERPERSONAL
Proses proses psikolgis
dalam persepsi interpersonal.
Persepsi tentang sesuatu yang menyangkut
proses proses transaksionil antara si perseptor dan objek persepsinya: objek
itu melakukan sesuatu terhadap dirinya dan ia berbuat sesuatu terhadap objek
itu. Bagian perseptor terhadap objek dari transaksi berada pada taraf
psikologis, tentunya hanya sekedar proses mempersepsi sesuatu tidak menimbulkan
suatu perubahan yang sungguh-sungguh didalamnya, akan tetapi pnyajian si
perseptor tentang hal itu dipengaruhi oleh proses-proses perseptuilnya sendiri
dan dalam arti ini ia berbuat sesuatu terhadap objek ini.
Apa yang disajikan oleh
orang yang dipersepsi
Sehubungan dengan orang-orang sebagai
objek-objek persepsi, makanya kita dihadapkan pada pertanyaan berikut:
bagaimana persepsi dipengaruhi oleh kenyataan bahwa objeknya adalah makhluk
manusia dan bukan katakanlah halilintaryang menyambar, suatu lukisan barang
tidak bernyawa, atau suatu mangkok kaca terisi ikan mas.
Orang-orang yang dipersepsi sendiri juga
seorang perseptor. Adanya ciri-ciri ini evidien dengan sendirinya, sama halnya
pada hewan dan manusia, kita dapat memastikan bahwa sesorang bila mempersepsi
orang lain akan menganggapnya sebagai seorang perseptor seperti halnya dengan
dirinya sendiri.
Orang-orang
yang dipersepsi mempunyai motiv-motiv dan sikap-sikap. Orang beranggapan bahwa
orang lain sebagaimana ia sendiri tidak tanpa perhatian terhadap hal-hal yang
dipersepsinya, orang lain mempunyai motiv-motiv sendiri yang dapat dipuaskan
atau dikecewakan dalam situasiitu, sikap-sikapnya sendiri, termasuk
informasi-informasi dan hal-hal yang dipercayainya, tetapi juga
kecenderungan-kecenerungan afektif yang mungkin akan terkena dalam situasi itu.
Selain sikap-sikap bertahan, ciri-ciri kepribadian dan wataknya ternyata
tertanam dalam pada dirinya dan dapat diandalkan. Dalam berinteraksi dengan orang
lain, kita ingin memahami partisipasi mereka dalam interaksii itu,dan pemahaman
yang demikian dipermudah dengan membuat asumsi-asumsi mengenai ciri-ciri
disposisional mereka.
Orang yang dipersepsi menganggap semua
ciri-ciri diatas ada pada si perseptor. Untuk sementara kita hanya perlu
mencatat bahwa bila seseorang mempersepsi orang lain menganggap proses-proses
psikologis pada orang lain sebagai analog dengan proses-proses pada dirinya,
sehingga terdapat kemungkinan untuk persamaan-persamaan atau perbedaan-perbedaan.
Masalah si perseptor, hal-hal yang
menarik seseorang setidak-tidaknya dalam jangka panjang adalah cara-cara ia
berperilaku, dan tingkah laku setiap orang begitu berbeda dari waktu kewaktu,
sehingga sama sekali tidak ada gunanya untuk menerima setiap tingkah laku itu
sebagai terberi. Bila anda hanya satu kali melihat seorang yang tidak anda
kenal umpamanya berlaku dermawan, anda dapat menganggap ada padanya sifat
pemurah, tetapi bila anda terus mengamatinya dalam berbagai situasi, anda akan
juga harus mnjelaskan mengapa ia kadang-kadang tidak pemurah. Dan sekiranya
anda kemudian mengenalnya lebih baik, anda mungkin akan dapat menjeaskan
perbedaan-perbedaan yang demikiandengan menunjukkan bagaimana sifat pemurahnya
berhubungan dengan lain-lain sifatnya dan bahwa beberapa situasi membawa
kepermukaan kemurahan hatinya dan lain-lain situasi tidak. Dengan demikian,
persepsi kita tentang seseorang mencakup pencarian hal-hal yang tetap pada
orang itu.
Ciri-ciri stimulus yang mempengaruhi
pilihan tana-tanda oleh sipengamat. Tidak mungkin sama sekali untuk mencatat
dan menggunakan semua tanda-tanda penghasil informasi yang disajikan seseorang
kepaa orang lain, meski dalam suatu pertemuan yang sangat singkat sekalipun.
Kita mau tidak mau harus selektif dalam melihat tanda-tanda yang ada. Oleh
karena itu kita akan mencatat beberapa prinsip yang mengatur selektivitas yang
demikian, yang secara agak umum berlaku bagi stimuli yang tersaji,inklusif, dan
stimuli orang. Salah satu dari prinsip ini adaah soal kedudukan utama informasi
tentang seseorang yang diperoleh dalam permulaan pengalaman-pengalaman kita
dengan orang itu, besar kemungkinan akan terlihat kemuian, bila hal itu tidak
secara jelas ditentang oleh pengalaman-pengalaman yang kemudian.
Seleksi perseptuil sering dipengaruhi
oleh kejelasan tanda-tanda yang manapun yang karena suatu sebab sangat menarik
perhatian atau menonjol, cenderung untuk terlihat dan menjadi dasar untuk
menganggap adanya ciri-ciri tertentu pada orang-orang yang menyajikan
tanda-tanda itu. Frekuensi, merupakan suatu dasar umum yang lainuntuk pilihan
tanda.
Ciri-ciri pengamat yang mempengaruhi
seleksinya terhadap tanda-tanda. Sudah lama kita ketahui bahwa kepekaan
individu terhadap tanda-tanda perseptuil dari corak-crak tertentu berbeda menurut
keadaan-keadaaan psikologis yang sementara. Pilihan perseptor terhadap
tanda-tanda sering dipengaruhi oleh sikap-sikapnya yang telah mantap, maupun
oleh keadaan-keadaan psikologis yang sementara. Kebanyakan orang mempunyai
prekonsepsi-prekonsepsi yang isinya adalah bahwa ciri-ciri kepribadian tertentu
tergolong jadi satu.
Banyak macam ciri-ciri kepribadian yang
relatif bertahan pada si perseptor telah ternyata mempengaruhi seleksinya
terhadap tanda-tanda yang disajikan orang lain. Prinsip-prinsip yang menjelaskan cara-cara seseorang mengorganisir
ciri-ciri yang dianggapnya ada pada orang ain, secara esensial adalah
prinsip-prinsip yang telah kita jumpai dalam hubungan dengan organisasi
kognisi-kognisi dan sikap-sikap inividu.
Ketepatan dalam
persepsi interpersonal
Dalam kehidupan sehari-hari tentunya
kita harus menilai orang-orang dan menilai respons terhadap mereka sebagaimana
kita mempersepsi mereka tetapi kita mengharapkan bahwa persepsi kita cukup
tepat.
Menganali
keadaan-keadaan emosional pada orang lain
Kebanyakan orang menganggap sudah dengan
demikian halnya bahwa mereka dapat menilai perasaan-perasaan orang lain secara
cukup tepat. Banyak dari eksperimen-eksperimen dalam bidang ini terlalu
terbatas riang lingkupnya untuk
menyediakan jawaban-jawaban yang lengkap atas pertanyaan-pertanyaan
mengenai penilaian yang tepat. Meskipun kita dapat menarik
kesimpulan-kesimpulan yang sangat tepat mengenai keadaan-keadaan emosionil,
bila kita melihat situasi yang membangkitkan perasaan itu, namun ada kondisi-kondisi
tertentu dimana para penilai dapat mengamati suatu foto yang diam dan membuat
kesimpulan tentang keadaan emosionil yang menyertainya secara agak tepat.
Menilai sikap-sikap
orang lain
Ciri-ciri orang lain jadinya dipersepsi
tidak dalam suatu vakum tetapi dalam suatu konteks yang dapat mencakup suatu
bagian dari lingkungan objektif atau konseptual mereka yang diamati bersama.
Penilaian kita terhadap sikap-sikap orang lain sering dibuat atas dasar bukti
yang sebetulnya tidak langsung. Orang-orang dewasa khusunya, tidak selalu
sepenuhnya dan secara langsung menyatakan sikap-sikap mereka, dan meskipun
mereka berusaha untuk melakukannya, kemungkinan besar masih tetap ada sesuatu
kesamat-samaran.
Salah
satu gambar kekeliruan yang mempunyai pengaruh yang jauh adalah sikap sesorang
yang positif atau negatif (ketertarikan atau kebenciannya) terhadap orang lain.
Semakin menarik orang lain bagi seserang tersebut, semakin besar kemungkinan
bahwa seseorang tersebut akan menganggap adanya ciri-ciri lain yang menguntungkan
pada dirinya, sifat menarik seseorang seringkali mengundang penilaian-penilaian
yang menyimpang kearah yang sesuai dengan kita sendiri umpamanya, walaupun tak
ada keharusan pada kita untuk mengikuti undangan itu.
Derajat kepandaian
menilai orang lain
Perbedaan-perbedaan individual dalam
taraf umum kepandaian. Kebanyakan dari kita merasa secara intuitif bahwa
sementara orang ungguldalam menilai orang-orang lain, tetapi instuisi tidak
apat menggantikan bukti yang sistematis. Bukti yang tiak resmi yang didasarkan
atas pengamatan sehari-hari memberikan sedikit dasar bagi jawaban yang positif.
Yang sangat pasti ialah bahwa pengalaman bersama-sama dengan belajar yang
biasanya menyertainya, merupakan prasyarat yang perlu untuk mengadakan
penilaian-penilaian yang tepat terhadap orang lain.
Anak kecil pada umumnya tidak merupakan
pengamat yang sangat membeda-bedakan , khusunya kepada orang-orang yang lebih
tua waaupun mereka segera belajar menafsirkan tanda-tanda yang merupakan
petunjuk-petunjuk untuk hadiah-hadiah dan hukuman-hukuman bagi mereka sendiri.
Para remaja lebih pandai dari pada anak-anak kecil, tetapi tampaknya mereka
lebih mahir menilai teman-teman sebaya dan orang tua mereka. Mengenai
orang-orang mana mereka lebih banyak pengalaman dari pada menilai
kategori-kategori orang yang lain.
Bukti-bukti yang seperti ini hanya
sekedar menunjukkan bahwa semakin luas pengalaman kita dimasa lalu dengan
orang-rang lain, semakin besar kemungkinan bahwa kita dapat membuat
peniaian-penilaian yang tepat terhadap aneka ragam orang-orang dalam keadaan
yang berlainan.
Ciri-ciri dari penilaian yang pada
umumnya pandai. Kita telah berusaha untuk mengemukakan bahwa sesuatu contoh
mengenai persepsi interpersonal, tepat atau tidak tepat, dipengaruhi tidak saja
oleh faktor-faktor situasionil, tetapi juga oleh orang yang dipersepsi. Tetapi
persoalan tentang kepandaian individual ada hubungannya dengan sumbangan
perseptoe sendiri, sama sekali terlepas dari variasi-variasi situasionil. Kita
akan mengemukakan beberapa kategri ciri-ciri individual yang berhubungan dengan
kepandaian umum untuk mempersepsi orang lain. Kategori ini dapat dianggap
sebagai pengalaman-pengalaman khusus dari perumusan umum bahwa kepandaian
meningkat dengan pengalaman interpersonal, kemampuan untuk menggunakannya dan
motivasi untuk menggunakannya. Dua macam kemampuan yang ada korelasi dengan
intelegensi dan relevan bagi persepsi sosial adalah kepandaian untuk menarik
kesimpulan mengenai orang-orang dari obsrvasi-observasi tingkah laku mereka dan
untuk menjelaskan hal-hal yang diamati melalui prinsip-prinsip umum, atau
konsep-konsep.
Sejarah pengalaman sosial seseorang.
Banyak sekali terdapat bukti bahwa bila hal-hal lain adalah sama, kita
dapatmenilai orang-orang, dengan siapa kita mempunyai latar belakang pengalaman
yang sama, lebih tepat dari pada orang-orang lain. Anggota dari
kategori-kategori usia dan jenis yang sama, ataupun dari kelompok bangsa,
agama, atau suku bangsa yang sama, mempunyai kelebihan dalam saling menilai
diri mereka.
Sering
dikatakan dalam masyarakat kita, bahwa wanita lebih perseptif atau “intuitif”
dari pada pria dalam mengadakan-mengadakan penilaian terhadap orang lain. Dunia
wanita secara lebig eksuntif merupakan dunia-dunia orang-orang dan
peran-perannya dalam masyarakat mengggariskan bahwa juga seorang wanita muda
harus sangat peka terhadap keinginan-keinginan dan pegharapan-pengharapan orang
lain.
Persepsi timbal balik
pada orang-orang yang berinteraksi
Pada permulaan pembicaraan kita mengenai
proses-proses transaksionilantara si perseptor dan objek persepsinya. Tema ini
istimewa penting bila objek persepsi adalah orang lain, tidak saja karena
proses-proses perseptual pada orang lain dalam kenyataannya sama dengan
proses-proses tersebut pada seseorang, tetapi juga karena seseorang tersebut
menganggap memang demikian halnya.
Persepsi timbal balik:
pintu gerbang kepada studi interaksi manusia
Dengan mengatakan bahwa seseorang
merupakan suatu objek persepsi adalah senilai sengan mengatakan bahwa ia
merupakan suatu sumber informasi tentang dirinya. Bila masing-masing dari dua
orang atau lebih yang mempunyai sikap positiv terhadap saah satu peraturan
tingkah laku, mempersepsi masing-masing dari yang lain sebagai memiliki bersama
sikapnya sendiri terhadap peraturan itu (kebanyakan biasanya setelah
berkomunikasi tentang hal itu), maka orang-orang ini menyetujui suatu nrma
kelompok.
Sejauh anggota-anggota kelompok telah
mengakui norma-norma mengenai sumbangan-sumbangan perorangan yang diharapkan
akan diberikan oleh masing-masing dari mereka kepada aktivitas-aktivitas
kelompok. Bila disetiap anggota suatu kelompok mempersepsi orang-orang lain
sebagai memiliki bersama minat bersama yang penting bagi mereka semua dan
mengetahui bahwa ia dipersepsi menurut cara yang sama maka mereka mempunyai suatu
bahan yang esensil untuk solidaritas kelompok atau kekompakan.
BAB
VII
TINGKAH
LAKU KOMUNIKATIF
Kita telah meninjau berbagai aspek dari
interaksi diantara manusia dimana kita telah sering membuat asumsi bahwa
individu-individu itumempunyai efek yang satu terhadap yang lainnya,
seolah-olah terdapat kontak yang langsung antara proses-proses psikologis pada
orang-orang yang berbeda. Sikap-sikap masing-masing anggota suatu kelompok yang
berinteraksi, dengan satu atau lain cara dipengaruhi oleh sikap-sikap anggota
lain tetapi proses bagaimana saling pengaruh mempengaruhi itu terjadi. Adalah
atau tidak langsung segera sifatnya juga hal itu tidak terjadi secra ghaib,
proses ini menyangkut suatu pmekanisme perantara yang disebut komunikasi.
Fenomin-fenomin komunikasi secara unik terdapat hanya pada manusia. Fenomin ini
dapat pula dilihat pada hewan-hewan.
v SIFAT BERITA
Komunikasi menyangkut pengiriman
berita-berita dari suatu tempat ketempat yang lain. Semua berita mempunyai
suatu persamaan meskipun mereka berbeda dalam banyak hal. Hal pokok yang
sama-sama mereka miliki adalah bahwa perhatian penerimaan berita diarahkan
kepada sesuatu bagaimana digambarkan oleh berita-berita sederhana seperti “saya
lapar” dan ada yang sederhana lagi seperti berbicara sambil menunnjuk waktu/
jam.
Untuk apa berita itu dimintakan
perhatian penerimaan berita ,dinamakan referen berita. Kebanyakan berita
–berita tidak hanya menunjuk kepada sesuatu, secara harfiah ataupun kiasan :
berita –berita itu juga memuat sesuatu bentuk pernyataan referen pada umumnya
pernyataan –pernyataan yang demikian dapat dianggap menunjuk kepda suatu sifat
dari referen.
Sifat berita-berita lain adalah
bahwa berita itu simbolis, artinya berita meliputi sesuatu yang mewakili atau
menggantikan suatu hal yang lain .
v INFORMASI DAN KETIDAK PASTIAN
Arti teknik dari informasi adalah
sangat berbeda dari artinya sehari-hari ,hanya saja lebihtepat. Informasi
adalah sesuatu yang kita dapatkan dari membaca atau mendengar atau dengan
melihat langsung dunia disekitar kita. Bagaimanapun kita hanya dapat memperoleh
informasi menegnai hal-hal yang sedikit banyak tidak kita ketahui atau tidak
pasti ,sesungguhnya informasi dapat di definisikan sebagai sesuatu yang
menghapuskan atau mengurangi ketidak pastian.
Mereka yang mempelajari teori
komunikasi formil (baik pada tkus-tikus ,manusia, atau pada mesin-mesin)
membedakan berita menurut informasi yang terkandung di dalammnya. Arti dari
penjelasan ini sudah di jelaskan di atas tadi.
Ketidakpastian, sebagaimana yang
dipakai oleh ahli-ahli teori informasi dihubungkan dengan sejumlah alternatif –
alternatif yang mungkin ang terkandung dalam berita baik referen-referen yang
mungkin. Atau bila referennya sudah ditentukan sifat-sifat referen yang
mengurangi jumlah alternatif-alternatif yang mungkin. Jadi, mengurangionketidak
pastian adalah sama dengan mengurangi jumlah alternatif-alternatif yang
mungkin. Makin banyak jumlah alternatif yang disingkirkan oleh berita semakin
banyak informasi yang terkandung dalam berita itu.
Suatu
jenis referen yang paling penting adalah seseorang yang dipandang sebagai
penyimpanan informasi khussus. Makna khuisus dari jenis ini adalah bahwa
pengirim berita ini menegaskan suatu berita yang diterimanya.
Ringkasannya, berita-berita
menyampaikan informasi mengenai satu referen atau lebih . karena umlah referen
terhadap mana perhatian penerima berita akan tertuju ,sangat besar, dan karena
biasanya banyak sekali sifat referen tertentu yang dapat dijelaskan dalam
berita itu ,maka ada baiknya untuk menganggap informasi sebagai mengurangi
ketidak pastian referen-refren dan sifat-sifatnya.
Pranan Komunikasi Dalam
Interaksi manusia
Ineteraksi menarik perhatian kita
,terutama karena orang-orang yang berinteraksi mempunyai pengaruh satu terhadap
yang lainnya. Jika kita bertanya . mekanisme mekanime manakah yang mungkin
dapat memperantarai pengaruh itu ? jawabanya akan tergolong kedalam dua kelas
umum:degan pemindahan energi atau informasi dari seseorng keoranglain. Kedua
duanya dapat terjadi bersama sama tentunya tetapi hal ini secara konsepsionil
berbeda. Dengan mengingat perbedaan ini cobalah misalnya interaksi mausia
terutama pada orang. orang dewasa, dimana hanya energi dipindahkan dari
seseorang keorang yang lain, dan tidak mencangkup penyampaian berita.
Alasan –alasan mengapa interaksi
manusia jarang sekali tidak disertai penyampaian berita, terletak pada
kenyataannya bahwa individu belajar. Artinya, individu belajar bahwa kejadian –
kejadian tertentu berfungsi sebagai isyarat-isyarat atau tanda- tanda yang mengungkapkan
atau meramalkan suatu keadaan yang menarik bagi mereka.
Tidak setiap penerimaan informasi dari orang
lain dapat dipandang sebgai penerimaan berita. Perbedan – perbedaan penting
antara mendapat informasi dari seseorangmelalu perepsepsi dan melalui
pemenerimaan berita adalah bahwa yang disebut belakangan tetapi tidak
terdahulu., tidak boleh tidak ,mengandaikan tingkah laku (suatu bentuk
pengiriman berita) dipihak orang yang diobserfasi: dan bahwa informasi itu di
dapat melalu penggunaan simbol – simbol yang menunjukan referen – referen atau
sifat – sifatnya, bukan melalui input pengindraan secara langsung.
Perlunya berkomunikasi secara tidak
langsung, melalui simbol-simbol mungkin membuat kelihatannya mengherankan bahwa
berita – berita sering dikirim dan diterima secara cukup tepat. Perkembangan
kode-kode dalam kelompok dimana orang-orang yang berkomunikasi itu merupkan
anggota. Inilah yang memungkinkan ketepatan itu.
Pengkodean dan penguraian kode berita-berita
yank kompleks harus dilaksanakan dalam rangka struktur-struktur kognitif yang
telah diperkembangkan orang-orang yang berkomunikasi itu.
Jadi, bagi semua tujuan-tujuan
praktis ,proses-proses interaksi manusia adalah proses-proses komunikatif. Ini
tidak berarti membantah bahwa orang-orang saling mempengaruhi dengan
memindahkan enerzi, maupun informasi melainkan hanya untuk menyatakan sebagai
psikolog sosial ,yang diperantarai oleh komunikasi.
Proses – Proses
Psikologi Dalam Mengirim berita
Dasar “reslonl” Untuk
Terjadinya Komunikasi
Untuk mengatakan secara lebih
formil, akibat yang yang biasa dalam suatu pertukaran komunikatif artinya
,informasi telah disampaikan dan telah diterima adalah suatu perubahan dalam
distribusi informasi yang sedemikian rupa sehingga pengirim dan penereima memiliki
informasi yang lebih serupamengenal sekrang- kurangnya satu referan dari berita
itu. Ini bukanlah hanya akibat yang sudah menjadi umumdari suatu pertukaran
komunikatif , baik hal itu diketahui atau tidak ini merupakan keadaan yang
diinginkan oleh pengirim berita.yang dimaksudkan adalah penyamaan informasi ini
adalah instrumental bagi motifnya.
Selanjutnya
kita akan membahas beberapa implikasi dari pendekatan “rasionil” ini menurut
mana komunikasi dilihat sebagai suatu proses penyamaan informasi. Karena kita
ingin memahami kondisi-kondisi disisi dimana berita-berita dikirim dan diterima
,kita juga akan mencari keadaan-keadaan dimana pendekatan ini kelihatannya
tidak covok.
Motif-motif dan
Sikap-sikap Berita.
(1)Motif – motif yang berorientasi pada
diri, yaitu motif – motif yang berhubungan dengan tujuan pengirim berita itu
sendiri.(2) motif-motif berorientasi pada penerima berita ,barangkali tidak
kurang umumnya. Memberi dan menerima informasi berguna bagi penerima berita.(3)
motif-motif pengirim berita mungkin pula tidak sesuai dengan hanya salah satu
dari motif diatas hanya salah satu dari motif diatas tetapi kepada dua duanya
,motif ini berorientasi pada kedua belah pihak.
Dalam hal motif motif yang terutama
berorientasi pada diri sendiri penggunaan- penggunaan poengiriman berita secara
psikologis ,luasnya kira-kira sama dengan daftar lengakap kebutuhan-kebutuhan
dan motif-motif manusia. Semua berita jika disengaja menyangkut isi tertentu
diantara bnyak kemungkinan dan berita-berita yang sepeti itu biasanya
ditunjukan kepada penerima yang terpilih (satu orang atau lebih), bukan kepada
semua orang.
Prinsip umum yang mengatur penyatuan
motif-motif dalam tindakan pengiriman berita adalah prinsip mengurangi
perbedaan informasi sedemikian rupa sehingga mempertinggi keseimbangan atau
dengan cara lain memberi hasil yang menguntungkan. Penyamaan informasi antara
pengirim dan penerima berita tidak selalu menguntungkan.ringkasannya seorang
pengirim berita sangat mungkin mengirim suatu berita mengenai referen tertentu
kepada penerima berita tertentubila penyamaan informasi mengenai referen antara
dia dan penerima berita itu, instrumentalsifatnya bagi pemuasan motifnya.
Kekecualian – kekecualian yang
terlihat pada peratuaran umum. Tentunya anda telah memikirkan keadan – keadaan
dimana generasi baru dibahas dia atas, kelihatannya tidak berlaku. Kekecualian
yang terlihat ada tiga jenis yang umum sifatnya. Perama, kebiasaan bahwa
berita-berita dipilih sedemikian rupa sehingga informasi disamakan dengan cara
– cara yang menguntungkan ,tidak berlaku pada pengiriman berita yang tidak
sengaja komunikasi yang hanya bersifat ekspresif atau eksplosif. Kedua, seorang
pengirim berita mungkin berulang-ulang mengirim berita yang sama kepada
penerima yang sama walaupun ia sudah tahu bahwa berita itu sedah diterim. Jenis
kekecualian ketiga bersangkutan dengan motif untuk mengirim berita yang salah
satu palsu . Dalam kondisi pesaingan.
Pengiriman berita sehubungan dengan
sikap-sikap pengirim berita. Motif-motif pengiriman berita tidak terlepas dari
kenyataan ini : komunikasi, seperti juga bentuk-bentuk tingkah laku lainnya
adalah hasil pengaruh-pengaruh situasionil dan pengaruh sikap. Pendekatan dari
arah ini tepat sekali karena sering terjadi bahwa baik referan maupun penerima
berita yang terlihat dalam pengirimana berita adalah objek-objek dari sikap
yang sudah ada sebelumnya pada pengirim berita. Umumnya berita-berita mengenai
referan yang sedikit banyak sudah dikenal. Jadi situasi pada suatu waktu
itu,termasuk didalamnya ,penerima berita dan referen bertindak membangkitkan
sikap-sikap yang ada ,tak hayal lagi jika ini mempengaruhi pengiriman berita.
Bagaimana efek ini terjadi ?
Efek –efek ini didasarkan
pertama-tama pada beberapa fakta umum sehubungan dengan refren-refren dalam berita
: (1) informasi seseorang mengenai sesuatu mempengaruhi sikap terhadap hal
itu.(2) masing-masing dari kita tergantung kepada orang lain mengenai
informasi-informasi yang penting bagi kita, karena waktu pengalaman kita
sendiri tidak mungkin lain daripada terbatas.(3) walaupun kita mempunyai
inormasi yang luar biasa banyaknya. Jadi untuk mengumpulkan ke tiga faktor ini
menjadi satu dari sebagian informasi yang mana sikap harus menjadi dasar secara
tidak langsung dari komunikasi. Fakta-fakta ini menunjukan bahwa dalam sikap
pengirim berita mempengaruhi pengiriman beitanya.
Pengaruh pengaruh sikap pada
pengiriman berita juga terletak dipihak lain paa susunan fakta yang berhubungan
dengan penerima-penerima berita L1) komponen
affektif pada sikap pengiriman berita terhadap penerima berita mempengaruhi
pengiriman beritanya. Semakin kuat daya tarik semakin kuat kemungkinan
beritanya semakin berguna, bukan semakin merusak dan penuh pertimbangan bukan
ingin menarik keuntungan sebesar mungkin (2) komponen-komponen kognitif dalam
sikap pengrim berita terhadap penerima berita itu terurtama ciri-ciri penerima
berita yang relevan bagi referen berita.(3) penilaian pengirim berita atas
ketertarikan penerima berita terhadap dirinya sendri juga mempengaruhi
pengiriman beritanya.
Presepsi pengiriman berita mengenai
berita, syarat penting dalam pengiriman berita yang bermotif, sebagaimana telah
kita coba perhatikan adalah bahwa penyamaan informasi antara dirinya dengan
diri calon penerima berita merupakan alat bagi pengirim berita untuk memuaskan
motifnya.
v PROSES-PROSES PSIKOLOGIS DALAM
PENERIMAAN BERITA
Penerimaan
berita bukanlah hanya satu proses registrasi pasif. Penerima berita dengan
caranya sendiri sama aktifnya, secara psikologis seperti pengiriman berita dan
banyak persamannya. Ada persamaan formil karena proses – proses penguraian kode
oleh penerima berita merupakan sebaliknya dari langkah-langkah pengkodean oleh
pengiriman berita akhirnya penerima berita menafsirkan simbol-simbol kedalam
kedalamhal-hal yang diwakil.
Beberapa perbedaan pada aktivitas
psikologi pengirim dan penerima berita beraal dari perbedaan antara perbuatan
dan presepsoi . beberapa perbedaan lain timbul dari kenyataan bahwa htindakan
komunikasi pengirim da penerima berita diterapkan dalam tingkah laku mereka
yang sedang berlangsung dengan urutan yang terbalik.
Pemelihan Referen Oleh
penerima Berita.
Selalu terdapat usnur-unsur suprise
bagi penerima berita dengan cara yang demikian halnya,dengan pengiriman berita
yang bertanggung jawab atas berita yang dikirimnya. Walaupun berita itu jawaban
langsung dari pernyataan sebelumnya oleh pnerima berita yang sekarang., ia
tetap dianggap tidak merasa pasti apa jawaban itu nantinya. Hal pokok yang
menentukan “jawaban” (atas pertanyaan yang sama sekali tidak ditanya dengan
sadar)) adalah (1) derajat ketidak pastian atau ketidak tahuannya mengenani
beberapa kemungkinan referan dan (2) motivasinya untuk mengurangi keidak
pastiannya “atau untuk mendapat keterangan sebanyakbanyaknya dari
referen”.referen adalah sesuatu mengenai hal mana termuat informasi dalam suatu
berita ,sebagaimana telah kita ketahui. “informasi mengenai ini paling baik
dilukiskan dengan mengemukakan sifat-sifat yang diberikan kepada referen.
Inkorporasi Informasi
Keadaan Kedalam Struktur-struktur Sikap
Adapun referen yang dipilih oleh
penerima berita yang utama adalah informasi yang didapatnya mengenai efren
melalui berita itu akan ada hubungannya dengan suatu informasi yang telah
dimilikinya sebelunya mengenai referen itu. Tetapi paling sering pengaruh dari
informasi baru pada struktur sikapnya idaklah mnyebabkan penolakan atas
informasi maupun pengiriman berita melainkan penerimaan atas keduanya. Ada dua
alasan fundamental tentang cara memproses informasi. Alasan pertama, seseorang
dapat memproses informasi melalui pengalaman langsung dari diri sendiiri dengan
menggunakan berbagai hal pula unuk mendapatkan informasi-infoirmasi tersebut.
Alasan yang keduan adalah bahwa sebagaimana telah dikemukakan kbanyakan dari
kita menggunakan sebagian besar waktu kita dengan orang yang kita anggap
informasinya pada umumnya dapat dipercaya.
Proses – proses psikologi pada
menerima berita ,seperti juga pada pengiriman berita mencakup
pencerminan-pencerminan dari situasi komunikasi.
v PROSES-PROSES INTERPERSOANAL
Dalam mempelajari fenomin-fenomin
pengiriman dan penerimaan berita selama ini kita mengambil titik pandangan
psikologis dan memang harus demikian karena pengiriman dan penerimaan berita
mulai dari keadaan-keadaan psikologis yang terorganisir secara individual.
Karena sekarang kita memandang informasi sebagai interpersonal maka kita akan
memindahkan titik beratnya pada hubungan antara individu yang artinya akan kita
hubungkan antara komunikasi dalam suatu kelompok dengan persamaan dan perbedaan
dalam informasi dan sikap anggotanya.
Sifat dari Feedback.
Pengiriman maupun penerimaan
berita-berita adalah bentuk tingkah laku bermotivasi , para komunikator
tertentu tertarik untuk mengetahui sampai dimana mereka berhasil mendekati
tujuan mereka. Pemuasan motif melalui komunikasi sebagian besar tergantung pada
pertukaran informasi yang tepat yang sesuai dengan penyamaan informasi,.
Artinya jika pengirim suatu informasi tertentu berguna bagi pemuasan motif
seorang tentunya ia akan mengalami frustasi jika berita tidak diterima sebagai
mana yang dimaksudkan.
Dengan cara yang sama penerima
berita akan akhirnya mengalami frustasi bila ia tahu bahwa informasi yang
diterimanya ternyata berbeda dari yang dimaksud untuk disampaikan oleh pengirim
berita.
Informasi yang didapat dari
seseorang dengan memperhatikan efek-efek tingkah lakunya sendiri itulah yang
disebut dengan feedback.
Komunikasi Tentang
Suatu Topik Tertentu.
Dengan menggunakan cara yang
sekiranya dapat memperkirakan sampai seberapa jauh kemungkinannya bahwa dalam
suatu kelompok komunikasi tentang suatu topik yang akan terjadi, yaiyu: (1)
Berapa jumlah anggota yang mempunyai perhatian yang besar terhadap topik
itu.(2) Sampai seberapa jauh perbedaan informasi yang terdapat dalam kelompok
itu yang berhubungan dengan topik itu.(3) sampai dimanakah kesesuaian yang
terdapat dalam kelompok itu.(4) sampai seberapa jauh anggota sadar akan
persesuaian mereka dan (5) sampai seberapa jauh anggota-anggota merasa
ragu-ragu mengenai kejadian yang akan datang berkenaan dengan topik itu.
Kondisi – kondisi ini didasarkan
atas prinsip-prinsip tingkah laku pengiriman dan penerimaan berita oleh
individu tetapi dinyatakan dari sudut keanggotaan kelompok secara keseluruhan.
Beberapa Akibat Dari
komunikasi Yang Terus Menerus
Riwayat komunikasi yang terus
menerus diantara kelompok orang-orang yang sama ada kemungkinan memiliki dua
macam akibat atau pengaruh terhadap isi komunikasi. Pertama, sesudah melalui
jangka waktu tertentu berita-berita tentunya akan meliputi referen dari jumlah
dan varidia yang lebih luas daripada anggota kelompok-kelompok kurang mengenal satu sama lain.Hasil kedua
dari komunikasi yang terus menerus yang berlangsung lama adalah timbulnya
topik-topik yang sangat disukai sebagai besar berita-berita dalam jangka waktu
yang lama,senantiasa berhubungan dengan reveren yang sama.
Keuntungan Umum dari
Komunikasi
Umumnya akibat-akibat komunikasi ini
tergantung langsung atau tidak langsung dari fakta bahwa komunikasi cenderung
menguntungkan terutama komunikasi yang tepat. Demikian tergantungnya kita yang
satu dengan yang lain sejak dari pemulaan pengalaman komunikasi kita.
v IKHTISAR
Komunikasi adalah bentuk hubungan
interpersoanal dengan mana dapat dikatakan orang dapat mengadakan kontak dengan
isi pikiran orang lain. Mekanisme komunikasi meliputi pengkodean informasi
melalui simbol-simbol tingkah laku pengiriman dan penerimaan simbol-simbol itu
melalui persepsi ,dan penguraian kodenya. Dalam pertukaran berita ,jika
pertukaran itu telah terjadi secara jujur dan cukup tepat maka penerimaan dan
pengirim berita mempunyai informasi yang hampir sama tentang satu atau lebih
dari satu referen dari berita itu di bedakan dengan sebelumnya.
Komunikator-komunikator menguji
keberhasilan pertukaran informasi mereka melalui feedback, yaitu dengan melihat
tanda-tanda pada tingkah lakuorang lain yang memperlihatkan efek-efek atas
sipenerima berita sebelumnya, dan dengan demikian membantu pengirim berita
untuk menntukan apakah berita sudah diterima sebagaimana maksdnya.
Tidak seorangpun diantara kita akan
mendapat sesuautu kecuali kehidupan yang membosankan dan miskin, jika semuannya
bergantung kepada kontak langsung dari orang-orang. Keadaan saling tergantung
ini mnyebabkan kita mendapat keuntungan dari komunikasi. Jadi lebih baik memberikan
maupun menerima berita itu memiliki kepuasan tersendiri.dalam berbagai kondisi
,komunikasi yang semula merupakan alat akhrnya menjadi tujuan sendiri meskipun
komunikasi tidak pernah hilang kegunaannya sebagai alat.
B
A B. VIII
PEMBENTUKAN
NORMA – NORMA KELOMPOK
Anggota–anggota suatu kelompok yang
pernah mempunyai sejarah saling berinteraksi dapat dikatakan merupakan suatu
kelompok interaksi, untuk membedakannya dari lain-lain kumpulan orang-orang
yang apapun alasannya ingin dianggap sebagai satu kesatuan tunggal. Bila
sekarang kita teruskan dengan bertanyab tentang sumber-sumber ke seragaman dari
para anggota kelompok-kelompok interaksi, boleh jadi tidak ada suatu jawaban
yang akan memadai. Suatu dasar lain yang biasa terdapat untuk bermacam-macam
persamaan adalah sekedar terkenaoleh pengaruh-pengaruh yang sama. Memang
biasanya individu-individu yang sudah menjadi anggota kelompok suatu interaksi,
akan terpengaruh oleh hal-hal yang sama yang memperkuat atau memperluas
kesamaan-kesamaan yang telah mempertemukan mereka untuk pertama kali. Meskipun
setiap kelompok interaksi ditandai oleh keseragaman-keseragaman yang sedikit
banyak relevan bagi alasan-alasan keberadaanya, kekuasaan kelompok, sebagai
yang diekspresikan melalui norma-normanya tidaklah terbatas pada menciptakan
atau memaksakan keseragaman-keseragaman.
v SIKAP-SIKAP
YANG DISEPAKATI DAN DIMILIKI BERSAMA DALAM KELOMPOK
Sifat Konsensus Dan
Mempunyai Bersama
Kebanyakan kelompok-kelompok didalam
masyarakat yang sama berkonsensus dalam banyak sikap-sikapnya para anggota
hampir setiap kelompok orang-orang Amerika yang dapat anda bersesuaian faham,
bahwa mencuri patut dicela, bahwa kehidupan keluarga adalah baik, bahwa
peperangan nuklir harus dihindari dan sebagainya. Akan tetapi konsensus kelompok
mengenai hal-hal demikian hanyalah menggambarkan suatu keadaan yang umum
dimasyarakat luas, hal ini tidak membedakan suatu kelompok dari yang lain.
Konsensus, sejauh ini berasal dari
interaksi para anggota-anggota adalah akibat dari pengaruh-pengaruhtimbal balik
tidaklah harus karena usaha-usaha disengaja untuk membujuk tetapi secara lebih
biasa hanya dengan menyatakan satu macam sikap tertentu dari bukan
kebalikannya. Bila anda mendengar
hanya satu macam sikap dinyatakan kebanyakan orang-orang yang seperti anda
sendiri berkepentingan dalam hal ini, sikap-sikap anda sendiri mungkin sekali
akan terpengaruh. Dan sejauh ini terjadi terhadap banyak atau kebanyakan
anggota suatu kelompok, konsensus mereka bertambah, melalui komunikasi antara
anggota-anggota mengenai obyek-obyek dari sikap-sikap berkonsensus, terutama
bila komunikasi mencakup pertanyaan-pertanyaan anggota tentang sikap-sikap
mereka sendiri. “Memiliki bersama” dengan demikian menunjuk konsensus diantara
dua orang atau lebih yang sadar akan konsensus itu. Itu adalah suatu persepsi
berkonsensus mengenai konsensus suatu konsensus sikap kedua. “Memiliki bersama”
bukanlah suatu konsep yang dapat diterapkan pada satu individu, meskipun ia
mungkin mempersepsi, bahwa keadaan memiliki bersama ada diantara ia sendiri
denagn satu orang lain atau lebih. Ini lebih merupakan suatu konsep kelompok
atau konsep kolektif, yang menunjuk kepada suatu keadaan pada
sekurang-kurangnya dua individu,yang dianggap sebagai satu kesatuan
Sumber-sumber dari
konsensus yang dipersepsi denagn tepat, atau dimiliki bersama dapat dengan
mudah dijelaskan. Didalam adanya suatu keadaan konsensus yang sebenarnya
mengenai sikap-sikap yang relevan bagi kelompok, kondisi-kondisi yang
menyebabkan timbulnya pertanyaan-pertanyaan individu-individu tentang
sikap-sikap itu akan menentukan, pada waktu yang sama, derajat kecepatan
tentang keadaan konsensus yang sebenarnya. Sejauh anggota-anggota kelompok
perlu menutupi sikap-sikap mereka sendiri, justru penyembunyian ini memberi
kesan “diam-diam artinya menyetujui”, keseragaman tingkah laku yang merupakan
suatu bentuk komunikasi, menyampaikan pesan itu, apakah itu memang dimaksudkan
atau tidak.
Akibat-akibat Konsensus
Dan Memiliki-bersama
Memiliki-besama perdefinisi menganggap
konsensus yang demikian merupakan suatu syarat yang diperlukan untuk
memiliki-bersama. Tetapi syarat itu saja belum cukup memiliki bersama juga
menganggap adanya komunikasi dalam bentuk pertanyaan sikap-sikap seseorang
dengan suatu cara yang dapat diamati orang-orang lain. Kedua syarat ini bersama-sama untuk maksud-maksud praktis
perlu dan memadai. Keadaan memiliki-bersama suatu sikap dengan orang-orang
semacam itu dengan demikian memberikan dukungan tambahan untuk setiap sikap
dari orang yang memiliki-bersama itu. Akibat utama dari dukungan tambahan ini,
ialah bahwa setiap sikap individu memiliki ketahanan yang lebih tinggi terhadap
perubahan asal saja, pemilikan-bersama itu terpelihara. Perluasan pelebaran
range kognitif dari sikap-sikap tidak besar kemungkinan bahwa sebagai individu
memiliki-bersama perasaan-perasaan yang sama terhadap sesuatu pengalaman
langsung yang persis sama dengan hal tersebut juga tidak suatu range informasi
yang persis sama mengenai hal tersebut. Keterkaitan yang meningkat diantara
para pemilik-bersama pada umumnya sebagai yang telah kita lihat persepsi
tentang adanya persesuaian dengan orang-orang lain mengenai hal-hal yang
penting dibarengi oleh ketertarikan positif terhadap mereka.
Solidaritas
kelompok sampai kini kita memperbincangkan pengaruh terhadap individu dari
memiliki-bersama sikap-sikap tetapi pengaruhnya terhadap semua pemilik-bersama
itu sebagai suatu kelompok dilihat sebagai suatu keseluruhan tunggal, tidak
kurang menonjolnya. Meskipun anggota-anggota kebanyakan kelompok dalam
masyarakat yang sama berkonsensus terhadap banyak aspek dari kebudayaan mereka,
tetapi konsensus sehubungan dengan soal-soal yang relevan bagi kelompoklah yang
membedakan suatu kelompok dari yang lainnya. Bila terdapat keadaan yang
berkonsensus antara dua orang atau lebih yang sadar akan keadaan yang
berkonsensus mereka,kita menghadapi keadaan yang disebut memiliki-bersama tidak
hanya memiliki konsensus, tetapi juga cukup komunikasi dengan yang lain-lain
untuk menampilkan konsensus itu.
v SIFAT
NORMA-NORMA KELOMPOK.
Hidup manusia
mungkin akan kacau, andai kata tiada keteraturan tertentu yang dapat diandalkan
orang. Keteraturan dapat berlaku bagi hampir setiap macam kejadian, pada
atom-atom atau awan-awan, bakteri-bakteri atau jerapah-jerapah. Namun kita
hanya memperhatikan hal-hal yang berlaku terhadap apa yang dilakukan
orang-orang bukan saja tingkah laku mereka yang terbuka, tetapi juga pikiran
mereka, motif-motif mereka, dsb-nya. Ketertuan-keteraturan semacam ini ada yang
meluas di masyarakat da nada yang hanya berlaku untuk sepasang
individu-individu yang telah membuat kesepakatan yang berlaku hanya bagi mereka
sendiri. Ada yang secara formil diakui da nada yang sangat informil. Ketertuan-keteraturan itu mungkin mempunyai
kekuatan-kekuatan moral, mungkin tidak, dalam arti bahwa pengertian-pengertian
seperti “sewajarnya” “sebaiknya” atau “salah dan benar” diterapkan didalamnya.
Ketertuan-keteraturan,
termasuk juga semua spesifikasinya menjadi objek-objek sikap orang dapat
menyetujui atau menolaknyadengan berbagai derajat intensitas. Ciri-ciri utama
dari norma-norma kelompok yang membedakannya dari sikap-sikap lain yang
dimiliki bersama terhadap suatu peraturan, yang merupakan ketentuan mengenai
cara-cara mempersepsi, berfikir, merasa, atau bertindak. Ringkasannya norma-norma
kelompok ada bilamana oaring-orang yang saling berinteraksi menerima-bersama
suatu peraturan yang mempengaruhi tata-hubungan mereka yang satu dengan yang
lainnya. Jika, norma itu bertahan maka itu adalah karena adanya kepercayaan
bahwa norma-norma itu akan dapat memaksakan dirinya, semakin besar kemungkinan
bahwa sangsi-sangsi akan dijalankan.
Proses Psikologis Yang Dipengaruhi Norma-Norma Kelompok
Bagian yang
istimewa baik dalam penelitian ini ialah jawabannya terhadap pertanyaan, apakah
subyek-subyek mungkin “hanya konform” saja atau tidak “betul-betul” melihat
jumlah gerakan cahaya yang berbeda-beda. Nyatanya, subyek-subyek yang semula
bekerja dalam kelompok-kelompok dan kemudian bekerja sendiri tetap melaporkan
jumlah gerakan yang sama, telah mereka laporkan sebelumnya didalam situasi
kelompok dan hal ini membayangkan dengan kuat bahwa proses perseptuil mereka,
dan bukanlah hanya respons-respons verbal mereka, yang sebetulnya dipengaruhi
oleh pengalaman-pengalaman mereka sebelumnya dalam situasi kelompok itu.
Interaksi yang terjadi didalam situasi seperti yang diuraikan oleh sheriff
dipengaruhi oleh pengalaman-pengalaman sebelumnya , yang pernah diperoleh
seseorang dalam proses interaksi dengan orang-orang lain.
Norma-norma
Kognitif, aspek-aspek kognitif suatu sikap mencakup kepercayaan tentang obyek
sikap itu dan pemberian sifat-sifat kepada obyek sikap itu. Piasu adalah
runcing, alam semula dihuni oleh roh-roh, orang-orang bertelinga besar murah
hati. Jadi suatu norma kognitif adalah suatu peraturan yang penerimaanya
dimiliki bersama oleh anggota-anggota kelompok, mengenai apa yang mereka saling
duga dipercayai oleh masing-masing tentang sesuatu. Kita cenderung mengatur
obyek-obyek menurut salah satu cara, jadi cenderung mempunyai sikap-sikap yang
sama dengan terhadap obyek-obyek yang tergolong-bersama. Adalah mungkin bagi
seseorang untuk mempunyai kognisi tentang masing-masing obyek dari sejumlah
sikap yang tergolong bersama sebagai mempunyai sifat-sifat sendirinya sendiri
tetapi sebetulnya kognisi-kognisi mengenai obyek-obyek yang tergolong bersama
tidak saling terpisah yang satu dari yang lainnya. Banyak pendapat
peraturan-peraturan kognitif yang lain yang hanya didasarkan atas konvensi saja
tanpa dukungan sama sekali dari kenyataan fisik. Dikebanyakan Negara-negara
Barat kita harapkan orang-orang lain percaya bahwa bagian sisi kanan jalan
dijadikan tempat mengendarai mobil. Kenyataan bahwa norma-norma cenderung
kehilangan ke efektifannya bila tidak dipertahankan oleh pengalaman-pengalaman
yang dimiliki bersama, dilukiskan dengan bagus di dalam eksperimen Maccoby dan
lain-lainnya.
Norma-norma
Evaluatif masyarakat-masyarakat dan dalam kelompok=kelompok kecil juga
mempunyai peraturan-peraturan tentang baiknya atau diinginkannya obyek-obyek
(pemakaian istilah “obyek” dalam arti luas sebagai setiap hal yang jelas dapat
dibedakan terhadap mana orang dapat mempunyai sikap). Norma-norma Evaluatif
secara konseptuil jelas berbeda dari Norma-norma Kognitif tetapi biasanya ada
hubungan erat antara keduanya. Norma-norma yang hanya bersifat kognitif
menyangkut kepercayaan yang tidak dinilai atau pemberian sifat-sifat. Prinsip
umun adalah kebanykan dari kita hampir selalu menilai obyek-obyek dilihat dari
sudut sifat-sifatnya dan sifat-sifatnya jarang sekali benar-benar netral.
Kebanyakan ukuran-ukuran sikap itu dibuat dari sudut aspek evaluative atau
efektif dari sikap-sikap itu. Peneriman-penerimaan Norma-norma Evaluasi dibantu
oleh pemberian hukuman dan penghargaan (sering dengan cara-cara yang subtil)
pada waktu individu-individu saling berinteraksi. Dibawah tekanan-tekanan
demikian biasanya ditemukan banyak konsensus dari orang tua dan anak mengenai
sejumlah besar persoalan-persoalan. Juga dapat ditunjukkan bahwa orang-orang
dewasa tidak kebal terhadap pengaruh-pengaruh ini.
Norma-norma tingkah
laku ada kemungkinan bahwa sejumlah anggota kelompok tertentu mempunyai
norma-norma perseptuil, kognitif dan evaluative tentang sesuatu tanpa mempunyai
sesuatu penerimaan-bersama terhadap peraturan-peraturan tentang tingkah laku-tingkah
laku yang nyata sehubungan dengan hal itu. Kepatuhan kepada peraturan-peraturan
yang dimilki bersama tentang tingkah laku yang demikian disebut konformitas,
tetapi kita harus hati-hati untuk tidak menarik kesimpulan bahwa soal adanya
konformitas tingkah laku harus mengandalkan pemilikan bersama
peraturan-peraturan kognitif atau evaluative denagn yang lain. Norma-norma
perseptuil, kognitif, evaluative, dan norma-norma tingkah laku sama sekali
tidak saling mengasingkan. Interaksi
barangkali, atau makan, secara khas, akan menyangkut semua macam
norma-norma ini. Proses psikologi, kognisi, afek dan perbuatan (seperti yang
telah kita kemukakan) berjalan secara simultan dan interdependen. Norma-norma
cenderung untuk terbentuk mengenai setiap hal yang penting bagi anggota-anggota
suatu kelompok interakasi dan cenderung untuk menyangkut semua proses-proses
psikologis ini.
Fungsi-fungsi Norma Kelompok
Suatu norma
kelompok tidak mungkin bertahan,kecuali bila norma itu sedikit banyak ada
gunanya untuk kelompok sebagai keseluruhan dan untuk sejumlah besar
anggota-anggota perorangannya (suatu minoritas individu-individu yang mempunyai
kekuasaan dalam satu dan lain hal,dapat merupakan jumlah yang cukup besar).
Mungkin
yang paling jelas adalah fungsinya dalam memberikan stabilitas dan keteraturan
yang sering menyertai kemungkinan peramalan.Bila tidak ada norma sekali,
kehidupan kelompok akan kacau karena tata hubungan antara individu tak dapat
diramalkan sebelumnya,seperti tata hubungan antara butir-butir pasir dalam
topan, atau antara molekul-molekul air dalam amukan gelombang.Maka kepuasan
motif apapun macamnya, pada orang-orang yang saling tergantung, dipermudah oleh
adanya norma-norma yang dinilai bersama.Disamping itu norma-norma kelompok
mempunyai peranan istimewa untuk memahami interaksi antar manusia persoalan
buku.Meskipun norma-norma tak dapat terbentuk lepas dari prose-proses interaksi
serta persepsi dan berkomunikasi dengan orang lain, yang sebaliknyapun demikian
juga.
Komunikasi
yang berhasil, juga menghendaki adanya norma-norma yang dimiliki bersama
mengenai simbol-simbol dan referens-referensnya.Belajar bicara atau memakai
isyarat-isyarat, atau membaca dan menulis, adalah benar-benar suatu proses
belajar kenal dan menginternalisasikan norma-norma mengenai pemakaian
simbol-simbol, tata bahasa dan sintaksis.Dan demikianlah halnya dengan hampir
semua proses-proses interaksi.Norma-norma timbul dari interaksi dan dalam tahap
perkembangan manapun norma-norma itu berada pada saat tertentu, norma-norma itu
juga memungkinkan interaksi yang lebih ruwet, lebih realistis, dan lebih
memuaskan dari pada yang mungkin akan terjadi bila norma-norma itu tidak ada.
Motivasi Individu Untuk Berlaku Konform
Mengingat kenyataan bahwa tidak ada
orang yang selalu merupakan seorang konformis, kita dihadapkan lagi kepada
persoalan tentang kondisi-kondisi.
Bila orang-orang paling besar kemungkinannya dan bila paling kecil
kemungkinannya untuk ingin berlaku conform dengan norma-norma?.
Tercakup
didalam banyak peraturan-peraturan, terdapat sangsi-sangsi yang dimiliki
bersama; artinya peraturan-peraturan itu memperinci bukan saja siapa yang
diharapkan untuk berlaku bagaimana didalam keadaan-keadaan yang
bagaimana,tetapi juga bagaimana seseorang harus diberi penghargaan untuk
berlaku konform, atau dihukum karena tidak berlaku konform. Maka akan
mengherankan bila motif-motif untuk bertindak konform tidak mencakup
harapan-harapan untuk diberi penghargaan (katakanlah dengan persetujuan atau
pujian)atau untuk menghindari hukuman.
Sebagian
besar konformitas dengan norma-norma timbul, namun, terlepas sama sekali dari
insentif-insentif dari luar yang demikian. Dapat dikatakan bahwa norma-norma
itu telah mengalami internalisasi: norma-norma itu sekarang berfungsi tidak
hanya sebagai suatu peraturan yang dimiliki bersama tapi juga sebagai peraturan
perorangan.
Suatu norma
kelompok ada bila anggota-anggota suatu kelompok memiliki bersama sikap-sikap
setuju terhadap suatu peraturan yang berlaku bagi orang-orang khusus didalam
situasi-situasi khusus. Norma-norma dapat berhubungan dengan cara-cara
persepsi, dengan kognisi-kognisi dan kepercayaan-kepercayaan dengan penilaian
obyek-obyek sikap pada suatu kontinum baik buruk, atau dengan tingkah laku
terbuka. Kebanyakan norma-norma kelompok dipaksakan, baik melalui sangsi-sangsi
yang diberikan oleh orang lain maupun melalui internalisasi peraturan-peraturan
oleh individu atau melalui kedua-duanya.
v NORMA-NORMA
KELOMPOK DAN PROSES MEMILIKI BERSAMA
Proses-proses Yang
memungkinkan Memiliki Bersama.
Sampai seberapa jauh salah seorang
anggota kelompok dapat ikut serta dalam penerimaan bersama suatu peraturan,
dibatasi oleh tiga syarat: ia harus mengetahui adanya peraturan ini, dalam arti
melihat orang-orang lain menerimanya; ia sendiri harus menerimanya; dan
kedua-duanya, baik ia sendiri maupun orang lain, harus mengakui bahwa semua
menerimanya. Syarat-syarat yang
membatasi ini yang dipaksakan oleh difinisi kita tentang norma-norma kelompok,
semuanya perlu. Karena itu kita harus bertanya apa saja yang menentukan apakah srtiap syarat itu akan terpenuhi.
Mengakui Adanya Peraturan
Menerima peraturan-peraturan.
Sikap-sikap setuju terhadap suatu peraturan terbentuk pada seseorang dengan
cara-cara yang pada dasarnya sama seperti sikap-sikap lainnya; sejauh pengalaman seseorang
sebelumnya mengenai sesuatu telah dihubungkan dengan kepuasan motif-motif, maka
sikap seseorang terhadap hal tersebut adalah menyetujui.
Corak-corak
motif yang biasanya dipuaskan dengan pengalaman suatu peraturan, termasuk
pentrapannya terhadap diri sendiri, mencakup tidak saja motif-motif yang
menyangkut kemungkinan peramalan, tetapi juga banyak motif-motif lain. Suatu
golongan motif-motif berhubungan dengan peraturan yang dihasilkan dari tumpukan
pengalaman-pengalaman manusia, dan merupakan “cara-cara terbaik untuk melakukan
sesuatu” cara-cara yang ditemukan dengan cara coba-coba dimasa lalu, dan oleh
individu-individu sedikit sekali kemungkinanuntuk ditemukan sendiri dengan
mudah.
Penerimaan bersama terhadap penerimaan. Bila
seseorang sudah mengetahui adanya suatu peraturan dan sudah menerimanya,
penerimaan yang sempurna memerlukan dua langkah lagi; pengakuan orang-orang
lain bahwa ia menerima peraturan, yang mereka juga terima, dan diketahui
olehnya tentang adanya pengakuan ini dipihak mereka. Kedua langkah ini
cenderung untuk terjadi kira-kira bersamaan, dan oleh karena itu dapat ditinjau
sekaligus.
Proses-proses Sebagai
Akibat Memiliki Bersama
Mengenai sikap-sikap terhadap peraturan, tidak saja semua
anggota itu sama, tetapi masing-masing dari mereka beranggapan bahwa semua
adalah sama. Jadi ada suatu tata hubungan antar anggota-anggota yang dapat
dilukiskan sebagai kemungkinan substitusi
secara psikologis; masing-masing dari mereka beranggapan bahwa masing-masing
dari yang lain cenderung untuk menerapkan peraturan yang sama yang ia sendiri
akan terapkan.
Norma-norma
sering sekali mengharuskan diferensiasi diantara anggota-anggota kelompok yang
sama. Barangkali suatu peraturan yang dimiliki bersama secara eksplisit
memperinci pembagian tugas: suami-suami dan isteri-isteri tidak saling
mengharapkan masing-masing mempunyai sikap yang sama terhadap soal mencuci
popok atau menyapu jalan-jalan: apa yang mereka miliki bersama adalah
penerimaan terhadap peraturan, menurut mana si isteri bertanggung jawab untuk
salah satu dari soal-soal ini dan si suami untuk yang lainnya.
Kemungkinan
substitusi, pertama-tama, berarti bahwa seorang anggota kelompok dapat
mempercayai sepenuhnya seperti ia dapat mempercayai dirinya sendiri, bahwa ia
akan dipedomani oleh peraturan-peraturan itu. Jadi tidak diperlukansuatu
penguatan, dalam bentuk paksaan atau sangsi-sangsi, peraturan dijalankan
terhadap dirinya sendiri oleh setiap anggota. Karena kita tidak tertarik kepada
peraturan-peraturan pribadi, tetapi hanyalah kepada yang dimiliki bersama oleh
kelompok, maka dapat diterima bila dikatakan bahwa norma-norma
diinternalisasikan oleh setiap anggota.
Karena
kemungkinan substitusi mengimplikasikan kepercayaan
timbal balik, dalam soal-soal yang
berhubungan dengan norma, maka hal itu mempunyai akibat-akibat baik bagi
kelompok maupun individu-individu. Kelompok secara keseluruhan dapat
mengusahakan tugas-tugas kepada anggota-anggota perorangan, karena
masing-masing dari mereka dapat mewakili mereka semua.
Kekuasaan Kelompok Atas Para Anggotanya
Anggota-anggota
suatu kelompok yang melalui proses-proses memiliki bersama seperti itu,
menyetujui norma-normanya dipengaruhi kuat sekali oleh norma-norma itu, dan
dengan demikian kelompok itu dapat dikatakan mempunyai kekuasaan atas
anggota-anggotanya. Kalimat ini mungkin kedengaran paradoksal karena pengertian
tunduk pada kekuasaan dan penerimaan secara ikhlas tampaknya saling
bertentangan. Akan tetapi nyatanya tidak ada pengaruh yang lebih kuat daripada
pengaruh yang diterima secara ikhlas. Bila memiliki-bersama ditinjau dalam
rangka kemungkinan substitusi antar anggota alas an-alasan untuk hal itu
menjadi jelas.
Akan tetapi
kenyataannya tetap, bahwa suatu kelompok dimana anggota-anggotanya sehubungan
dengan peraturan itu, sehingga sangsi-sangsi dari luar tidak diperlukan. Dengan
perkataan lain kekuasaan dijalankan sendiri dank arena itu semakin efektif.
Norma-norma
kelompok penting, justru karena mempunyai kekuatan atas para anggota kelompok
kekuasaan yang bekerja dari luar maupun dari dalam. Proses memiliki bersama
itulah yang melebur hal-hal yang berasal dari luar dengan hal-hal yang
berasal dari dalam.
Unsur-unsur Yang Sama Antara Bermacam-macam Norma
Sejauh konformitas dengan
peraturan-peraturan disetujui oleh orang-orang lain dan diiternalisasikan
sebagai persetujuan sebagai persetujuan terhadap diri sendiri, issue-issue
mengenai konformitas dan non konformitas diresapi oleh “Rasa keharusan”(lihat
angell, 1958) yang merupakan ciri dari norma moral. Tetapi ada
peraturan-peraturan lain yang penerimaan bersamanya adalah sangat biasa, dan
tidak mencakup sangsi-sangsi sosial dank arena sudah diinternalisasikan, tidak
dibarengi oleh rasa keharusan.
Penerimaan
bersama peraturan-peraturan tergantung dari kepuasan motif yang menjadi
diasosiasikan dengan peraturan-peraturan;kepuasan demikian merupakan suatu
syarat yang perlu tetapi tidak memadai untuk memiliki bersama. Penerimaan peraturan
membawa keuntungan berupa kemungkinan meramalkan sikap-sikap dan tingkah laku
orang-orang lain. Penerima itu juga berguna sebagai pedoman tingkah laku,
sehingga si individu tidak perlu mengulang kesalahan-kesalahan yang telah
diperbuat orang-orang lain.
v PEMILIKAN
BERSAMA NORMA-NORMA SECARA TAK SEMPURNA
Kekuatan-kekuatan Yang Bertentangan : Keseimbangan dan Realitas
Derajat sebenarnya dari memiliki
bersama yang menandai dua anggota kelompok atau lebih adalah hasil dari dua
macam kekuatan yang sering kali berlawanan. Kekuatan-kekuatan yang mendorong
kearah pemilikan bersama dapat dianggap sebagai kekuatan-kekuatan yang
mendorong kearah keseimbangan : secara psikologis adalah menguntungkan untuk
mempersepsi diri sendiri sebagai memiliki bersama sikap-sikap yang relevan bagi
kelompok dengan anggota-anggota kelompok yang menarik.
Persepsi
yang berlebihan mengenai konsensus kadang-kadang disebabkan oleh proses lain
juga, teristimewa bila ada interaksi langsung secara berhadapan muka. Bila
seseorang, O, menyangka bahwa sikap-sikap OL berbeda banyak dari sikap-sikapnya
sendiri, ia mungkin mempunyai alasan-alasan untuk tidak ingin kelihatan
sedemikian berbeda sebagai keadaan yang sebenarnya. Jika demikian, ia mungkin
mengemukakan aspek-aspek posisinya sendiri yang paling sedikit berbeda dari
posisi OL dan memperlunak perbedaan-perbedaan yang lebih ekstrim.
Non
konformitas terhadap norma-norma kelompok sering mengancam dengan cara-cara
yang sama. Bukti untuk hal ini diberikan dalam studi oleh Hoffman (1957), yang
meminta kepada masing-masing dari beberapa orang mahasiswa untuk menyatakan
secara tertulis, persetujuan atau ketidak persetujuannya dengan suatu rangkaian
pernyataan-pernyataan mengenai sikap-sikap sosial.
Ditemukan,
bahwa dimana norma kelompok yang palsu sesuai dengan respons subyek semula
score kecemasan GRS adalah paling rendah. Dalam keadaan yang demikian tidak ada
pertentangan antara kekuatan kearah keseimbangan dan kearah realitas,
sebagaimana realitas itu telah diterangkan kepada para subyek. Bila norma-norma
palsu itu tidak sesuai dengan respons semula si subyek, dan ia ganti posisi
untuk konform dengan norma yang berlainan itu, angka GSRnya hanya sedikit lebih
tinggi.
Persepsi Diri Mengenai Konnformitas Dan Otonomi
Kebanyakan dari kita ingin percaya bahwa kita konform
kepada norma-norma kelompok karena norma-norma itu benar dan bukan karena kita
tidak suka berbeda dari orang-orang lain ; motivasi yang terakhir membayangkan
kelemahan dan tidak adanya independensi. Banyak individu-individu mencapa
semacam kompromi antara ancaman-ancaman yang disebabkan persepsi diri sebagai
seorang konformis atau sebagai seorang non konformis. Proses-proses yang
demikian di ilustrasikan dalam studinya oleh tuddenham dan Mc Bride yang telah menganalisa
laporan-laporan dari orang-orang yang dengan senang hati yang menyerah kepada
tekanan-tekanan kolompok dalam ekspermen type Asch yang dimodifikasi
jawaban-jawaban terhadap questionnaire dan pertanyaan-pertanyaan terbuka
menunjukkan fakta yang terbaik bahwa kebanyakan dari subyek-subyek yang telah
banyak menyebar itu juga mengekspresikan sikap-sikap independen.
Ada
alasan-alasan teorotis yang kuat untuk mengira bahwa orisinalitas dan
kreativitas lebih erat berhubungan dengan kebutuhan-kebutuhan pribadi akan
otonomi daripada akan konformitas. Bagaimana seseorang akan kreatif kalau ia
tidak mempercayai ide-idenya sendiri dan seolah-olah telah mematikannya sejak
semula sewaktu terlihat bahwa norma-norma menyimpang dantidak membiarkannya
berkembang lebih jauh. Bersamaan dengan itu manusia-manusia begitu saling
tergantung sehingga adanya banyak konformitas norma-norma adalah essensiil.
v IKHTISAR
Anggota-anggota
suatu kelompok sering diseleksi (dipilih) karena sudah sependapat mengenai
persoalan-persoalan yang relevan bagi kelompok dan segera setelah mereka saling
berinteraksi sebagai angota-anggota kelompok, besar kemungkinan bahwa mereka
akan saling pengaruh mempengaruhi kea rah konsensus ang lebih jauh. Sejauh angota-anggota
mempunyai sikap-sikap yang sama mereka saling ekspresikan yang satu kepada yang
lain maka akhirnya mereka memilki-bersama sikap-sikap ini. Bila memeliki
bersama itu merupakan penerimaan terhadap peraturan-peraturan yang relevan bagi
kelompok, maka terdapat norma-norma kelompok. Dengan menunjuk secara khusus
kepada penerimaan bersama terhadap peraturan-peraturan itu dengan sendirinya
menjadi teguh, dengan demikian seorang anggota dapat menjadi pengganti anggota
lain atau kelompok sebagai keseluruhan.
BAB 9
RESPONS INTERPERSONAL
Tingkah laku interpersonal tidak perlu dipelajari
dalam bentuk urutan-urutan respons-respons orang yang satu terhadap yang lain,
respons-respons yang demikian dapat pula berlangsung secara stimulant. Dalam
setiap hal, kondisi-kondisi utama yang menentukan sifat respons interpersonal
yang sangat kompleks, khususnya karena pengaruh-pengaruh timbal balik yang berasal dari yang satu terhadap yang lain pada
orang-orang yang berinteraksi. Orang-orang yang berinteraksi secara stimulan
tergantung yang satu dari yang lain.
Dalam bab ini (sebagai kebaikan dari Bab II, dimana
dibicarakan hubungan-hubungan peran yang bertahan), kita akan memeriksa tingkah
laku sesaat, yang sedang berlangsung dari sudut pandangan Kemungkinan tingkah laku.
v URUTAN INTERPERSONAL YANG DAPAT
DIANDALKAN
Refleks-refleks
Interpersonal
Sekiranya dapat didemonstrasikan bahwa “
menghilankan kemarahan” merupakan suatu respons otomatis yang biasa terhadap
jawaban yang lemah lembut, maka urutan ini dapat dianggap menyerupai refleks.
Suatu refleks kerdipan mata, tersendat, atau tarikan dengkul, umpamanya
dirumuskan sebagai “ suatu akta yang sangat sederhana diman atidak ada unsur
pilihan atau pertimbangan terlebih dahulu dan tak ada variabilitas kecuali
dalam intensitas atau waktuu “ ( English dan English, 1958).
Biasanya, selain daripada itu, stimulus yang
membangkitkan refleks secara psikologis adalah khusus seperti iritasi dalam
lubang hidung, atau pukulan yang tajam tepat dibawah tempurung dengkul.
Refleks-refleks yang secara umum diakui adalah respons-respons terhadap stimuli
seperti sinar, tekanan, atau iritasi fisik.respons-respons emosionil sedikit
banyak menyerupai refleks-refleks.
Urutan-urutan
Hadiah-hadiah
EKSPERIMEN-EKSPERIMEN DALAM ”SITUASI-SITUASI SOSIAL
MINIMAL”. Eksperimen-eksperimen yang diuraikan dalam Ilustransi Riset 9.1.
menyediakan keterangan-keterangan yang masuk diakal mengenai proses-proses
belajar yang terlibat dalam perkembangan
urutan-urutan : hadiah-hadiah artinya, mendapat hadiah/keuntungan dari
orang lain dan menyusulnya dengan suatu respons yang menguntungkan baginya.
Asumsi-asumsi yang harus dibuat dalam situasi-situasi eksperimental ini yang
asing bagi para subyek hanyalah bahwa seseorang yang baru saja membuat suatu
respons tertentu yang disertai atau diikuti oleh suatu keuntungan cenderung
untuk mengulang respons itu : inilah hipotesa sentral dalam teori penguatan
atau reinforcement theory (cf Skinner, 1953). Mereka yang mempelajari
respons-respons senyuman secara umum, mempunyai pendapat yang sama bahwa hal
itu biasa sekali menyertai suatu keadaan merasa enak atau euphoria.
Tertawa dan senyuman primitif mengekspresikan
kepuasan, kesenangan, kegembiraan. Dalam banyak hal urutan senyuman-senyuman
yang relatif dipercaya adalah tipis bagai segolongan besar urutan-urutan tingkah
laku interpersonal.
v URUTAN-URUTAN KESUSAHAN-KESUSAHAN
Kesusahan sering diekspresikan dengan cara-cara yang
menyerupai refleks seperti mengerutkan dahi atau menangis, sama seperti terima
kasih sering diekspresikan dengan senyuman atau tertawa. Kedua kondisi yang
menimbulkan respons-respons yang demikian dan cara mengekspresikannya cenderung
lebih diperluas dan diolaborir dengan menggunakan tambahan-tambahan verbal.
Golongan-golongan tingkah laku interpersonal yang
paling umum dipandang sebagai stimulus maupun respons, adalah golongan-golongan
yang merupakan ekspresi hadiah atau kesusahan, ataupun dipersepsi seperti itu.
Kebiasaan-kebiasaan, sebagaimana sudah jauh lebih dahulu (1922) ditunjukkkan
oleh Dewey harus dianggap secara potensil fleksibel dan dapat diadaptasikan dan
tidak harus menyerupai refleks.
v ADAPTASI INTERPERSONAL
Dalam orang-orang saling berinteraksi yang satu
dengan yang lain, masing-masing dari mereka sedikit banyak mengadaptasikan
dirinya terhadap yang lain. Kenyataan yang elementer sekalipun, melihat orang
lain-lain dan mempersepsi tingkah laku merupakan suatu bentuk persepsi
merupakan suatu bentuk lain dari adaptasi. Adaptasi seperti itu pada
orang-orang yang berinteraksi sifat timbal-balik, tidak saja karena
masing-masing dari mereka bertingkah laku dan diamati, secara bergiliran maupun
secara simultan, akan tetapi juga karena dalam arti yang lebih fundamental
masing-masing beradaptasi terhadap sesuatu yang ia sendiri telah membantu untuk
menciptakan.
Dalam interaksi terdapat suatu kwalitas urut-urutan
tidak saja antara orang-orang yang berbeda-beda tetapi juga pada masing-masing
dari mereka, karena masing-masing telah ikut menyumbang sesuatu kepada tingkah
laku orang terhadap siapa ia sekarang sedang memberikan respon. Terhadap apa ia
memberikan respons.
v ADAPTASI INDIVIDUAL
Suatu cara yang baik untuk mendekati proses-proses
adaptasi timbal – balik adalah dengan melihat terlebih dahulu bagaimana
cara-cara seorang mengadaptasikannya tingkah laku kepada sesuatu aspek dari
lingkungan non-manusiawinya. Proses-proses esensiil yang mengajarkan untuk
menjadi sedikit banyak efisien dalam soal menebang ini, adalah sebagai berikut
: (1) Ia mulai merasa bermotifasi (2). Dengan menggunakan kepandaian-kepandaian
yang telah ada padanya ia bertingkah laku
menurut cara-cara yang terarah kepada tujuan itu ; (3). Ia mengamat-amati akibat-akibat dari tingkah lakunya sendiri ;
kadang-kadang kampak itu tergelincir kesatu sisi (4). Ia menghubungkan pelbagai akibat-akibat dengan variasi-variasi
dalam tingkah lakunya sendiri, walaupun ia mungkin tidak atau sedikit sekali
menyadari (5). Berkenaan dengan hubungan-hubungan yang terlihat ini, ia mengadakan perubahan-perubahan pada
tingkah lakunya yang berikut.
Proses-proses itu tentunya, tidak perlu melukiskan
apa yang sesungguhnya terjadi pada sesuatu saat tertentu mungkin tidak ada
akibat-akibat tingkah laku seseorang yang tidak dapat dilihat, atau bila ada,
seseorang tidak berhasil melihatnya, atau menghubungkannya dengan tingkah
lakunya sendiri.
FEEDBACK MENGENAI PENILAIAN DIRI SENDIRI OLEH
ORANG-ORANG LAIN. Suatu hal yang cukup pasti akan mempengaruhi adaptasi
seseorang terhadap orang lain dengan siapa ia berinteraksi adalah sejumlah
asumsi-asumsi yang ada pada individu tentang bagaiman aornag lain itu menilai dirinya.
Feedback dari orang lain, bila dibandingkan dengan
benda-benda seperti kampak-kampak dan pohon-pohon, adalah jenis berbeda karena
orang lain menambahkan sesuatu dari dirinya sendiri.
ADAPTASI TERHADAP SIKAP-SIKAP ORANG LAIN.
Sebagaimana kita kemukakan dalam pembicaraan kita mengenai sistim-sistim
seimbang dan tidak seimbang (hal 176-188) ketertarikannya O kepada OL juga
bervariasi bersama-sama dengan persepsi-persepsinya mengenai sikap-sikap OL
terhadap objek yang penting baginya.
Adaptasi Timbal Balik : Proses
Dyadic.
KEUNTUNGAN-KEUNTUNGAN DAN BIAYA INDIVIDUIL.
Masing-masing peserta membawa kedalam situasi interaksi sejumlah sikap-sikap,
dan beberapa diantaranya akan menjadi terlibat dalam situasi itu. Ia mungkin
membawa kedalamnya, motif-motif tertentu yang ada (seperti bila ia membuat
suatu perjanjian untuk tujuan tertentu), dan motif-motif lain mungkin timbul
selama interaksi.
Dari sudut pandangan ini, setiap unit tingkah laku
yang bermakna dipihak peserta dapat menghasikan sesuatu kombinasi biaya-biaya
dan keuntungan-keuntungan bagi sipelaku maupun bagi mereka yang mengamatinya.
BENTUK-BENTUK DASAR DARI PENGALAMAN-PENGALAMAN
KEUNTUNGAN – BIAYA DALAM DYAD. Adaptasi-adaptasi simultan dipihak anggota dyad
yang berinteraksi sekarang dapat dipelajari dalam rangka proses-proses
individual ini. Bila untuk setiap anggota kita melihat kemungkinan-kemungkinan
sebagai terutama terdiri dari keuntungan-keuntungan dan biaya-biaya (secara
aljabar, plus dan minus, berturut-turut) maka terdapat tiga kombinasi pokok;
terutama menguntungkan bagi masing-masing( + + ), terutama menyusahkan bagi
masing-masing ( - - ), atau menguntungkan bagi yang satu dan menyusahkan bagi
yang lain ( + - ). Ketiga bentuk ini, di antara mana dua yang pertama adalah
simetris
Adaptasi terhadap konfrontasi
triganda.
Pelbagai pemandangan ini membayangkan bahwa
seseorang beradaptasi tidak hanya terhadap orang-orang lain dengan siapa ia
berinteraksi, tetapi terhadap suatu situasi total yang juga mencakup drinya
sendiri.situasi itu juga mencakup aspek-aspek tertentu dari dumia diluar
orang-orang yang berinteraksi. Dan karena itu setiap situasi interaksi dapat
dikatakan, menyajikan suatu konfrontasi triganda bagi setiap peserta; setiap
peserta dengan cara bagimanapun; harus mencari penyelesaian, secara simultan
dengan setiap hal-hal berikut.
1. Preferensi-preferensi,
kebutuhan-kebutuhan, dan sikap-sikapnya sendiri sejauh ia menganggap hal-hal
tersebut relevan bagi situasi; preferensi untuk konsistensi dan keseimbangan
kognitif adalah sangat penting.
2. Orang-orang
lain dalam situasi, termasuk tuntunan-tuntunan, preferensi-preferensi,
kebutuhan-kebutuhan, dan sikap-sikap mereka sebagaimana ia mempersepsi mereka
dan hal-hal yang dikemukakan itu.
3. Aspek-aspek
dunia, terlepas dari orang-orang yang berinteraksi itu sendiri, yang sama bagi
mereka dan sedikit banyak relevan bagi situasi.
v PENGARUH YANG TERUTAMA BERSIFAT
UNILATERAL
Dalam artinya yang paling umum istilah “pengaruh”
menunjuk kepada setiap bentuk efek yang dipancarkan oleh satu orang atau lebih
terhadap satu orang lain atau lebih. Dengan ditafsirkan secara luas seperti
itu, namu, istilah itu kadang-kadang menjadi hamper sinonim dengan
“kontigensi”,yang telah kita pergunakan berkenaan dengan kenyataan bahwa
tingkah laku orang-orang yang berinteraksi sedikit banyak saling bergantung
dari tingkah laku masing-masing.
Dengan demikian maka pengaruh yang terutama
unilateral sifatnya, yang akan diuraikan dalam bagian ini adalah berkenaan
dengan sejumlah besar fenonim-fenonim yang sama dan sebelumnya telah kita
lukiskan sebagai kontogensi asimetris.
Tingkah laku imitatif.
Deskriptif obyektif tentang imitasi cukup mudah : setiap
tingkah laku adalah imitative sejauh tingkah laku itu merupakan
respons-respons. Seringkali adalah sulit, dalam keadaan sehari-hari untuk
memastikan bahwa tingkah laku O, yang terlihat menyerupai dan mengikuti tingkah
laku OL, sesungguhnya merupakan respons terhadap tingkah laku OL.
MEMPERSEPSIKAN DAN MENANGGULANGI RESPONS-RESPONS
SENDIRI. Ada proses psikologis yang agak khusus, namun yang secara langsung
relevan bagi fenomin-fenomin imitasi. Proses itu berkenaan dengan apa yang
kadang-kadang dinamakan tingkah laku iterative, atau repetitive oleh si
individu.
Diwaktu mengeluarkan suatu suara, seseorang
merangsang dirinya tidak saja secara proprioseptif tetapi juga melalui
pendegaran.
MEMPERSEPSI DAN MENIRU TINGKAH LAKU ORANG LAIN.
Peniruan orang lain (yang dikenal sebagai model) oleh seseorang, kadang-kadang
terjadi bila ia sudah ingin lakukan
Miller dan Dollard menyimpulkan bahwa tingkah laku
imitative paling besar kemungkinannya dalam “kondisi-kondisi social dimana
terdapat hierachi atau kepangkatan dalam hubungan kecakapan-kecakapan dan
status-status tertentu.
v TINGKAH LAKU MENURUT
Tingkah laku menurut seperti imitasi, menunjuk
kepada urutan-urutan respons interpersonal, dimana kemungkinan terutama
bersifat unilateral (sepihak). Menurut berbeda dengan dari imitasi karena tidak
selalu harus ditunjukkan dengan menurun tingkah laku orang lain secara tipis
sebetulnya tidaklah demikian halnya.
KEADAAN-KEADAAN MENURUT KARENA “SUGESTIBEL”.
Eksperimen-eksperimen mengenai “sugestibilitas” mempunyai sejarah yang lama dan
literaturnya yang sangat luas.
Hampir tidak berlebihan untuk mengatakan, bahwa
sikap menurut sehari-hari adalah bahan bakunya kehidupan sosial; kita tak dapat
membayangkan suatu masyarakat dimana sikap menurut terhadap
permintaan-permintaan.
Pengaruh unilateral : pandangan
umum
Proses-proses psikologi sosial yang tersangkut dalam
imitasi sikap menurut, untuk sebagian besar sudah kita kenal. Yang sangat
penting adalah adanya pengertian-pengertian bahwa orang-orang yang berinteraksi
mempunyai harapan-harapan bersama bahwa salah seorang dari mereka akan
memberikan dan yang lain akan menerima buatan atau perlindungan.
Pengaruh unilateral kadang-kadang dimudahkan juga
oleh sikap-sikap dipihak orang yang dipengaruhi, yang dilukiskan denag
istilah”identifikasi”. Pada umumnya prinsip-prinsip yang menjelaskan pengaruh
yang terutama unilateral, juga berlaku bagi pengaruh timbal-balik sebagaimana
akan kita lihat.
Kondisi-kondisi dimana pengaruh unilateral paling
besar kemungkinan akan terjadi, cukup dapat diringkaskan kedalam
kategori-kategori berikut (1). Daya tarik intern, dalam situasi yang
berlangsung dari tingkah laku kearah mana orang yang mempengaruhi (2). Derajat dan sifat ketertarikan kita kepada
orang yang mempunyai potensi mempengaruhi kita (3). Kondisi-kondisi hubungan
peran kita yang ada dengan orang-orang yang mempunyai potensi untuk mempengaruhi
kita.
v Pengaruh
timbal balik : proses-proses dalam kelompok
Bila saja orang-orang sedang sibuk berinteraksi
mereka, dapat dikatakan sedang saling tukar menukar pengaruh sekalipun
efek-efek yang dapat dilihat dari pertukaran itu, tampaknya berat sebelah. Yang
pertama-tama akan mendapat perhatian kita adalah proses-proses yang mendasari
efek-efek dan bukan persamaan-persamaan atau perbedaan-perbedaannya.
v Pemudahan
sosial
Setelah Perang Dunia I, F.H Allport (1920,1924)
melakukan serangkaian ekperimen-ekperimen dimana kepada para subyek diberikan
serangkaian tugas-tugas dalam dua keadaan; sendiri, dan dengan hadirnya tiga
atau empat subyek-subyek teman untuk kerjasama.
Beberapa tahun kemudian psikologi bangsa Amerika,
Dashiell (1930-1935) mengulangi sejumlah besar eksperimen-eksperimen itu dengan
sedikit perubahan-perubahan : didasarkan atas kelompok-kelompok subyek yang
lebih besar dan pengawasan eksperimentil yang lebih cermat, penemuan-penemuan
itu membayangkan bahwa sikap- sikap kompetitif lebih banyak mempunyai efek
dalam merangsang untuk berproduksi secara enerzik daripada pemudahan social,
dalam arti terbatas seperti istilah itu digunakan oleh Alport, dalam hal
tugas-tugas seperti perkalian atau tes-tes mengenai jalan pikiran.
Kondisi-kondisi eksperimentilnya yang utama adalah
sebagai berikut:
1. Bersaing
dalam kelompok-kelompok.
2. Dalam
kelompok-kelompok, dengan intruksi untuk tidak bersaing.
3. Dalam
ruangan-ruangan yang terpisah-pisah dalam gedung yang sama pada waktu yang
sama.
4. Dibawah
pengawasan langsung dari orang-orang lain.
Penguatan dalam kelompok
Sifat tingkah laku anggota- anggota kelompok, maupun
intensitasnya sering dipengaruhi oleh interaksi mereka yang satu sama lain; 5)
Sejauh norma-norma suatu kelompok mempengaruhi tingkah laku para anggotanya,
maka sebrtulnya pengaruh timbal-baliklah yang sedang bekerja.
Yang pertama di antara tiga ini adalah adanya
hubungan dapat dipengaruhi secara
timbal-balik dipihak dua orang atau lebih. Artinya, mereka dengan
komunikasi dapat saling capai-mencapai, mereka mempersepsi satu sama lain
sebagai komunikator potensil dan merka bermotivasi untuk saling tukar informasi
mengenai suatu minat bersama (atau ada potensi menjadi minat bersama).
Kondisi kedua yang diperlukan bagi penguatan dalam
kelompok adalah komunikasi yang
mengandung satu persetujuan. Bila dua orang atau lebih mengetahui bahwa
mereka akan saling berhubungan dalam suatu kelompok kerja.
Dalam semua tahap-tahap ini penguatan dalam kelompok
sangat tergantung dari suatu proses interaksional yang sangat menarik perhatian
psikolog social : ia dapat dinamakan penguatan
stimulant dari diri sendiri dan orang-orang lain.
v IKHTISAR
Terdapat keteraturan-keteraturan dalam urutan-urutan
respons-respons pada dua orang atau lebih yang berinteraksi, tetapi
keteraturan-keteraturan itu, sering kali tidak dengan sendirinya jelas, dengan hanya dideskripsikan.
Keteraturan-keteraturan itu ada hubungannya, dalam
setiap hal dengan ekspresi dan persepsi dari keadaan-keadaan psikologis dimana
seorang diuntungkan atau hokum dan dengan koordinasi yang dipelajari dalam hal
tingkah laku peran yang saling tergantung.
Walaupun terdapat kemungkinan-kemungkinan
timbale-balik atau saling ketergantungan, dalam semua interaksi, namun adalah
berguna untuk membedakan antara kemungkinan yang simetris dan asimetris.
v STRUKTUR DAN CIRI-CIRI KELOMPOK
MUNGKIN TIDAK PERNAH TERINTAS DALAM PIKIRAN Anda
untuk bertanya-tanya, apakah suatu molekul yang terdiri dari dua atau lebih
dari dua atom,”ada” dalam arti yang sama seperti “ada”nya suatu atom.
Kebanyakan dari kita sama sekali tidak mengalami kesulitan dengan gagasan bahwa
subtansi dan enerzi dapat tampil dalam salah satu dari kedua bentuk, dimana
yang satu mencakup yang lain. Kita tidak akanbanyak mencurahkan perhatian
kepada cirri-ciri kelompok-kelompok manusia , sebagai kesatuan-kesatuan yang
terdiri dari bagian-bagian konstituen, bila tidak dapat ditunjukkan bahwa
ciri-ciri ini mempunyai sesuatu derajat stabilitas dan bahwa cirri-ciri itu
bervariasi menurut cara-cara yang teratur.
Adalah mungkin untuk menunjukkan, bahwa ada kelompok-kelompok
orang yang memenuhi syarat-syarat itu. Suatu keluarga umpamanya, mungkin
memiliki ciri-ciri seperti keakkraban,perpecahan yang tak mungkin dapat dipakai
untuk salah seoarang dari anggota-anggotanya karena paling sedikit diperlukan
dua orang dari mereka untuk berlaku akrab atau untuk terjadinya perpecahan.
Kenyataan, bahwa terdapat aneka ragam kelompok dan
bahwa beberapa macam kelompok sedikit persamaannya dengan macam kelompok
lainnya, pernah bahwa ada orang atau lebih diperlakukan sebagai satu kesatuan,
berarti bahwa perlu kita membeda-bedakan macam yang satu dari yang lain, tetapi
ini tidak berarti bahwa kelompok-kelompok itu selalu lebih merupakan khayalan
imajinasi daripada” bentul-bentul” ada.
Bila kita ingin menunjuk, kepada suatu macam kelompok
yang khusus, maka hal itu akan kita nyatakan demikian dengan menggunakan
istilah-istilah seperti kelompok dengan keanggotaan formil kelompok etnis atau
kelompok penduduk/penghuni, kelompok keluarga dan sebagainya.
BAB 10
STRUKTUR TATA HUBUNGAN INTERPERSONAL
Agar suatu kelompok interaksi dapat stabil dan
efektif maka boleh jadi tidak syarat yang lebih penting daripada adanya sikap
yang positif antara para angotanya.
Dalam bab ini kita akan memandang
kelompok interaksi sebagai suatu bentuk struktur diantara beberapa bentuk yang
mungkin yaitu sebagai struktur ketertarikan. Strukter vsesuatu menunjuk kepada
tata hubungan antara bagian-bagiannya dan struktur ketertarikan dari suatu
kelompok dengan demikian merupakan suatu deskripsi tentang tata hubungan
ketertarikan dan aversi interpersonal diantara para anggotanya.
Sikap-sikap yang terbentuk pada
seseorang terhadap sesuatu obyek tergantung secara sangat langsung dari
informasi yang ada padanya mengenai ciri-ciri obyek itu.Ciri-ciri yang baik
adalah ciri-ciri yang telah diketahuinya, menguntungkan.Bila pengalaman
seseorang telah menunjukkan bahwa suatu ciri menguntungkan, dalam
situasi-situasi umu maupun dalam situasi-situasi khusus tertentu, maka
obyek-obyek yang dilihatnya mempunyai ciri-ciri tersebut dianggapnya baik atau
menguntungkan.
Sehubungan dengan ketertarikan
interpersonal, sebagai mana dengan bentuk sikap yang lain,hal di atas berarti
bahwa proses-proses perasaan dan proses-proses pengenalan berjalan
bersama-sama. Ketertarikan dan aversi dengan demikian disertai dengan
keuntungan, dan dapat dirumuskan sebagai sikap seseorang terhadap orang lain,
yang ditandai oleh pemberian nilai keuntungan ositif atau negative kepada orang
lain itu.
v KLASIFIKASI SIKAP-SIKAP
INTERPERSONAL
Klasifikasi dalam psikiatri
Hampir tidak mungkin ada
penggolongan sikap-sikap umum terhadap orang lain yang lebih sederhana daripada
yang digunakan oleh psikiater Karen Horney, yang membeda-bedakan kecenderungan
pasien-pasiennya yang neurotis untuk bergerak kearah menentang, atau bergerak
menjauh dari orang-orang lain.
Orang-orang yang mempunyai sikap
bergerak kearah orang lain dilukiskan sebagai “penurut”. Orang sepperti itu
menunjukkan kebutuhan yang besar akan afeksi, pujian dan kebutuhan khusus akan
seorang teman.
Orang yang mempunyai ciri utama
bergerak menentang orang lain, terutama ingin berlaku keras dan agresif .mereka
menganggap dirinya realistis dengan mengakui mereka hidup di dunia dimana
setiap orang harus mengurus dirinya sendiri.
Orang-orang yang “tidak bersedia
melibatkan diri” dengan sikap umum mereka yang menjauhkan diri dari orang lain.
Ringkasan ini dimaksudkan untuk
memberikan gambaran tentang perbedaan dalam macam-macam respons interpersonal
yang dianggap menguntungkan oleh berbagai orang dan sesuai dengan itu,
perbedaan ciri-ciri padda orang lain dapat mereka rasakan
Klasifikasi
Secara Psiologi Sosial
Dapat digolongkan dalam dua bentuk
dasar tata hubungan : kekuasaan (dominasi - tunduk) dan affiliasi
(permusuhan-afeksi). Berbagai kombinasi dari dua bentuk dasar tata hubungan ini
lambat laun saling menyusupi.Dengan demikian tingkah laku menguasai dan tingkah
laku tunduk, sebagai hal-hal yang bertentangan dalam dimensi yang sama,
v DASAR-DASAR KETERTARIKAN: CIRI-CIRI
YANG DILIHAT PADA ORANG LAIN
Cara-cara seseorang menjadi menarik bagi orang lain
dapat pula digolongkan berdasarkan ciri-ciri yang dilihatnya pada oranglain
itu. Pada hakekatnya, hal yang sama dapat dikatakan tentang daya tarik
benda-benda non-manusiawi,, tetapi beberapa ciri orang-orang adalah unik bagi
manusia. Oleh karena itu dapat diharapkan bahwa beberapa dari sumber keuntungan
yang disajikan oleh manusia adalah unik bagi mereka.Dengan demikian sifat dasar
dari ketertarikan interpersonal berbeda dari semua sikap-sikap lain, karena orang-orang
melihat ciri-ciri orang lain dengan sedikit pengecualian, hany di lihat oleh
dan pada manusia.
Ketertarikan Berbalas
Kebanyakan orang ingin disukai,
dipercaya, dikagumi, atau disegani. Bila tingkah laku orang lain terhadap diri
sendiri ditafsirkan positif terhadap dirinya, maka ia akan merasakan keuntungan
dan cenderung untuk membalas ketertarikan orang lain terhadap dirinya.
Kecenderungan ini adalah konsisten dengan prinsip umum keseimbangan. Bila
sikap-sikap seseorang terhadap dirinya sendiri positif, maka tertarik kepada
orang lain yang memberi dukungan kepada sikap ini, akan meningkatkan
keseimbangan.
Dukungan Siap yang Dipersepsi
Seseorang cenderung merasa tertarik
kepada orang lain bila ia percaya bahwa kepentingan mereka kemungkinan akan membawa
mereka kepada bentuk tingkah laku kerjasama yang dianggapnya menguntungkan
seperti main catur atau melakukan suatu pekerjaan bersama-sama. Semua sikap
yang dianggap ada ini mempunyai persamaan harapan yang saling berhubungan dan
menguntungkan. Yaitu bahwa orang-orang yang dianggap mempunyai sikap itu akan
memberikan salah satu dukungan sebagai teman kerjasama dalam
aktivitas-aktivitas yang menarik sebagai otoritas mengenai hal-hal yang
memerlukan keahlian sebagai orang-orang yang memperkuat pandangan-pandangan
yang tidak secara universal terdapat pada semua orang.
Ketertarikan yang kuat terhadap
orang lain cenderung untuk berhubungan dengan anggapan tentang adanya nilai
yang serupa dengan diri sendiri. Tetapi keadaan ini tidak menyatakan sesuatu
tentang yang mana di antara variable-variabel itu merupakan variable yang independen dan mana yang
dependen.
Ciri-ciri Non – sikap
Banyak ciri-ciri pribadi yang dapat
diangap menguntungkan atau menjengkelkan, tetapi hal itu tidak tergantung dari
dianggap ada atau tidak adanya sikap-sikap. Seseorang dapat menilai orang lain
ganteng, ramah, cerdas, atau mempunyai suara yang enak dengan demikian tertarik
padanya dengan alas an-alasan serupa. Karena dibutuhkan waktu untuk memperoleh
bukti mengenai sikap-sikap orang lain, maka kesan pertama tentang orang lain
cenderung untk sangat banyak didasarkan atas ciri-ciri pribadi yang bersifat
non-sikap itu. Pengaruh ciri-ciri yang seperti itu tidak terbatas pada
kesan-kesan pertama, tetapi dengan bertambahnya perkenalan maka akan menjadi
lebih sulit untuk menguraikan berbagai dasar ketertarikan.
Dapat
disimpulkan bahwa ketertarikan seseorang kepada orang lain di dasarkan tidak
saja atas ciri-ciri pribadi orang lain itu sebagaimana secara langsung
dipersepsi tetapi juga atas sikap-sikap yang disimpulkan dari ciri-ciri itu.
Ketertarikan interpersonal pada setiap saat tertentu adalah resultante dari
keadaan serba menguntungkan bagi yang mempersepsi dari mana ciri-ciri yang
dianggapnya dimiliki oleh orang lain itu.
v KETERTARIKAN DYADIC SEBAGAI DASAR
STRUKTUR KELOMPOK
Kelompok yang sekecil mngkin adalah
suatu dyad, terdiri dari dua orang. Kta akan menganggap struktur
ketertarikannya terdiri dari dua sikap terhadap orang lain. Kedua sikap ini
dilihat bersama-sama merupakan suatu tata hubungan.Kelompok yang terdiri dari
tiga lebih majemuk.Karena strukturnya terbentuk dari tiga tata hubungan pribadi
dengan pribadi. Dalam kelompok yang terdiri dari 4 orang terdapat enam pasang
tata hubungan, sepuluh pasang dari kelompok yang terdiri dari lima orang. Lima
belas dari kelompok yang terdiri dari enam orang dan begitu
seterusnya.Kemajemukan penstrukturan kelompok meningkat dngan cepat bersama
besarnya kelompok.
Setiap pasang triad atau
pengelompokan orang yang lebih besar dapat ditandai oleh jumlah dan macam-macam
ketertarian pribadi kepada pribadi yang tercakup di dalamnya. Tetapi
kemajemukan pelukisan sikap setiap individu terhadap individu lain khususnya
dalam kelompok yang lebih besar kita akan menempuh cara mengambil prosedur dua
tahap yang lebih sederhana. Pertama, karena dyad adalah satu-satunya kelompok
yang tercakup dalam semua kelompok yang terdiri dari dua orang atau lebih kta
akan menganggap setiap kelompok yang lebih besar terdiri dari tata hubungan
dyadic yang merupakan ciri-ciri dari dyad itu bukan dari perorangan.
Ciri-ciri Tiga Bentuk Dasar
Dyad-dyad
Dyad berbeda dalam beberapa cara nyata dan beberapa
yang tidak begitu nyata. Pertama-tama kita akan melihat corak tingkah laku
interpersonal yang khas dari ketiga bentuk dyad dan kemudian membandingkannya
mengenai stabilitasnya.
Ciri-ciri
tingkah laku.Anggota dari dyad ++ cenderung untuk
berhubungan secara bebas dan saling berkomunikasi relative sedikit hambatan dan
untuk berlaku akrab satu sama lainnya sebagaimana dapat diharapkan. Anggota
dyad - - cenderung untuk tidak melakukan hal-hal seperti itu.Kecuali jika
situasi menghendakinya.Tingkah laku anggota dyad + - seringkali bertahan dan
menyerupai tingkah laku dyad - - .
Stabilitas.
Prinsip umum di sini sama sekali berbeda :hamper sama ketertarikan A kepada B
dengan ketertarikan B kepada A, semakin stabil taraf ketertarikan dari dyad.
Kita telah mencatat bahwa individu A yang secara positif tertarik kepada
individu lain, B cenderung untuk melihat B tertarik dirinya : apa yang kita
tambahkan kepada pernyataan ini adalah bahwa setelah cukup kesempatan untuk
berkenalan, persepsi-persepsi itu cenderung untuk dapat dibenarkan atau di
salahkan.
Kesimpulan psikologis, apakah itu sehubungan dengan
diri sendiri atau dengan setiap obyek sikap yang berarti hanya satu dari sekian
banyak cara anggota dyad yang dapat saling memberian keuntungan atau tidak
dapat berbuat demikian. Prinsip dasar adalah bahwa suatu tata hubungan dyad
cenderung untuk stabil, artinya bertahan terhadap perubahan selama hal itu
menguntungkan, dengan cara bagaimanapun bagi kedua anggota.
Dyad yang saling menarik sebagai
inti kelompok-kelompok yang lebih besar
Triad-triad dan kelompok-kelompok
yang lebih besar dapat pula dilukiskan sebagai berimbang atau tidak
berimbang.Suatu triad adalah berimbang dan dengan demmikian relative stabil
bila triad itu di tandai sepenuhnya oleh ketertarikan positif. Artinya ia
terdiri dari tiga pasangan ++. Setiap pasangan yang +- cenderung untuk tidak
stabil sebagaimana telah kita lihat, karena ia sendiri tidak berimbang.
Dalam suatu populasi yang cukup
besar dan cukupberaneka ragam untuk memungkinkan individu memilih beberapa
prefensi ketertarikan, suatu dyad ++ akan cenderung bertumbuh menjadi suatu
triad yang seluruhnya positif. Sebab-sebabnya hanyalah karena anggota suatu
dyad ++ dapat mencapai keseimbangan sehubungan dengan setiap anggota lain dari
populasi hanya bila ketertarikan mereka terhadap dirinya juga ada pada dirinya
terhadap mereka. Apakah ketertarikan itu positif atau negative dan paling sedikit dari beberapa hal besar
kemungkinan ketertarikan itu akan positif sifatnya.
v PEMBENTUKAN ANAK
KELOMPOK-KELOMPOK DALAM TATA HUBUNGAN
KETERTARIKAN
Kelompok-kelompok yang kecil seperti
triad sekalipun sebagai mana yang telah kita lihat, mungkin mencakup anak
kelompok yang lebih kecil dalam bentuk dyad ++ yang bercirikan stabilitas,
walaupun ttriad sebagai keseluruhan tidak begitu stabil. Dengan bertambahnya
kelompok-kelompok interaksi maka akan semakin besar kemungkinan bahwa kelompok-kelompok
itu akan menjadi berdiferensiasi ke dalam dua atau lebih anak kelompok.
Ketertarikan kuat yang stabil tetapi antara anggota-anggotana mmungkin banyak
kata hubungan +- atau --. Sealain itu mungkin ada orang-orang yang dikenal
sebagai orang-orang terpencil yang sama sekali tidak mempunyai tata hubungan
yang stabil, sekalipun dalam dyad.
Dengan demikian pengstrukturan suatu
keseluruhan populasi dapat diuraikan dalam rangka jumlah klik yang seluruhnya
positif yang berbeda-beda besarnya.Sifat dari hubungan antara klik yang
berlainan dan jumlah orang-orang terpencil yang tercakup dalam populasi itu.
Kedekatan Sebagai Determinan
Struktur Klik
Pengaruh dari penyusunan dalam ruang
sebagai mana terlihat di awali oleh keadaan sederhana bahwa tata hubungan ketertarikan
seseorang dengan sendirina terbatas pada orang-orang yang pernah di jumpainya.
Tetapi pengaruh-pengaruh itu juga
tergantung dari tata hubungan-hubungan yang menarik dan cukup dokumentasinya
antara ketertarikan dan frekwensi interaksi.Semakn kuat ketertarikan antara dua
orang atau lebih, semakin sering mereka akan berinteraksi satu sama lainnya.
Artinya semakin sering mereka berinteraksi semakin kuat saling ketertarikan
antara mereka.
Penyebaran sikap-sikap Para Anggota
Dilihat dari sudut sikap-sikap, maka
orang-orang yang serupa cenderung untuk berkumpul. Dan karena itu kita akan
menduga bahwa pengstrukturan anak kelompok sedikit banyak akan sejajar dengan
perbedaan-perbedaan dalam minat-minat dan nilai-nilai tertentu diantara anggota
kelompok. Sekiranya semua anggota dari suatu kelompok interaksi mempunyai
beberapa nilai yang sama seperti kepercayaan agama yang biasa terdapat pada
anggota suatu biara , maka nilai ini tidak akan merupakan dasar untuk
diferensiasi.
Apabila anggota populasi terpecah ke dalam dua
golongan yang saling bertentangan mengenai suatu issue yang penting bagi
mereka, kita dapat menduga bahwa pengstrukturan ketertarikan akan sejajar
dengan perpecahan ini.
Dengan demikian maka akan dapat diramalkan dari
persamaan sikap pada anggota-anggota kelompok, bagaimana rupanya nanti
pengstrukturan klik.selain itu, kita mempunyai alas an untuk percaya bahwa
sikap para anggota sesudah berinteraksi tidak berubah, maka pengstrukturan
sesudah perkenalan akan dapat diramalkan dari sikap-sikap sebelum perkenalan.
Informasi mengenai sikap-sikap orang itu sesudah
perkenalan yang singkat meramalkan secara sangat dapat diandalkan orang-orang
yang mana yang akan saling tertarik dan yang mana yang tidak. Freferensi-freferensi diantara nilai-nilai
yang demikian penting sehingga menunjuk sedikit sekali perubahan.
Ciri-ciri Pribadi
Dalam kebanyakan kelompok, selain
yang kecil-kecil terdapat satu orang atau lebih yang ekstrim dalam ciri-ciri
yang umumnya disukai atau dibenci oleh anggota-anggota kelompok, akibatnya
beberapa dari mereka lebih popular daripada yang lain.
Ketertarikan
Memperantarai Determinan-determinan Struktur yang Lain
Sikap-sikap interpersonal sebagai
salah satu diantara beberapa dasar pengstrukturan kelompok.Kita telah mencoba
menunjukkan bahwa ketertarikan interpersonal tidak terjadi hanya secara
kebetulan.Ia mengikuti keteraturan satu hokum.yang menurut orang-orang tertentu
dalam situasi-situasi khusus diuntungkan oleh orang-orang tertentu yang lain.
Berbagai orang mempunyai perhatian terhadap berbagai macam keuntungan. Dan
orang lain dapat menawarkan berbagai macam keuntungan. Kesesuaian yang baik
antara menerima dan memberi keuntungan-keuntungan lebih besar kemungkinannya
akan terdapat dalam keadaan-keadaan tertentu daripada dalam keadaan lain.
Kesesuaian yang sangat baik menganggap adanya masa interaksi yang kontinu,
sehingga orang-orang dapat saling menguji dan tahu bahwa mereka saling memberi
dan menerima keuntungan. Pengstrukturan kelmpok adalah hasil proses saling
menguji itu. Bentuk-bentuk strukturil
tergantung disatu pihak dari penyebaran sikap-sikap dan ciri pribadi para
anggota dan dari cara-cara hal ini berkombinasi pada orang-orang itu.dilain
pihak, bentuk-bentuk itu juga tergantung dari keadaan-keadaan situasionil
seperti kedekatan atau sifat persoalan yang di hadapi kelompok.Keadaan
situasionil menentukan kesempatan yang didapat para anggota untuk saling
menguji maupun untuk saling mengetahui bagaimana keuntungan mereka.
Ketertarikan interpersonal dengan
demikian hanya merupakan sumber langsung pengstrukturan kelompok.Adalah lazim
untuk mengatakan bahwa orang-orang lebih suka saling berhubungan sejauh mereka
merasa menguntungkan melakukannya.Yang menarik perhatian adalah melihat
keadaan-keadaan situasionil dimana kombinasi-kombinasi tertentu orang-orang
memperkembangkan dan kombinasi-kombinasi lain lagi tidak memperkembangkan
saling menguntungkan.Artinya, keadaan-keadaan yang mendapat sarinya pribadi
maupun situasionil yang menentukan ketertarikan yang pada gilirannya mempengaruhi
pengstrukturan kelompok.
v IKHTISAR
Sejumlah orang-orang di lihat
sebagai kesatuan tunggal merupakan satu kelompok, tetapi kita mempunyai
perhatian utama terhadap kelompok-kelompok interaksi dan terhadap ciri-cirinya
yang relative stabil.Tata hubungan ketertarikan anggota-angota kelompok
cenderung untuk menjadi stabil sesudah cukup kesempatan untuk perkenalan.
Ketertarikan serupa dengan sikap
lain di mana ia didasarkan atas dilihatnya sikap menguntungkan yang ada pada
obyek-obyek. Tetapi ia berbeda dari sikap-sikap terhadap kebanyakan obyek-obyek
non-manusia. Karena adanya sangkaan bahwa orang-orang saling menganggap adanya
sikap-sikap pada masing-masing. Sejauh orang-orang mempunyai sikap-sikap yang
sama terhadap hal-hal penting bagi mereka semua, dan mereka mengetahui bahwa
memang demikian halnya, maka mereka akan mempunyai sikap yang dimiliki bersama.
Dalam kebanyakan keadaan penghayatan dimiliki bersama siap-sikap seperti itu
adalah menguntungkan dan dengan demikian merupakan dasar bagi saling ketertarikan.Tata
hubungan ketertarikan paling stabil bila ditandai oleh saling ketertarikan yang
positif.
Struktur berbeda mengenai jumlah
anak kelompok dengan ketertarikan yang kuat, besarnya tata hubungan
ketertarikan antara mereka dan jumlah orang-orang terpencil. Karena
memperantarai ketertarikan antar anggota, keadaan-keadaan yang menjelaskan
berbagai struktur mencakup penyebaran minat dan nilai-nilai para anggota,
ciri-ciri pribadi mereka, dan berbagai factor-faktor situasionil yang menentukan frekwensi dan sifat interaksi
mereka.
BAB 11
TATA
HUBUNGAN PERAN
Kebanyakan dari kita biasa menganggap sebuah
kelompok sebagai kelompok manusia, dan memang demikian halnya, tetapi setiap
kelompok yang anggotanya memiliki suatu sejarah interaksi adalah lebih hanya
sebagai sekelompok manusia. Jika kita memandang sebuah kelompok hanya sebagai
sekelompok individu-individu yang unik, maka kita tidak dapat membuat
generalisasi dari suatu kelompok terhadap kelompok yang lain. Bial kita ingin
memgetahui secara lebih mendalam dan tidak secara akal sehat saja, maka kita
harus menemukan segi-segi umum yang selalu terulang dari gejala-gejalayang
mungkin tidak eviden sama sekali.
Ada perbedaan besar antara memandang
individu sebagai pribadi yang unik dan sebagai anggota-anggota kelompok yang
berespond terhadap pengaruh-pengaruh dari kelompok terhadap mereka. Dari titik
pandang pertama, akan diterangkan tingkah laku seseorang dalam suatu kelompok
dari sudut apa yang dibawanya dalam situasi kelompok itu. Terutama ciri-ciri
kepribadiannya dan sikap-sikapnya. Kelompok-kelompok memiliki kekuasaan atas
anggota-anggotanya melalui norma-norma kelompok. Tingkah laku anggota-anggota
kelompok harus difahami bukan denagn melihat siapa anggota-anggotanya tetapi
dengan melihat kepada pegaruh-pengaruh yang dipancarkan atau dijalankan oleh
orang-orang lain denagn siapa mereka berinteraksi.
Tata hubungan antara setiap dua hal
tergantung dari yang masing-masing telah mereka sumbangkan dan sumbangan
seseorang pada suatu tata hubungan peran, artinya apa yang dilakukannya untuk
menimbulkan dan memelihara tata hubungan itu dianggap sebagai perannya sendiri.
Mempertahankan suatu tata hubungan misalnay peran seorang ibu terhadap anaknya,
orang juga harus memelihara tata hubungannya yang berbeda terhadap tata
hubungan orang lain. Peranan umum sebagai ibu terutama ditentukan oleh tat
hubungan perawatannya terhadap anaknya, tetapi dapat memelihara peran ini
karena ia mempunyai peran-petan spesifik sehubungan dengan orang-orang lain
seperti dengan anak-anak tetangga, guru anak, dan dokter anak itu. Secara umum
maupun secara spesifik, peran seorang ibu menyangkut sumbangantingkah lakunya
dalam tata hubungnnya.
Dalam tiap kelmpok interaksi, ada
tata hubungan peran yaitu tata hubungan tingkah laku dan sikap di antara
anggota-anggotanya. Tata hubungan peran ini tetap sama dala setiap regu, tidak
tergantung dari kepribadian masing-masing anggota. Banyak hal mengenai kelompok
yang terdiri dari dua orang seperti ini dengan hanya mengetahui bahawa antara ibu
dan anak terdapat tata hubungan seperti ini, apakah kita mengetahui banyak atau
tidak tentang kepribadian mereka dan apakah kita mengetahui atau tidak
bagaimana cara-cara khusus ibu member perawatan dan anak menerima perawatan.
Istilah ini digunakan dalam
pengertian yang agak diperluas. Secara umum, istilah ini menunjuk kepada
norma-norma yang secara luas dimiliki, hal-hal yang seharusnya disumbangkan
sesorang kepada suatu tata hubungan tungkah laku dengan cara yang demikian,
maka afeksi, suka menolong, kesetiaandalam bidang seks diharapkan dari seorang
suami dalam masyarakat. Penggunaan ini menyatakan suatu peran ideal atau peran
yang diharuskan. Istilah ini dapat juga menunjuk kepada keteraturan dalam
tingkah laku yang sesungguhnya di pihak orang-orang yang berinteraksi. Peran
ini tidak merupakan peran-peranyang ditentukan oleh masyarakat, melainkan peran
yang timbul seketika. Peran dalam semua pengertian menunjuk pada
konsistensi-konsistensi tingkah laku di pihak seseorang di waktu ia menyumbang
terhadap suatu tata hubungan yang sedikit banyak stabil dengan satu atau banyak
orang. Orang-orang yang terlibat dalam satu tata hubungan itu mungkin sangat
spesifik atau merupakan wakil dari kategori-kategori.
Agar dapat mengerti denagn jelas
tata hubungan peran yang membentuk kehidupan suatu kelompok, pertama harus
meneliti sifat dari pengaruh para anggota kelompok yang satu terhadap anggota
lainnya. Impact dari pengaruh itu pada seseorang berhubungan dengan posisi yang
ditempatinya dalam kelompok itu. Karena itu dengan suatu analisa pengaruh yang
berhubungan dengan posisidan diakhiri dengan suatu penelitian mengenai tata
jaringan hubungan peran yang menandai suatu kelompok interaksi.
v POSISI-POSISI SOSIAL DAN KEHARUSAN
HARAPAN
Masyarakat-masyarakat dan kelompok-kelompok
sebagai jaringan-jaringan posisi yang saling berhubungan
Tiap manusia dilahirkan ke dalam
suatu masyarakat yang bukan tanpa bentuk melainkan terorganisir. Masyarakat
sebagai suatu keseluruhan maupun bagian-bagiannya kelompok besar dan kelompok kecil,
kelas-kelas social, lembaga-lembaga dan organisasi-organisasi telah tersusun ke
dalam suatu stuktur yang kompleks. Struktur masyarakat yang kelihatannya
sederhana bagi kita, telah ditumjukkan para ahli antropologi, ternyata
mempunyai struktur dan bentuk yang agak rumit. Untuk memahami norma-norma
social dalam rangka orang-orang yang saling mempersepsi dan berinteraksi, maka
perlu diteliti organisasi dari kelompok-kelompok dan masyarakat-masyarakat yang
memberikan norma-norma guna menanggapi anggota-anggota mereka sendiri dan
tingkah laku mereka.
Anggota-anggota masyarakat mempunyai
banyak klasifikasi-klasifikasi. Tetapi ada perbedaan yang jelas antara
norma-norma manusia mengenai norma tentang diri mereka sendiri. Karena alasan
inilah, maka orang-orang diklasifikasikan berbeda dan bertingkah laku yang
berbeda pula.
SIFAT POSISI-POSISI SOSIAL. Untuk
tujuan-tujuan psikologi social cara suatu masyarakat diorganisir paling baik
dilukiskan dengan menggunakan istilah posisi-posisi yang ada dan harus diisi oleh
orang-orang dalam masyarakat itu. Setiap individu dalam masyarakat menempati
paling sedikit satu tempat. Bahkan kebanyakan individu di atas usia bayi
menempati beberapa posisi. Tetapi, tak seorangpun yang dapat menempati semua
posisi yang diakui oleh masyarakatnya. Tak seorang individupun dalam
kenyataanya ikut serta dalam seluruh kebudayaan. Posisinya dalam masyarakatlah
yang menentukan bagian-bagian kebudayaan dimana ia akan atau tidak akan
beradaptasi.
Dengan melihat masyarakat yang
terdiri dari posisi-posisi yang terorganisir secara komplek, maka seseorang
tidak menghiraukan individu-individu tertentu yang kebetulan menempati
posisi-posisi itu.
Tiap posisi yang terus menerus
diakui oleh anggota-anggota suatu kelompok dalam beberapa hal menyokong tujuan-tujuan
kelompok itu karena inilah yang menggambarkan fungsinya. Dengan setiap posisi
dihubungkan sejumlah pendapat-pendapat umum mengenai fungsinya. Pendapat ini
merupakan sebagian dari system norma-norma kelompok itu. Fungsi-fungsi dari
suatu posisi sebagaiman yang dilihat oleh anggota-anggota kelompok yang
mengakuinya tidak perlu sesuai dengan fungsi-fungsi sebagaimana yang dilihat
oleh orang luar. Tetapi ia juga mempunyai fungsi objektif, artinya fungsi itu
dilihat sebagaimana dilihat oleh ahli sosiologi yang tergantung dari asumsi
yang dimiliki bersama oleh para anggota kelompok mengenai sumbangan yang
diberikan oleh orang yang menempati suatu posisi. Fungsi yang objektif itu
berbeda dengan fungsi yang diterima, tetapi fungsi objektif ini tidak dapat
terisi tanpa suatu fungsi yang diterima sesuai dengan yang telah digariskan
dalam norma-norma kelompok. Jadi posisi-posisi itu ada karena mereka ada sesuai
dengan fungsi sebagaiman yang telah dimengerti menurut norma-norma kelompok itu
dan tidak tergantung pada ada atau tidaknya hubungan yang erat antara fungsi
sesungguhnya dan fungsi yang dimengerti oleh umum.
Jadi posisi yang merupakan unsur
terkecil dari masyarakat-masyarakat dan kelompok yang terorganisir itu saling
berhubungan dan konsisten karena terorganisasi kea rah tujuan bersama.
Masyarakat dan kelompok yang terorganisir merupakan struktur posisi yang
diorganisir untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu karena tiap posisi adalah
bagian dari system posisi yang inklusif dan tak ada posisi yang mempunyai arti
bila dipisahkan dari posisi-posisi lain yang berhubungan dengan posisi-posisi
tertentu. Setiap posisi menunjuk kepada satu atau beberapa posisi lain yang
berhubungan dengan posisi yang bersangkutan.
BEBERAPA POSISI YANG UMUM BAGI SEMUA
MASYARAKAT. Masyarakat sangat berbeda dalam derajat pengorganisasian
posisi-posisi dalam derajat pembagian tugasnya. Ada masyarakat-masyarakat
dimana terdapat system-sistem posisi yang sangat majemuk, sedangkan
masyarakat-masyarakatnya mempunyai system-sistem posisi yang relative sedikit.
Ada lima jenis posisi yang berbeda
pada masyarakat, yaitu:
1.
Umur-kelamin:
paling sedikit tujuh posisi-posisi yang tampak dalam semua masyarakat, yaitu
bayi, anak laki-laki, anak perempuan, laki-laki muda, perempuan muda, laki-laki
tua, wanita tua
2.
Pekerjaan:
sekurang-kurangnya bagi beberapa individu dalam masyarakat.
3. Prestise:
sejenis tingkatan, seperti ketua dan budak.
4. Family,
clan, atau kelompok ruah tangga: misalnya anggota keluarga seesorang.
5. Kelompok-kelompok
persarikatan: keanggotaan dalam kelompok karena mempunyai minat yang sama,
klik-klik, dan lain-lain yang dibina berdasarkan persahabtan atau minat yang
sama.
Fungsi berbagai posisi-posisi ini sangat
berbeda-berbeda bahkan posisi-posisi yang tampaknya serupa bagi orang luarkelompok.
Karena dapat dipandang sebagai memiliki fungsi-fungsi yang sangat berbeda pada
masyarakat yang berlainan. Di antara beberapa masyarakat, fungsi dari posisi
anan hanyalah sebagai persiapan bagi kedewasaan, sedang pada masyarakat lain
fungsinya adalah menyediakan waktu yang tak mengenal susah sebelum
tanggungjawab orang dewasa dimulai.
BAGAIMANA INDIVIDU MENDAPATKAN POSISINYA. Individu
mendapat beberapa posisi berdasarkan factor-faktor yang tak dapat mereka
control, misalnya umur dan jenis kelamin. Posisi pertama secara teknis dikenal
dengan posisi-posisi yang diberikan dan jenis kedua sebagai posisi yang
dicapai. Sebagian posisi merupakan soal preferensi sebagain yang lain merupakan
soal nasib baik atau nasib buruk. Masyarakat yang berbeda berlainan sekali
dalam cara mendudukkan individu ke dalam berbagai posisi-posisi. Posisi
seseorang yang utama itu ditentukan oleh jenis kelamin dan umur. Tak ada dua
masyarakat yang sepenuhnya serupa dalam cara-cara mereka mengkombinasikan semua
factor-faktor ini dan factor-faktor lainnya dalam menempatkan individu-individu
pada suatu posisi.
Tidak semua posisi merupakan posisi yang menetap.
Beerapa di antaranya seperti pada posisi pendamping pengantin pria pada suatu
perkawinan, hanya terjadi dalam waktu yang sangat singkat. Posisi-posisi
seperti itu mempunyai ciri-ciri dasar yang sama dengan ciro-ciri posisi-posisi
yang dipegang secara lebih menetap. Posisi-posisi itu sesuai dengan
fungsi-fungsi dalam masyarakat dan disertai oleh ketentuan bagaimna bertingkah
laku terhadap orang lain dalam posisi-posisi yang ada hubungannya.
MAKNA DARI POSISI SOSIAL. Posisi adalah sesuatu yang
relative. Ia hanya memiliki arti sehubungan dengan posisi-posisi lain. Arti ini
terletak pada tata hubungan peran yang ditentukan oleh suatu kelompok atau
masyarakat antara dua posisi atau lebih. Mungkin untuk memusatkan perhatian
hanya pada satu dari dua hal yang saling berhubungan dengan memandangnya dengan
hal yang satu lagi sebagai latar belakang, namun ini tidak merubah kenyataan
bahwa dalam setiap posisi selalu terkandung tata hubungan yang timbal balik.
Suatu posisi social adalah suatu penempatan suatu individu dalam suatu kelompok
atau masyarakat sehubungan dengan sumbangan-sumbangannya yang ditentukan kepada
suatu tata hubungan dengan orang lain atau orang lain yang juga sudah
ditempatkan dalam posisi itu.
Ketentuan Peran yang Berkaitan
dengan Posisi
Ketentuan-ketentuan suatu peran
adalah gambaran normative mengenai cara-cara melaksanakan fungsi dan untuk
fungsi-fungsi itu terdapat posisi-posisi dan cara-cara yang umumnya disetujui
bersama dalam kelompok mana saja yang mengakui suatu posisi tertentu. Fungsi
suatu posisi berhubungan terutama dengan pemeliharaan corak tata hubungan
tertentu antara yang menduduki posisi dengan oranng-orang lain. Tidak semua hal
yang dikerjakan oleh oranh yang menempati suatu posisi tertentu itu penting
untuk menyelenggarakan fungsi posisi itu. Ada tingkah laku mereka yang sama
sekali tidak relevan dan bahkan mungkin sesungguhnya mengganggu fungsi-fungsi yang
dimaksudkan.
Hal yang penting dalam tiap
ketentuan bagi peran bukanlah terdapat pada suatu daftar tingkah laku,
melainkan dalam unsure-unsur yang sama pada tigkah laku-tngkah laku itu. Unsure
yang dapat ditarik dari daftar tingkah laku yang diharuskandan yang dilarang
melukiskan tata hubungan yang ditentukan oleh norma-norma kelompok itu antara
orang yang menempati posisi-posisi yang berhubungan.
PERAN-PERAN YANG SALING BERKAIT.
Tiap ketentuan mengenai peran dengan demikian pastilah menyangkut satu atau
beberapa peran lainnya. Ini berarti yang menempati suatu posiisi belajar,
sedikit banyak pada waktu yang sama, tentang ketentuan perannya dan ketentuan
peran-peran yang berhubungan erat dengan perannya.
Sangat sedikit peran-peran yang
dinyatakan hanya sehbungan dengan satu peran lain saja. Banyak perbedaan peran
bagi ibu atau majikan, dinyatakan sehubungan dengan beberapa peran lain dan
bukan hanya sehubungan dengan satu peran lain saja.
Tiap peran tidak mungkin lain
berbeda dengan bagian dari satu system peran yang terindependen dan dapat
berubah oleh perubahan-perubahan pada bagian-bagian lain dari sisten itu.
Dari peran-peran itu adalah unik
dalam memiliki posisinya sendiri dan dalam mempunyai titik-titik persilangannya
sendiri dengan semua peran-peran lain dalam system itu. Yang sama pada semua
peran adalah kenyataan bahwa mereka ditentukan oleh sejumlah norma-norma yang
inklusif. Karena itulah dapat terjadi bahwa individu-individu yang menempati
posisi-posisi yang berbeda-beda pula, walupun pemikian ia tetap memiliki
pengertian yang sama mengenai tingkah laku masing-masing. Karena itulah dapat
terjadi interaksi di antara mereka dan tetap berlangsung dengan cara-cara yang
telah lancer dan dapat diramalkan bukan dari sudut tingkah laku spesifik, melainkan
dari sudut tata hubungan peran.
Ketentuan-ketentuan Peran dan
Tingkah Laku Peran
Setiap orang yang menempati suatu
posisi cenderung akan terpengaruh oleh ketentuan peran yang menyertai posisi
itu, tetapi tingkah lakunya yang sesungguhnya juga dipengaruhi oleh macam-macam
hal lain karena seesorang sering menghadapi berbagai jenis pengaruh yang saling
bertentangan. Preferensi pribadi, kemampuan dan berbagai ciri-ciri
kepribadiannya mungkin tidak dapat diselaraskan sama sekali denagn
ketentuan-ketentuan peran, terutama ketentuan yang berhubungan dengan posisi
yang diberikan seperti misalnya yang berhubungan dengan jenis kelamin dan umur
atau keanggotaan dalam satu kelompok satu bangsa yang di luar kekuasaan
seseorang. Karena alas an-alasan yang begitulah tingkah laku yang sesungguhnya
dari seseorang sebagai seorang yang menempati suatu posisi. Mungkin hanya untuk
sebagian dengan ketentuan-ketentuan itu atau bahkan dapat menyimpang secara
radikal. Apakah ia akan menyesuaikan diri dengan ketentuan itu atau akn
melanggarnya, dalam masing-masing keadaan itu, ia akan menyesuaikan diri
terhadap ketentuan itu dengan caranya sendiri sebagaimana ditentukan oleh
semacam kompromi antara apa yang diingini dan apa yang mungkin.
Tingkah laku seseorang yang
menempati suatu posisi tidak akan sepenuhnya cocok dengan ketentuan-ketentuan
perannya karena tingkah lakunya itu juga akan dipengaruhi oleh hal-hal lain.
Ini berarti bahwa dalam penyelidikan kita untuk melihat keteraturan dalam tata
hubungan-tata hubungan tingkah laku seseorang terhadap orang lain. Perlu juga
untuk memperhitungkan pengaruh-pengaruh hal lain.
Tingkah laku peran yang sesungguhnya
dapat bervariasi dari bentuk-bentuk yang hampir sepenuhnya ditentukan oleh
factor-faktor pribadi sampai ke bentuk-bentuk yang hampir sepenuhnya ditentukan
oleh ketentuan-ketentuan posisi.
Alas an utama mengapa umumnya kita
hampir selalu conform secara cukup baik kepada ketentuan-ketentuan peran karena
kelompok menyediakan ketentuan-ketentuan bukan hanya bagi orang yang menempati
suatu posisi tetapi juga bagi orang-orang dalam posisi-posisi yang berhubungan,
dimana mereka memberikan respons terhadap tingkah laku perannya.
Ketentuan-ketentuan belakangan ini mencakup sanksi-sanksi bagi tingkah laku
yang conform ataupun yang jelas menyimpang. Sejauh norma-norma yang memberikan
sanksi-sanksi ini telah diinternalisasikan, maka seseorang akan menguntungkan
dirinya dngan berlaku conform kepada peran. Maka seesorang akan lebih
termotivasi untuk menjalankan peran ini dengan baik, sehingga tingkah laku
peran sesuai dengan sedikit banyaknya ketentuan peran.
Salah satu alasan utama kegagalan untuk conform
dengan ketentuan-ketentuan peran adalah kenyataan bahwa seesorang tergolong ke
dalam kelompok-kelompok yang berbeda yang ketentuannya juga berbeda atau bahkan
bertentangan satu sama lainnya. Kompromi atau conform diusahakn kepada
ketentuan yang berbeda-beda dari kelompok yang berbeda-beda pula karena ketika
berhubungan hanya dengan anggota –anggota kelompok itu. Tarikan yang berlawanan
dari keanggotaan merupakan keadaan khusus dari prinsip umum bahwa pengaruh pada
seseorang karena pemberian peran tertentu sering bertentangan dengan
pengaruh-pengaruh lain terhadap dirinya. Kalau pengaruh-pengaruh yang
berlawanan itu tidak lebih kuat, maka ia akan cenderung untuk menyesuaikan diri
dengan ketentuan peran itu. Selama ia memegang suatu posisi tertentu dalam
suatu kelompok, ia harus menyesuaikan diri dengan ketentuan kelompok itu untuk
memelihara tata hubungan dengan pasangan peran itu. Cara ia menyesuaikan diri,
baik dengan cara berlaku conform atau tidak yang merupakan bentuk tingkahlaku
perannya.
Perubahan Tingkah Laku Peran
Mengikuti Perubahan dalam Posisi
Akibat dari memegang suatu posisi
terhadap tata hubungan tingkah laku seesorang yang sesungguhnya adalah sebesar
yang telah ditunjukkan. Perubahan pada salah satu hubunan akan diikutu pula
oleh perubahan pada yang lain.
Eksperimen Libermanmenarik
keuntungan dari suatu setting yang alamiah, bahwa di sana sejumlah orang
tertentu akan berubah posisi selama tahun berikutnya meskipun pada orang yang
tahu yang mana yang akan berubah posisi. Hal-hal yang ditemukannya sama sekali
bukan hal-hal yang diatur sebelumnya. Ada kemungkinan sikap pada seorang mandor
berbeda dengan sikap pekerja biasa karena para mandor terpilih karena sudah
mempunyai sikap-sikap yang tepat sebagai mendor dan bukan karena sikap
orang-orang yang telah ikut beruba dengan perubahan posisi mereka. Oleh karena
itu, kita dapat menarik kesimpulan bahwa perubahan dalam tingkah laku peran
mengikuti perubahan-perubahan posisi dengan cara-cara yang berlawanan bagi
mandor dan bagi pramubhakti. Menempati suatu posisi akan menyebabkan timbulnya
pengaruh-pengaruh terhadap tingkah laku seseorang.
Posisi social menentukan tingkah
laku peran, bukan dalam arti sebagai determinan saja melainkan sebagai suatu
yang tak dapat dihindarkan. Menempati suatu posisi social berarti menjadi
pengaruh-pengaruh normative yang mendorong ke arah konformitas peran. Jadi
suatu posisi merupakan tempat pengaruh-pengaruh yang bekerja terhadap
orang-orang yang diakui untuk menempatinya. Arah pengaruh seperti itu adalah
menuju pemeliharaan tata hubungan dengan pasangan peran sebagaiman yang telah
ditentukan.
v JARAK POSISIONIL DAN TATA
HUBUNGAN-TATA HUBUNGAN PERAN
Tingkah laku peran seesorang
dipengaruhi oleh posisi yang telah ia tempati, maka haruslah benar pula bahwa
tata hubungan antara posisi orang yang berbeda akan mempengaruhi tata
hubungan-tata hubungan peran mereka.
Tata hubungan-tata hubungan Status
dan Hirarkhi
Pada
kelompok-kelompok yang besar maupun yang kecil yang anggota-anggotanya selalu
berinteraksi antara satu dengan yang lainnya sepanjang suatu jangka waktu
tertentu, maka terjadi pembedaan di antara anggota yang mungkin akan timbul,
sehingga kita menunjuk kepada beberapa dari mereka sebagai superior yang lain.
Sejauh perbedaan-perbedaan ini secara umum diakui oleh anggota-anggota kelompok
mereka bersesuaian dengan posisi-posisi dan peran-peran ynag berhubungan dengan
posisi-posisi itu. Ada berbagai cara bagaiman perbedaan-perbedaan muncul dan
terdapat banyak ciri-ciri seperti keahlian, kekeyaan, kekuasaan, kemasyhuran,
tetapi perbedaan-perbedaan itu mempunya sesuatu yang sama. Karena itu akan
menganggap mereka semua sebagai diferensiasistatus.
Andaikata dalam suatu kelompok atau
organisasi terdapat diferensiasi status, maka akan terjadi implikasi bagi tata
hubungan peran antara anggota-anggota yang lebih tinggi dan yang lebih rendah.
PRESTISE PROFESIONIL. Dalam
masyarakat terdapat banyak contoh-contoh yang menyangkut hirarki-hirarki
prestise. Tata hubungan tingkah laku menghargai diri anggota-anggota yang
berstatus rendah terhadap yang berstatus tinggi dan penghargaan yang diharapkan
dari kondisi yang pertama oleh yang berstatus tinggi dalam kondisi dimana
perbedaan-perbedaan dikenakan dengan kekuasaan atau prestise secara umum yang
diakui. Tata hubungan antara mereka yang setingkat yang berbeda menurut status,
bila anggota-anggota dari dari semua tingkat berada dalam situasi yang sama :
anggota-anggota yang berstatus tinggi cenderung untuk saling menyukai dan untuk
saling berkomunikasi sedangkan anggota-anggota berstatus rendah tidak begitu
banyak berkomunikasi satu sama lainnya.
STATUS POPULARITAS. Popularitas
adalah angka rata-rata tingkatan preferensi yang dinyatakan terhadap
masing-masing individu-indiidu oleh individu-individu lain.
Tata hubungan status dalam
popuaritas berhubungan erat dengan tata hubungan peran yang sesungguhnya.
Jarak-jarak status antara individu-individu banyak menjelaskan mengenai
dekatnya tata hubungan interpersonal mereka. Semakin kurang jarak status antara
dua invidu semakin kurang pula jarak tingkah laku dari sudut pergaulan yang
rapat.
Orang yang berstatus rendah tidak
sering berhubungan satu sama lainnya dan tidak berlaku pada ruang lingkup yang
lebih luas dalam masyarakat seluruhnya. Pertentangan ini mungkin timbul dari
kenyataan bahwa pada kelompok orang-orang yang tidak populerdapat mencari
hubungan yang frekwen dengan orang-orang di luar kelompoknya, sedang dalam masyarakat
secara keseluruhan orang-orang berstatus lebih rendah tak memiliki kawan selain
orang-orang yang berstatus lebh rendah juga. Generalisasi ini masih berlaku
bahwa jarak status menentukan frekwensi saling berhubungan tetapi efek jarak
yang kecil pada posisi-posisi tingkat rendah tak berbeda dari jarak-jarak yang
kecil pada tingkat-tingkat yang lebih tinggi dalam suatu masyarakat yang
relative tertutup seperti suatu masyarakat secara keseluruhan.
Selain posisi-posisi dan peran-peran
yang didiferensiasikan menurut prestise dan popularitas, dapat
disebutkan
diferensi-diferensi kekuatan dan kekuasaan. Tiap-tiap diferensi ini
adalah
unik. Semakin besar jarak status antara orang-orang itu, maka semakin
besar
jarak tingkah laku di antara mereka pada dimensi-dimensi seperti rasa
hormat
atau jenis-jenis tingkah laku intim yang berhubungan dengan saling
ketertarikan
yang tinggi. Bial pemberian dan penerimaan tingkah laku penghormatan
dapat
dianggap sebagai menyatakan jarak dan tingkah laku yang akrab menyatakan
kedekatan maka jarak dalam tingkah laku cebderung untuk
sejajar dengan jarak status.
Tata hubungan Aksesibilitas
Komunikatif
Kelompok yang paling kecilterdapat
lebih banyak komunikasi di pihak dyad-dyad tertentu. Terdapat banyak alasan
termasuk ciri-ciri kepribadian individu, tetapi ini erat hubungannya denngan
posisi-posisi dalam struktur komunikasi suatu kelompok. Jarak sepanjang dimensi
ketercapaian oleh komunikasi dapat ditentukan oleh dekat jauhnya secara fisik
pemegang-pemegang posisi itu atau oleh ketentuan-ketentuan peran menurut
ketentuan pemegang posiis tertentu yag dituntut atau dilarang berkounikasi
dengan bebas satu sama lainnya. Tata hubungan perab dipengaruhi oleh cara-cara
seperti jarak-jarak posisi yang mempengaruhi sifat dan frekwensi komunikasi.
Orang-orang pada posisi perifer juga
merasa kurang puas dengan sumbangan-sumbangan mereka sendiridaripada
orang-orang sentral. Mereka tidak suka berada di pihak yang tergantung pada
orang sentral itu.
Posisi-posisi sentral dan perifer
menggambarkan bukan hanya jarak-jarak abstrak antara sumber-sumber dan
tujua-tujuan berita yang menunjukkan titik-titik di mana orang-orang mengirim
dan menerima berita. Jarak-jarak tidak menunjukkan kepada inci-inci atau
mil-mil melainkan kepada derajat-derajat kesukaran atau keterlambatan dalam
mengusahakan agar berita terkirim. Tata hubungan memuaskan atau menimbulkan
frustasi dalam berbagai derajat. Informasi bersifat menguntungkan apabila tata
hubungan antara orang-orang sentral dan orang-orang perifer akan lebih
memuaskan bagi yang pertama daripada orang yang belakangan. Karena alasa yang
sama, tata hubungan antara orang-orang parifer tak akan dirasakan saling
meguntungkan.
Dengan bertambah banyaknya
pertukaran informasi antara orang-orang yang berinteraksi, maka mereka
cenderung untuk semakin banyak memiliki sikap-sikap yang sama, mengikuti
norma-norma yang sama, dan mempunyai derajat saling ketertarikan yang lebih
tinggi. Bertambahnya frekwensi informasi tidak harus merupakan variable yang
independen dalam tata hubungan ini. Keadaan itu sering mengikuti meningkatnya
ketertarikan. Keadaan itu tidak merupakan kondisi yang memadai, karena sering
terjadi bahwa semakin banyak hubungan seseorang dengan orang lain maka semakin
kurang rasa suka dan hormatnya terhadap orang lain itu.
Gambaran-gambaran dimensional
mengenai tata hubungan peran
Untuk melukiskan suatu tata hubungan
peran seperti tata hubungan peran ibu dan anak dari sudut jarak-jarak di antara
mereka pada dimensi-dimensi seperti superioritas status dan ketercapaian
komunikatif mungkin akan terlihat. Artinya seseorang akan mendapat rasa yang
lebih baik mengenai peran-peran dengan penggambaranyang kaya dengan detail yang
konkrit. Cara-cara deskripsinya sesuai dengan sesuatu yang dapat dilaporkan
secara objektif dan cara-cara itulah yang membantu dalam membahas hal-hal yang
dapat diobservasi.
Suatu keuntungan besar dari
pendekatan terhadap tata hubungan peran melalui dimensi-dimensi dan jarak-jarak
yaitu untk memperbandingkan peran-peran baik peran-peran yang serupa pada
berbagai masyarakat atau berbagai peran dalam suatu masyarakat dengan cara-cara
yang sistematis. Untuk menunjukkan bahwapada beberapa masyarakat hampir semua
tata hubungan peran ditandai oleh jarak yang jauh pada dimensi status.
Penelitian sistematis mengenai tata hubungan-tata hubungan peran akan kurang
berguna bila perbandingan-perbandingan seperti itu tak dapat dilaksanakan, juga
tidak memadai untuk hanya membandingkan peristiwa-peristiwa konkrit seperti
tingkah laku tanpa memperbandingkan peristiwa-peristiwa itu pada dimensi
tertentu. Dengan analogi, orang tidak dapat memeperbandingkan wortel dengan
jeruk secara keseluruhan, tetapi orang dapat memperbandingkan kedua hal
tersebut secara bermakna dalam hal variable-variabel seperti besarnya, warna
atau isi vitaminnya.
Seseorang memilih dimensi-dimensi
peran dengan cara yang sama seperti seseorang memilih variable-variabel yang
relevan pada jenis-jenis penelitian. Denagn menggunakan bukti-bukti baik bukti
yang formil maupun bukti yang telah didapat. Seseorang mengkategorikan
contoh-contoh konkrit tingkah laku dari berbagai sudut derajat dimensi
hipotesis. Beberapa dari dimensi-dimensi yang diuji seperti itu akan konsisten
dan dapat digeneralisasikan secara luas seperti status hirarkis atau ketercapaian
komunikatif. Dimensi-dimensi inilah yang menyebabkan terjadinya
perbandingan-perbandingan.
Pendekatan dimensional hanyalah
suatu cara menggambarkan tata hubungan peran, bukan cara mempelajari
sebab-sebabnya. Persoalan yang berhubungan dengan determinan posisionil dan
individual dari norma-norma yang dikenal sebagai ketentuan peran.
v KELOMPOK SEBAGAI SISTEM-SISTEM
PERAN YANG MULTIDIMENSIONAL
Semua kelompok mempunyai
struktur-struktur yang dapat digambarkan dari sudut yang lebih dari satu
dimensi. Tiap anggota dari satu kelompok interaksi, memiliki baik tata hubungan
status dengan setiap anggota lain baik yang setingkat, di satu pihak, atau
lebih rendah atau lebih tinggi di pihak lain, dan juga suatu tata hubungan
saling ketercapaian komunikatif. Jadi tiap kelompok interaksi harus mempunyai
struktur status komunikasi, struktur ketertarikan, dan masih banyak lagi.
Struktur Peran dari Suatu Kelompok
Total
Jika seesorangmengingat dimensi
tertentu beserta suatu indeks jarak pada dimensi iti, maka tidaklah sukar untuk
menggambarkan struktur suatu kelompok. Cara yang paling sederhana adalah denagn
memilih beberapa criteria mengenai jarak dan kemudian menunjukkan jumlah
pasangan-pasangan yang memenuhi criteria itu.
Suatu cara lain yang agak berbeda
dalam menggambarkan suatu struktur kelompok dapat dilihat dari sudut
kepopuleran indiviud.
Kita akan berhenti dalam
megilustrasikan bentuk-bentuk pengstrukturan kelompok, terlepas dari dimensi
tertentu yang mana didistribusikan jarak-jarak tentang berapa banyak tata
hubungan posisionil yang lebih dekat dengan dan yang lebih jauh dari berapa
banyak yang lain.
Tiap anggota dari salah satu
kelompok ini akan dapat membuatnya dan tanpa menggunakan pengertian yang begitu
merepotkan seperti struktur-struktur peran. Alasannya bukan untuk
mendokumentasikan secara teknis tentang apa yang telah diketahui secara
informal mengenai suatu kelompok tertentu, melainkan mencoba untuk mengemukakan
beberapa pengertian dan beberapa prosedur yang memiliki sifst umum yang luas.
Pengertian-pengertian tu dapat diterapkan pada kelompok interaksi yang etrmasuk
kelompok-kelompok mengenai kita yang tidak memiliki informasi sebelumnya atau
kelompok mengenai opini-opini yang saling bertentangan. Selama konsep-konsep
dan prosedur-prosedur dapat diterapkan pada banyak kelompok yang berbeda-beda,
maka kita memiliki dasar yang sama untuk memeperbandingkan kelompok itu.
Tiap kelompok interaksi mempunyai
sejumlah struktur-strujtur yang dapat dilukiskan dari sudut diensi-dimensi yang
berbeda-beda, tentunya akan timbul pertanyaan tentang hubungan antara beberapa
dimensi itu.
Semakin tinggi aksesibilitas dalam
berkomunikasi, maka semakin tinggi ketertarikan positif yang terjadi. Pertama,
pertukaran komunikasi cenderung dianggap menguntungkan dan dan tanpa pertukaran
komunikasi ketertarikan interpersonal yang erat tak mungkin berkembang. Kedua,
orang-orang yang telah saling tertari satu sama lainnya biasanya menemukan
cara-cara untuk mengatasi rintangan-rintangan berkomunikasi. Jadi kedekatan
pada salah satu dimensi cenderung akan menimbulkan kedekatan pada dimensi
lainnya.
Aksesibilitas komunikatif di antara
pelaku-pelaku peran juga cenderung untuk dihubungkan dengan persamaan relative
mereka dalam status. Perbedaan status biasanya memaksakan rintangan pada
komunikasi. Orang yang berstatus lebih tinggi mencari perlindungan denagn
menjadikan diri mereka sendiri untuk dicapai/dihubungi atau mungkin karena
orang-orang yang berstatus tinggi yang relative sedikit tak dapat dicapai atau
dihubungi dengan mudah oleh orang-orang yang berstatus yang relative rendah
atau semata-mata karena jurang di antara orang-orang berstatus tinggi dengan
yang berstatus rendah dianggap terlalu lebar. Bila kepercayaan-kepercayaan ini
dimiliki kedua pihak, perbedaan-perbedaan status yang sesungguhnya akan timbul.
Yang menarik mengenai tata hubungan
adalah adanya berbagai dimensi peran. Dimensi aksesibilitas komunikatif sangat
mempengaruhi masing-masing dimensi yang lainnya. Ketertarikan maupun
tingkatan-tingkatan status yang sama cenderung untuk adanya hubungan
aksesibilitas komunikatif yang lancar. Tata hubungan peran yang ditandai oleh
komunikasi yang lancar cenderung terjadi karena merupakan akibat dari atau
menimbulkan tata hubungan peran yang ditandai oleh ketertarikan yang besar dan
kedekatan status.
Tingkah laku tiap anggota sabgat
kuat dipengaruhi oleh posisi-posisi yang ditempatinya dan merupakan pusat-pusat
pengaruh baik dari maupun terhadap orang-orang ynag menempati posisi-posisi
yang berhubungan. Tata hubungan peran dalam suatu kelompok merupakan cara-cara
bagaimana anggota-anggotanya beradaptasi pada tata hubungan posisionil mereka
antara yang satu dengan yang lainnya. Dari sini bias disimpulkan, bahwa dari
orang-orang yang berbeda sebagai anggota-anggota kelompok yang berlainan,
mempunyai/menempati posisi-posisi yang serupa dalam kelompok mereka sendiri
maka tata hubungan peran akan serupa dalam berbagai kelompok itu.
Kelompok adalah cerminan bagaimana
tata hubungan itu ada. Cara-cara yang paling efektif unutk melaksanakn hal ini
adalah dengan memandang sejumlah peran-peran secara keseluruhan sebagai suatu
system. Istilah ini menunjuk pada setiap kesimpulan hal-hal yang berinteraksi
secara terus menerus sedemikian rupa sehingga keseluruhan kumpulan itu
dipandang sebagai kesatuan untuk mempertahankan sifat-sifat yang relative
konstan.
Terdapat banyak sifat-sifat kelompok
yang dianggap sangat penting termasuk besarnya kelompok, sifat normative dan
kekompakan kelompok. Kalau kita menggatakan bahwa sifat-sifat ini atau sifat-sifat
lain sebagai sasuatu yang konstan, maka kita tidak bermaksud menagtakan bahwa
mereka tidak pernah berubah. Kematian kelompok berarti bahwa anggota-anggotanya
telah berhenti berinteraksi satu sama lainnya tanpa memindahkan cara-cara
interaksinya kepada anggota-anggota kelompok lainnya yang menjadi pengganti
mereka.
Hubungan-hubungan peran dalam
kooperasi dan kompetisi
System peran yang kooperatif adalah semisal system
peran dalam team olahraga seperti dalam bola basket. Tata hubungan peran yang
kompetetif ditandai oleh tingkah laku yang saling bertentangan karena
nasib-nasib itu dianggap bertentangan.
Tata hubungan peran yang adanya saling ketertarikan
mengakibatkan pengorganisasian respons interpersonal yang lebih baik. Prinsip
umum yang rupanya dapat diterapkan pada tiap jenis system peran yang relative
stabil adalah bahwa cara-cara bagaimana kekuatan-kekuatan dalam kelompok
digerakkan dan diorganisir melalui tata hubungan peran untuk menentukan sifat
kelompok. Ketentuan peran adalah norma-norma baik dalam kenyataannya maupun
sebagai potensi. Ketentuan itu adalah peraturan-peraturan bagi tingkah laku
orang yang menempati suatu posisi baik yang digambarkan dengan istilah-istilah
yang umum dikenal maupun dalam bentuk posisi-posisi social atau dengan istilah-istilah
ahli ilmu-ilmu social, sebagai lokasi pada dimensi-dimensi tertentu. Peraturan
itu efektif apabila diterima bersama-sama oleh orang-orang yang saling
berinteraksi. Suatu system peranberhubungan langsung dengan keseluruhan
kesimpulan-kesimpulan norma yang berlaku bagi semua tata hubungan peran dalam
suatu kelompok tertentu. Sifat-sifat kelompok bertahan berkat tata hubungan
peran, maka yang terakhir sendiri bertahan itu berkat norma-norma kelompok.
Secara sistematis, system tata hubungan suatu kelompok sebagaimana yang
diekspresikan dalam tingkah laku interpersonal itu adalah yang menghubungkan
norma-norma kelompok dan ciri-ciri tingkah laku kelompok.
BAB 12
CIRI-CIRI
KELOMPOK
Ciri kelompok adalah sifat yang
dapat dipergunakan terhadap kelompok sebagai suatu kesatuan tunggal (wujud
tunggal), dan tidak untuk anggota tunggal manapun. Tetapi tak ada anggota
tunggal yang mempunyai sifat individu tunggal yang mempunyai sifat koordinasi
lancar antar anggota, dan tinggi rata-ratapun bukan ciri individu tunggal.
Ciri kelompok adalah suatu veriabel,
yakni ia berubah-ubah daam derajat. Kriteria ini penting, karena hanya dengan
mengobservasi kondisi-kondisi di mana ciri-ciri berubah,apakah kondisi-kondisi
itu anteseden, independen atau kondisi-kondisi dependen sebagai akibat
penyelidikan ciri-ciri kelompok turut membantu pengertian kita tentang
psikologi sosial. Dan akhirnya, ciri kelompok bila dianggap sebagai variabel,
harus peka untuk diindeks secara objektif aau diukur.
Suatu Klasifikasi Ciri-ciri
Kelompok
Ciri-ciri
kelompok, seperti tubuh-tumbuhan, binatang atau manusia dapat diklasifikasi
menurut sejumlah cara-cara yang tak terbatas.
Pembedaan ini menghasilkan 3
katagori umum :
1. Ciri-ciri
antar anggota, berdasarkan persamaan-persamaan dan perbedaan-perbedaan di
antara anggota.
2. Ciri
tidak relavan bagi anggota, yang tidak ada hubungannya dengan
persamaan-persamaan dan perbedaan-perbedaan antara anggota.
3. Ciri-ciri
sangat iklusif yang meupakan hasil dri kedua macam ciri.
v LUAS KELOMPOK
Suatu
kelompok interaksi dapat terdiri dari hanya 2 anggota saja atau dapat sebanyak
beberapa ratus. Luas suatu kelompok, seperti yang akan kita lihat, adalah suatu
sifat yang dapat mempunyai akibat penting terhadap sifat-sifat lain, karena hal
itu mempengaruhi interaksi di antara anggota. Tetapi juga benar, secara tidak
langsung bahwa luas kelompok dapat dipengaruhi oleh interaksi anggota (sebagai
akibat masuknya anggota-anggota baru, atau keluarnya beberapa anggota lama).
Tetapi kita hanya akan memperhatikan luas sebagai suatu variabel independen
saja. Ringkasnya, kita akan anggap bahwa sifat istimewa ini hanya
mempengaruhi
sifat-sifat lainnya karena pengaruhnya terhadap interaksi, yang selanjutnya
mempengaruhi sifat-sifat lainnya.
Interksi Yang Dipengaruhi Input Sumber
Input Sumber, yang luar biasa
pentingnya untuk kelompok-kelompok dalam pemecahan persoalan, menunjuk kapada
pengetahuan anggota, kapasitas intelektual atau fisiknya, atau keterampilan apa
saja dalam interaksi dengan orang-orang lain yang relavan bagi situasi kelompok
pada waktu itu. Karena sumber-sumber demikian dianggap dibawa masuk kedalam
situasi kelompok oleh anggota secara individuil, maka disebut “Input”.
Cara-cara bagaimana interaksi anggota menjadi
perantara antara input sumber dan pemecahan persoalan kelompok, pertama-tama
berhubungan dengan respons orang-orang lain untuk pemecahan persoalan yang
disarankan oleh seorang individu. Hal ini membutuhkan input sumber yang cukup
dari segi kelompok secara keseluruhan, sehingga kebanyakan anggota dapat
mengakui gagasan yang dikemukakan oleh salah seorang di antara mereka itu tanpa
melihat apakah mereka sendiri mampu mencetuskannya atau tidak. Pokoknya, input
sumber cenderung bertambah dengan bertambah banyaknya orang dalam kelompok, dan
ini selanjutnya cenderung menyebabkan penambahan macam komunikasi (baik yang
menyarankan maupun yang memberikan respons yang menguntungkan terhadap suatu
saran yang berguna), yang mempermudah pemecahan yang baik.
Interaksi Yang Dipengaruhi Input
Kebutuhan
Cara
kedua, dimana luas kelompok dapat diharapkan mempengaruhi interksi anggota
berhubungan dengan kebutuhan-kebutuhan dan motif-motif (bukan kemampuannya)
yang dibawa para anggota pada situasi itu seperti motif-motif untuk diakui,
untuk disenangi atau ingin ikut dalam kegiatan-kegiatan kelompok.
Terdapat kecenderungan untuk
terbentuknya suatu ”lingkar dalam” dan suatu”pinggiran luar”. Para anggota
kelompok-kelompok kecil sering merasa tidak memerlukan seorang pemimpin,dan
telah puas dengan ikut sertanya mereka sendiri. Pokoknya semakin besar jumlah
input kebutuhan dalam suatu kelompok yang telah kita anggap berbanding lurus
dengan luasnya semakin besar pula jumlah dan proporsi orang-orang yang mungkin
sekali tidak puas karena ”kebutuhan-kebutuhannya” tidak terpenuhi.
Interaksi Yang Dipengaruhi Oleh
Jaringan-jaringan Tata Hubungan Antar Pribadi/Interpersonal.
Bila
suatu kelompok bertambah besar,banyaknya tata hubungan pribadi ke pribadi yang
mungkin, juga bertambah dengan cepatnya. Hal ini mempengaruhi interaksi antara
anggota-anggota kelompok dengan berbagai cara, tetapi teristimewa karena
kebanyakan orang mempunyai beberapa “kebutuhan” akan tata-hubungan
tata-hubungan pribadi yang memuaskan dan juga suatu kemampuan yang terbatas
sekali untuk mengadakan tata-hubungan yang erat dengan orang lain. Menurut
suatu studi dengan beberapa ratus pemudi-pemudi, dua belas tata-hubungan
tata-hubungan seperti itu per orang adalah batas yang khas, meskipun itu
termasuk juga beraneka ragam situasi, kerja dan waktu terluang.
Konsekwensi dari semua ini
bersama-sama yakni input kebutuhan, kemampuan terbatas dan bertambahnya
jumlah-jumlah tata hubungan yang mungkin di dalam kelompok-kelompok yang besar
ialah bahwa banyak hubungan-hubungan potensil tidak akan berkembang.
Berbagai Efek Luas Kelompok Yang
Diperantarai Oleh Komunikasi
Akibat-akibat penambahan luas
kelompok yang telah kita perbincangkan dapat diringkaskan secara sederhana
sebagai penambahan sumber-sumber buat pemecahan persoalan, lebih sedikit
kepuasan difihak beberapa anggota kelompok, dan berkurangnya kesatuan dari
keseluruhan kelompok. Beberapa dari hal ini adalah akibat-akibat pada individu,
dan lainnya pada seluruh kelompok.
Pernyataan yang sangat umum ini
bersifat kemungkinan akibat-akibat tersebut mungkin timbul, tetapi tidak harus
demikian, karena hal itu juga dipengaruhi oleh fakto-faktor lain dari pada oleh
sekedar luas saja. Akibat-akibat ini tidak usah nampak langung sebanding dengan
luas kelompok-kelompok. Kita tidak tahu range-range yang tepat dari luas
kelompok pada saat mana hal-hal itu besar kemungkinanya akan terjadi, karena
kebanyakan study yang ada hanya menyangku range yang luas yang sempit.
Elaborasi Strukturil
Dengan bertanya mengenal derajat
diferensiasi didalam suatu kelompok, orang pertama-tama ingin mengetahui ada
berapa bagian yang dapat dibeda-bedakan. Semakin banyak terdapat hal itu (
peran, jauh bukan orang- orang ) semakin seksama diferensiasi kelompok itu
dapat kita anggap. Bila kita mengambil contoh seorang Guru besar dan 18 orang
mahasiswa, dengan siapa dia sedang melakukan diskusi, sebagai suatu kelompok
interaksi maka diferensiasi peran kelompok disini sangat sederhana.
ELABORASI SEBAGAI SUATU VARIABLE
DEPENDEN. Prasyarat –prasyarat yang mengundang peningkatan elaborasi tidakklah
terlalu mengherankan. Yang utama diantaranya ialah besarnya kelompok dan
kompleksnya aktivitas-aktivitas.
ELABORASI SEBAGAI VARIABLE YANG
INDEPENDEN. Sejauh peningkatan elaborasi ada hubungannya dengan bertambah
besarnya kelompok, beberapa akibatnya sudah ditelaah pada bagian sebelum ini.
Tetapi kelompok-kelompok yang kira-kira sama besar (kecuali bila sangat kecil ) mungkin
mempunyai derajat elaborasi yang berlainan yang akibatnya ada hubungannya
dengan komunikasi, jadi juga dengan pemilikan bersama diantara bagian-bagian
kelompok yang dapat dibedakan. Efek elaborasi srukturil kebanyakan berhubungan
dengan integrasi kelompok, yang kita telaah persoaalannya langsung setelah ini.
Integrasi Strukturil
Setengah
persoalan sifat-sifat strukturil kelompok menyangkut tata-hubungan
tata-hubungan antara bagian-bagian yang terdefensiasi. Secara umum, kita akan
mengingat tata-hungan ini dari sudut derajat integrasi, sebagai variabel
tunggal, meskipun tentu saja ada berbagai bentuk integrasi.
INTEGRASI SEBAGAI SUATU VARIABEL DEPENDEN.
Ada dua prasyarat yang penting dari integrasi kelompok, yang pertama
mengandaikan adanya yang kedua. Pertama-tama harus ada pemilikan-bersama di
antara para anggota kelompok dalam hal tingkah laku masing-masing khususnya,
harapan-harapan yang dimiliki bersama terhadap apa yang mungkin timbul dalam
keadaan tertentu, teristimewa sebagai respons dari yang satu terhadap yang
lain.
INTEGRASI SEBAGAI VARIABEL
INDEPENDEN. Hasil-hasil integrasi kelompok, pada umumnya merupakan akibat dari
komunikasi tepat dan motivasi yang dimiliki bersama.
Dalam tingkah laku, hal ini dapat
terlihat dalam bentuk-bentuk seprti esifiensi di dalam melaksanakan tugas
kelompok; pertunjukan yang lancar dan terkoordinir dari suatu rombongan penari,
akrobat atau tentara berbaris, atau sukses suatu team yang bertanding.
Bila suatu kelompok memiliki banyak
derajat diferensiasi, maka kelompok itu dikatakan mempunyai elaborasi
strukturil yang luas.
Integrasi strukturil, berhubungan
dengan keteraturan saling ketergantungan tingkah laku yang terkoordinir, dan
lain halnya dari konsep tata-hubungan peran, merupakan sifat dari seluruh
kelompok. Karena mempengaruhi interaksi kelompok dan juga dipengaruhi oleh
interaksi yang demikian, integrasi strukturil berfungsi sebagai variabel dan variabel
independen.
v KESERAGAMAN SIKAP
Kelompok-kelompok segera dapat
dilukiskan dari sudut derajat persamaan antara anggota-anggotanya.
Konsensus
Persamaan sikap yang maksimal,
sebagai suatu sifat kelompok mudah untuk dilukiskan : semua anggota adalah
sama.persamaan minimal adalah masalah yang lebih kompleks,karena ada berbagai
cara, sejumlah individu tertentudapat memperlihatkan perbedaan-perbedaan sikap.
Kondisi-kondisiutama di mana indeks
pemilikan-bersama sebagai suatu variabel dependen menjadi relatif tinggi di
bandingkan dengan konsensus yang nyata adalah kondisi-kondisi komunikasi.
Sifat
normatif
Derajat kekuasaan suatu kelompok
atas anggotanya melalui norma-norma dapat disebut sikap normatifnya.
Kelompok-kelompok tentu saja berbeda mengenai hal ini, teapi sulit untuk
menggunakan suatu indeks kenormativan, karena anggota-anggota kelompok biasanya
memiliki-bersama sikap penerimaan terhadap bermacam-macam peraturan dan bukan
hanya terhadap satu. Maka kenormativan umumsuatu kelompok tidak dapat diukur, tanpa
mengetahui semua norma-norma kelompok atau tanpa mengkondisikan semua informasi
dengan salah satu cara.
ASEPTABILITAS menunjukan seberapa
jauh tingkah laku yang terperinci di dalam range ini, disetujui atau tidak
disetujui di luar range itu, oleh para anggota kelompok dan biasanya, meskipun
tidak selalu, melalui sanksi-sanksi. Aseptabilitas juga merupakan suatu
variabel : terdapat banyak tingkatan akseptabilitas dan peraturan atas mana
setiap norma didasarkan, selalu mencakup, setidak-tidaknya secara implisit,
berbagai tingkat aseptabilitas yang diberikan kepada berbagai cara mematuhi
norma-norma. Jadi kedua dimensi itu saling berhubungan.
Derajat konsesus merupakan ciri
kelompok yang mungkin dapat dilukiskan sebagai penyebaran sikap-sikap relevan
yang dipunyai anggota-anggota kelompok. Kenormatifan menunjuk kepada derajat
kekuasan suatu kelompok atas anggota-anggotanya melalui norma-normanya, dan
merupakan konsep yang kompleks karna ia adalah fungsi dari semua norma yang
terdapat dalam kelompok.
v KEKOMPAKAN
Istilah “kompak” secara harfiah
berarti “menjadi satu”, dan kita akan berusaha menggunakannya dalam arti yang
sama yakni, derajat sejauh mana
anggota-anggota itu melekat menjadi satu atau lain cara, sehingga kelompok itu
merupakan kesatuan.
Pokoknya, kekompokan merupakan ciri
kelompok yang kompleks tetapi belum mencakup segala-galanya. Tetapi telah sejak
lama diketahui bahwa ia dapat dipecah-pecah menjadi beberapa sub kesatuan yang
dapat diukur, seperti kelancaran kata-kata, kepandaian menggunakan angka-angka
kecepatan persepsi dan berfikir, yang dapat dibedakan secara objektif tetapi
mempunyai sesuatu yang sama. Bagaimanapun kompleksnya, ini hanya salah satu
dari banyak sifat-sifat yang dimiliki individu.
Kebanyakan ciri-ciri kelompok yang
telah dibicarakan dalam bab ini sedikit banyak juga berhubungan dengan
kekompakan. Hubungan terakhir ini diringkaskan dibawah ini:
1. Efek-efek
luas atau besarnya kelompok tidak langsung diperantarai oleh komunitasi dan
partisipasi antar anggota.
2. Elaborasi
strukturil dalam kelompok yang besarnya sebanding dengan rupanya tak
berhubungan dengan kekompakan, kecuali bila bentuk-bentuk eaborasinya
sedemikian rupa sehungga membatasi komunikasi antara anggota.
3. Integrasi
strukturil langsung menunjang kekompakan.
4. Kita
tidak mempunyai bukti untuk menganggap bahwa derajat konsensus menunjang
kekompakan, terpisah dari fakta bahwa konsesus memungkinkan terjadinya
pemilikan bersama.
5. Dilain
fihak, pemilikan bersama merupakan prekondisi yang perlu untuk kekompakan.
6. Sesuatu
derajat kenormatifan sebagai suatu kasus khusus kepemilikan bersama juga
penting bagi kekompakan.
Dasar-dasar kekompakan lain mungkin
perlu juga diperhatikan, tetapi hal-hal yang penting rupanya tercakup dalam
ketiga kategori ini:
1. Integrasi
strukturil
2. Keterkarikan
inter personal
3. Sikap-sikap
yang dimiliki bersama (termasuk kenormatifan)
Oleh sebab itu, bagaimanapun kia
berkesimpulan bahwa kekompakan sebagai ciri kelompok sangat berguna sebagai
kerangka kerja konseptual yang menyatukan bermacam-macam ciri yang kurang
inklusif daripada sebagai satu ciri tunggal yang dapat diukur langsung dan
valid.
Memang mungkin benar, bahwa kita
akan memahami suatu kelompok lebih baik kita mempunyai pettunjuk-prtunjuk
bermacam-macam sumber kekompakan daripada kita mempercayai suatu indeks
tunggal.
v CIRI-CIRI KELOMPOK DAN HUBUNGANNYA
DENGAN INTERAKSI: IKHTISAR
Secara
khusus, kita telah menyebutkan ciri-ciri kelompok sebagai ciri-ciri yang
menunjuk kepada keseluruhan kelompok sebagai suatu kesatuan tunggal yang
bervariasi secara kuantitaif maupun
secara kualitatif terhadap mana semacam indeks objektif dapat diterpkan.
Kelompok-kelopmpok dapat dimengerti sebaik-baiknya dari sudut ciri-ciri yang
demikian dan sebaliknya ciri-ciri ini dapat dipahami dengan memandangnya
bergantian sebagai dependen atau independen. Artinya, semakin banyak kita
mengetahui tentang bagaimana suatu ciri bervariasi dengan kondisi-kondisi
terdahulu, dan bagaimana keadaan selanjutnya berubah dengan ciri ini, semakin
baik pengertian kia tentang kelompok-kelompok.
Bila besarnya kelompok bertambah,
input dari sumber juga cenderung naik, tetapi input yang potensial menjadi
besar tidak dapat berguna (tersedia)untuk pemecahan persoalan-persoalan
kelompok kecuali bila beberapa macam interaksi tertentu juga bertambah khususnya
dalam bentuk komunikasi yang mengusulkan pemacahan-pemecahanpersoalan maupun
menilai prnyataan-pernyataan yang dibuat sebelumnya.
Elaborasi
strukturil cenderung bertambah dengan kekompleksan aktifita
kelompok. Dengan penambahan ini sering efisiensi tugas dan kepuasan anggota
meningkat, tetapi ini untuk sebagian dan seluruhnya tergantung dari
bentuk-bentuk interaksi antara anggota-anggota yang di sebabkan oleh
bertambahnya kekompleks-an.
Integrasi
strukturil cenderung bertambah sebagai konsekwensi
komunikasi antara berbagai bagian mengenai kepentingan yang dimiliki bersama.
Penambahan ini cenderung menghasilkan efisiensi yang lebih tinggi. Koordinasi
yang lebih lancar antara bagian-bagian dan perluasan range orang-orang dengan
siapa terdapat persamaan kepentingan.
Konsensus
cenderung
paling tinggi bila keseragaman sikap mrupakan syarat untuk keanggotaan
kelompok,bila anggota-anggota kelompok senantiasa mempunyai
pengalaman-pengalaman serupa yang relevan
bagi sikap-sikap itu dan bila para anggota saling mmpengaruhi kearah
kesamaan sikap
Kekompakan merupakan suatu ciri
kelompok yang kompleks, di pengaruhi oleh berbagai macam keadaan dan mempunyai
konsekensi beraneka ragam dan tak ada indeks tunggal yang memuaskan untuk di
gunakan dalam pengukurannya.
Disaat kita melakukan rangkaian kegiatan kita
sehari-hari, kita harus menjalankan suatu urutan peran yang menarik perhatian.
Hanya beberapa jam saja kemungkinan kita harus berpindah antara tingkah laku
peran yang berbeda sebagai mahasiswa dan sebagainya. Keanekaragaman peran yang
harus kita lakukan mencerminkan kenyataan bahwa sistim-sistim social yang
kompleks terdiri dari berbagai subsistemseperti keluarga, kelompok
persahabatan, dan lain-lain kumpulan orang-orang yang sedikit banyak yang
terorganisir.
Pada bab ini
kita semua akan mempelajari beberapa persoalan umum yang timbul dari keharusan
untuk memenuhi tuntutan peran yang kompleks, dengan tekanan khusus pada
kenyataan bahwa orang-orang diharuskan memenuhi lebih dari satu peran. Disini
kita aka memusatkan perhatian kita pada tata hubungan antara
ketentuan-ketentuan peran yang seperti itudan pada individu yang mencoba
memenuhi bagiannya dalam tata hubungan tingkah laku. Pada bab ini kita akan
menelaah lebih jauh masing-masing dari keadaan-keadaan ini. Namun kita harus
mempunyai gambaran yang jelas tentang macam pilihan yang dibuat
individu-individu dalam pemilihan peran yang pertama.
Untung
rugi ketentuan ketentuan peran
Sekali
individu telah menjadi terbiasa kepada pola tingkah laku tertentu terhadap
orang lain, maka kita dapat mengatakan bahwa dia telah menambahkan satu peran
kepada persediaan tingkah laku-tingkah lakunya. Sesudah menjadi biasa dengan
tingkah laku ituterdapat kenyataan bahwa individu mulai melaksanakan tingkah
laku yang relavan. Untuk itu pada suatu saat sangat sekali ditentukan oleh
situasi dan kondisi yang ada.
Pertanyaan yang lebih menantang adalah yang ada
hubungannya dengan keadaan-keadaan dimana seseorang menambahkan suatu type peranan
dan bukan yang lain dalam persediaannya. Memang dalam hal ini tidak banyak
kemungkinan pilihan baginya karena peranan-peranan itu ditentukan oleh
posisi-posisinya. Namun demikian, orang-orang memang mengambil
keputusan-keputusan yang sistematis dan sering kali terulang, bahwa mereka akan
lebih suka mangambil kedudukan social yang satu daripada yang lain. Salah satu
diantaranya yang lebih penting dari keputusan-keputusan ini adalah pilihan
pekerjaan. Keputusan untuk justru memasuki pekerjaan bidang yang satu, tidak
dengan yang lainyang didaarkan pada informasi mengenai ketentuan-ketentuan
peran yang secara tipis berhubungan dengan posisi yang dipertimbangkan.
Daya tarik posisi dan peran-peran yang
berhubungan
Banyak
dari apa yang telah kita ketahui bersama mengenai pemilihan posisi-posisi
tertentu, atau dapat diterimanya peran-peran yang berhubungan dengan posisi,
kedalam mana individu terlempar tanpa memilih dan mudah dipahami. Proposisi
yang paling umum adalah tentunya bahwa sejauh mungkin yang dipilih maupun yang
diterima adalah posisi-posisi yang menyangkut tsts hubungsn peran yang
menguntungkan.
Faktor-faktor
pribadi: kemampuan-kemampuan. Disaat kita mengamati orang-orang bersibuk diri
dengan berbagai kegiatan, mereka nampaknya memilih posisi-posisi yang
memungkinkan mereka menunjukkan kemampuan-kemampuan khususnya. Terdapat
beberapa dari mekanisme yang mendasari kecenderungan ini terlihat dari suatu
penyelidikan oleh Jackson terhadap anggota-anggota staf dari badan
kesejahteraan suatu Negara. Telah diukur sampai seberapa jauh setiap orang yang
menghargai orang lain. Dengan melihat kepada sumbangan yang diberikannya kepada
arah dan tujuan dari organisasi. Setiap anggota ataupun staf juga diminta untuk
memilih dari seluruh anggota yang terdaftar. Sepuluh orang yang dianggapnya
paling berharga. Informasi yang serupa diperoleh dari kelompok-kelompok kerja
yang lebih kecil dari orang itu. Ketertarikan terhadap organisasi ditetapkan
dengan suatu skala yang disusun untuk mengukur banyaknya keuntungan yang menurut
perasaan si anggota staf diterima dengan masuknya ia kedalam kelompok itu.
Akhirnya, setiap staf memberitahu frekuensi ia mengadakan kontrk dengan setiap
anggota staf yang lain. Jika benar seseorang memperoleh keuntungan dengan
berinteraksi dengan orang lain yang mempunyai penilaian yang tinggi terhadap
sumbangannya terhadap kelompok. Maka kesimpulannya adalah bahwa ketertarikan
seseorang kepada keanggotaan kelompok itu akan semakin kuat, kalaupun ia sering
kontak dengan mereka yang mempunyai penilaian yang tinggi terhadap dirinya.
Kedua harapan itu ditegaskan bagi anggota-anggota personilorganisasi itu.
Kenyataan bahwa ketertarikan seseorang pada peran-peran dalam organisasi
tergantung dari seringnya dia berinteraksi dengan orang-orang yang sangat menghargai
sumbangan-sumbangannya dan memberikan informasi-informasi yang penting. Melihat
pada hasil-hasil seperti itu, maka menjadi sulit untuk memenyatakan bahwa
preferensi pertama untuk suatu peran akan mendorong kearah pretasi yang lebih
baik dank arena itu terdapat penilaian yang lebih tinggi dan bukan kepada
penilaian-penilaian yang lebih tinggi akan meningkatkan daya tarik suatu peran.
Keadaan ini adalah hanya karena ketertarikan individu kepada suatu peran
rupanya menunggu persetujuan yang menguntungkan dari orang lain. Ditarik
kesimpulan bahwa taraf kepuasan yang dirasakan individu sehubungan dengan suatu
peran tertentu seringkali tergantung dari macam penilaian yang diperolehnya
dalam interaksi dengan orang lain dalam suatu struktur peran.
Posisi-posisi
yang berstatus lebih tinggi yang memberikan kedudukan pada bagian yang lebih
atas dan bukan yang lebih rendah dari sejumlah maksimal tata hubungan-tata
hubungan peran dengan cara yang serupa cenderung untuk dihayati sebagai
menguntungkan dan dipilih sejauh hal itu. Seringkali ditunjukkan adanya
korelasi antara menduduki posisi yang berstatus lebih tinggi dan kepuasan yang
dinyatakan mengenai tata hubungan peran yang bersangkutan maupun kepuasan yang
lebih besar dengan kelompok yang mencakup tata hubungan-tata hubungan peran
ini. Dengan demikian umpamanya para opsir cenderung mempunyai sikap-sikap yang
lebih positif terhadap angkatn darat daripada prajurit-prajurit biasa.
Keserasian
nilai-nilai sekunder. Dimana hal-hal lain adalah sama, terdapat jumlah yang
sangat besarbukti riset yang menunjukkan bahwa orang-orang menganggap lebih
menarik posisi yang melibatkan mereka kedalam hubungan-hubungan yang erat
dengan orang-orang lain yang mempunyai selera-selera dan nilai-nilai serupa
yang tidak saja mengenai objek-objek khusus yang pokok bagisuatu posisi, tetapi
juga nilai-nilai yang serupa sehubungan dengan jumlah objek-objekyang lebih
luas. Memang sejumlah tes yang diciptakan untuk membantu orang-orang muda yang
memilih jabatan berstandar pada kenyataan bahwa pandangan tertentu yang lebi
umum sifatnya, nilai-nilai tambahan, kegemaran-kegemaran dan selera-selera yang
tidak begitu penting secara jelas menandai anggota pelbagai pengelompokan
pekerjaan. Subjek-subjek diberi penyuluhan kearah pekerjaan yang profil, nilai
dan minat-minat subjek itu.
Dibalik prosedur-prosedur diagnosis ini terdapat
asumsi-asumsi yang erat berhubungan dengan beberapa dari proposisi-proposisi
kita yang terdahulu. Seperti prinsip bahwa interaksi adalah paling
menguntungkan dari orang-orang lain yang mempunyai nilai-nilai yang sama.
Sukses tes-tes jabatan ini dalam meramalkan keserasian merupakan petunjuk
sendiri tentang pentingnya proposisi itu.
Meskipun orang-orang akan lebih merasa enak dalam posisi-posisi dimana
orang-orang lain disekitarnya mempunyai sikap-sikap yang serupa namun dapat
mengharapkan sikap-sikap yang sama tidak terlalu penting, yang mana penempatan
suatu posisi tidak secara sukarela atau dimana si pemilik tidak mempunyai
informasi sebelumnya mengenai nilai-nilai bersama itu. Dalam keadaan-keadaan
ini, orang-orang sering menunjukan kemampuan yang menyolok untuk menyesuaikan
sikap-sikap mereka kepada tuntutan-tuntutan yang berhubungan dengan peran
mereka. Akibat-akibat seperti itu sangat mengesankan dalam sejumlah peran yang
komplementer yang menyangkut sedikit saling ketergantungan yang
antagonistis.
Sebagai suatu ilustrasi mengenai peran-peran yang
demikian dapat diambil tata hubungan orang tua anak, jika si anak sedang menuju
masa-masa terakhir adolesensi. Sekalipun tetap ada unsur-unsur saling
ketergantungan yang memudahkan, yang kuat sifatnya tujuan-tujuan semakin akan
berbeda arah, karena orang tua berusaha membatasi dan melindungi anak itu,
sedangkan si anak mencari lebih banyak kebebasan dan kemerdekaan. Contoh lain
yang baik diberikan oleh hubungan-hubungan buruk pimpinan dalam organisasi
industri, dimana terdapat beberapa tujuan pokok bersama, tetapi ada juga
unsure-unsur pertentangan dan persaingan yang kuat mengenai beberapa dari
usaha. Efek dari pengambilan peran dalam merubah sikap akan terjadi paling
jelas apabila seseorang berpindah dari pihak yang satu ke pihak yang lain.
Karena sikap-sikap tentang soal pokok tertentu sifat.nya antitotis di kedua
belah pihakdari peran orang-orang yang berpindah seperti itu. Dan besar
kemungkinan orang-orang itu akan mengalami perubahan sikap yang sangat besar.
Kebanyakan mahasiswa akan menyatakan kerugian bahwa orang tua mereka pasti
telah mengalami perubahan yang demikian pula. Maka dari itu, pada umumnya suatu
taraf kesesuaian yang cukup tinggi terdapat antara ketentuan-ketentuan peran
dan kemampuan-kemampuan, sikap-sikap dan cirri-ciri kepribadian para pemegang
posisi.
Keserasian yang demikian terjadi melalui pilihan peran
yang dapat diserasikan dari sudut pandangan ini, bila posisi dapat dipilih
maupun dengan memperkembangkan lambat laun cirri-ciri individual yang lebih
sesuai dengan peran-peran dan posisi-posisi yang harus dijalankan. Untuk
sebagian karena kesesuaian yang baik antara cirri-ciri individual dan ketentuan-ketentuan
peran rupanya menuntungkan dan mendorong sipemegang peran, dan untuk sebagian
berdasarkanhal-hal yang lebih umum, telah sering dihipotesakan bahwa
kelompok-kelompok sebagai sistim peran berfungsi paling efektif apabila
kesesuaian antara orang dan posisi dapa diusahakan secara maksimal.
Dalam eksperimen yang mendemonstrasikan hal ini, smelsor,
mengukur subjek-subjek dengan sebuah skala dominan dan kemudian menugaskan
pasangan-pasangan subjek pada suatu pekerjaan koporatifberupa menjalankan dua
model kereta api. Tugas itu distruktur sedemikian rupa, sehingga pihak yang
sebelahtata hubungan peran dengan sendirinya dominant atas pihak yang sebelah
lain dalam pelaksanaan suatu pekerjaan. Kelompok-kelompok yang paling produktif
adalah kelompok yang seorang subjeknya yang dominan dan diberikan pula suatu
peran yang sangat dominan. Yang paling tidak produktif adalah kelompok-kelompok
dimana dalam menyusun pasangan dilakukan hal yang sepenuhnya terbalik. Walaupun kesesuaian individu peran seperti
itu tampaknya sangat diinginkan dalam rangka penyesuaian diri si individu
maupun dalam rangka prestasi kelompok, dalam sistim-sistim social yang lebih
besar derajat kesesuaian ini hanya tercapai secara tidak sempurna.
Ketentuan-ketentuan
peran yang inedekwat
Sampai
sekian jauh telah kita asumsikan bahwa orang-orang tidak mengalmi kesulitan
untuk mengetahui apa yang diharapkan dari mereka bila mereka bersibuk diri
dalam tingkah laku berperan. Tetapi tidak selalu demikian. Ketentuan-ketentuan
peran yang mencakup sejumlah besar macam tingkah laku yang berbeda-beda, juga
dalam bagian-bagian kecil dari perinciannya. Bila ketentuan-ketenutuan peran
mencakup sejumlah besar kemungkinan secara terperinci, maka kita dapat
mengatakan, bahwa ketentuan-ketentuan peran itu sangat berstruktur.
Ketentuan-ketentuan yang jelas gambling juga berlaku dalam upacara-upacara yang
formil seperti acara perkawinan, pemakaman atau yang lainnya. Tidak banyak
situasi yangmenyangkut ketentuan-ketentuan peran yang berstruktur begitu jauh seperti
ketentuan-ketentuan sekitar kerja sama dalam kelompok. Hubungan-hubungan peran
yang menyangkut tokoh-tokoh seperti ketua dan penulisbiasanya dibatasi secara
lebih jelas, tetapi seklipun demikian ketentuan-ketentuan tetap samara-samar.
Tujuan dari system tanda-tanda yang formil seperti
peraturan-peraturan parlemen dan sejumlah peraturan tambahan adalah untuk lebih
menjelaskan bagaimana seseorang harus berlaku dalam situasi-situasi seperti
itu. Namun peraturan-peraturan dasar ini tidak dapat mencakup setiap situasi
yang mungkin timbul dan ketua-ketua panitia sering merasa perlu untuk
berimprovisasi. Yang paling tidak terstruktur adalah ketentuan-ketentuan peran
yang mengatur interaksi informal yang mana tidak ada tugas khusus yang harus
diselesaikan, seperti bila seseorang berinteraksi dengan orang lan. Ini bukan
berarti bahwa sepenuhnya ada kelulasaan dalam memilih tingkah laku dalam
hubungan-hubungan informal.
Menanggulangi ketentuan-ketentuan peran
yang tidak tegas.
Apakah
hal seperti itu yang menentukan pilihan seseorang dari tingkah laku-tingkah
laku yang tersediadalam situasi-situasi yang sangat kabur? Percobaan untuk
memberikan jawaban yang konsisten dengan banyak bukti klinis dan beberapa bukti
eksperimentil sbb:
Bila
seseorang mersakan sesuatu mengenai tingkah laku perannya, ia akan cenderung
akan memberika respon dengan tingkah laku apasaja, yang menuntut dugaannya akan
merupakan kombinasi terbaik dari kepuasan motif pribadi yang maksimal dengan
ketidakpastian respon dari orang lain. Dengan kata lain, semakin kuat ia
terdorong untuk melakukan sesuatu hal akan terpengaruh oleh ketidakpastian
respon-respon orang lain terhadap dirinya.
Kelebihan
muatan peran
Kebalikan
yang ekstrim dari kurangnya hal-hal yang terlihat mengenai ketentuan-ketentuan
peran yang dapat mengganggu individu dalam beberapa situasi, terdapat saat-saat
dimana bahan dari keharusan peran yang harus menjadi terlalu berat baginya
untuk memenuhinya. Kelebuhan muatan peran seperti itu nampaknya merupakan
kesulitan yang selalu ada dalam kebanyakan organisasi formil yang terarah pada
tugas. Setiap posisi formil dalam organisasi seperti itu mempunyai beberapa
hubungan terperinci dengan posisi-posisi lain diatas, di bawah maupun sejajar
dalam hirarki. Orang yang menduduki posisi seperti itu, dengan demikian
mempunyai hubungan-hubungan peran dengan berbagai orang lain disekitarnya dan
hubungan-hubungan ini menyangkut terutama sejumlah harapan-harapan tentang
pekerjaan-pekerjaan yang harus diselesaikan. Harapan-harapan seperti itu dari setiap
orang lain dalam suau pekerjaan yang ada sangkut pautnya.dan dapat dengan mudah
ditangkap sebagai tekanan peran. Apabila sebagian besar posisi dalam
lingkungannya bertemu dengan si individu pada waktu yang bersamaan untuk
bertingkah laku.sangat mungkin ia akan mengalami kesulitan untuk menghadapi
semua tuntutan-tuntutan itu.
Konflik
peran
Terdapat
banyak sebab-seba mengapa untuk tata hubungan peran yang diharapkan untuk
dipertahankan oleh seseorang dapat menjadi sumber konflik bagi orang itu. Yang
paling jelas mungkin adalah hubungan yang sederhana dan yang tidak
diinginkan.seorang pelayan tidak ingin tunduk kepada majikannyaataupun seorang
anak yang enggan berlaku sopan terhadap orang lebih tua darinya.konflik yang
demikian, pada prinsipnya tidak berbeda daripada dia harus melakukannya dan
sebenarnya merupakan persoalan psikologi individu.
Orang
marjinal
Bilamana
seseorang memeunyai keanggotaan dalam berbagai kelompok yang norma-normanya
saling bertentangan secara berarti, ia dapa merasakan tidak mungkin untuk
dianggap atau untuk menganggap dirinya sebagai seorang anggota penuh dari
masing-masing kelompok. Didalam masyarakat yang belum lama ini selang berapa
lama asal usulheterogen seperti masyarakat kita terdapat banyak sumber
marjinalitas kita yang mungkin bisa diterima oleh pihak manapun.
Keanggotaan
rangkap dalam masyarakat dan dalam kelompok-kelompok yang dapat dibedakan dalam
masyarakat itu.
Keanggotaan dalam kelompok-kelompok
rasial. Dalam negeri ini terdapat banyak kelompok minoritas yang anggota-anggotanya
belum tentu menduduki suatu posisi marjinal.
Keanggotaan
dalam kelompok-kelompok yang berlaku Non-Konform. Sudah sejak lama diketahui
bahwa sebagian besar pria-pria muda teristimewa dikota-kota yang telah dihukum
karena perbuatan criminal adalah anggota-anggota kelompokyang biasanya dikenal
sebagai gank, norma-norma mereka mendukung tingkah laku yang dianggap sebagai
pelanggaran oleh anggota masyarakat lainnya. Sesungguhnya, telah ditunjukkan
bahwa banyak kelompok yang keseluruhannya cara hidup yang mengandung banyak
unsure-unsur dari suatu kebudayaan yang berdiri sendiri.
Memperkecil
konflik peran
Melihat
keanekaragamn macam tuntutan-tuntutan peran yang masing-masing kita hadapi.
Kita mungkin akan bertanya-tanya apa sebabnya bahwa krbanyakan dari kita
biasanya cukup berhasil untuk menghindarkan konflik yang besar seklipun kita
terlibat dalam banyak macam tata hubungan tata hubungan peran yang sangat
berbeda-beda. Kenyataan bahwa seseorang menyatakan sesuatu secara baik tidak
perlu berarti. Tentunya kita akan memahami bagaimana ia melakukannya. Dan oleh
karena itu kita berpaling kepada pemeriksan kondisi-kondisi yang mana dari
tuntutan-tuntutan peran yang secara potensil saling bertentangan saling
diperkecil secara paling berhasil.
Harapan-harapan
bersama dari tata hubungan-tata hubungan peran yang berbeda-beda.
Dalam masyarakat, kita sebagai seorang lelaki dapat hidup
dalam satu rumah tangga yang mencakup istri dan anak-anak.ketentuan-ketentuan
perannya untuk beberapa tata hubungan ini agak berlainan dan beberapa
daripadanya jadi ayah dan suami. Misalnya, terdapat perbedaan. Meskipun
peristiwa-peristiwa konflik anatara tata hubungan-tata hubungan ini memang
terjadi pada relative sedikit orng dalam masyarakat kita mengalami konflik yang
hebat atau berlarut-larut apabila mereka menjalankan peran keluarga yang
berlainan ini secra cepat berurutan. Dengan demikian, maka prinsip umum adalah
sejauh seorang memiliki bersama dengan pelbagai partner peran harapan-harapan
normatife mengenai tata hubungan-tata hubungan perannya sebdiri dengan mereka
yang berbeda-beda dengan kenyataan bahwa tata hubungan-tata hubungan tingkah
laku berbeda-beda tidak akan merupakan sumber konflik baginya.
Pergaulan yang pilih bulu dan pengasingan
sebagai akibatnya
Mungkin
kita kenal beberapa orang yang jelas mengikuti norma-norma yang berlaku dalam
masyarakat kita mengenai demokrasi, hidup bertetangga dan menghormai
nilai-nilai orang lain tetapi hanya terhadap orang-orang tertentu dengan tidak
mengikutsertakan kelas, kelompok-kelompok etmis atau kelompok-kelompok rasial
tertentu mungkin orang-orang yang seperti itu adalah anggota yang bangga dari
suatu kelompok agama yang menekankan pada ajaran-ajaran tentang pesaudaraan
manusia-manusia. Meskipun pembedaan antara kategori-kategori orang-orang yang
berlainan mungkin tampaknya inkonsisten bagi orang lain. Orang-orang seperti
itu sering tidak menunjukkan tanda-tanda konflik dalam mempertahankan tata
hubungan-tata hubungan peran yang sangat berbeda-beda katakanlah misalnya orang-orang
negro terhadap orang-orang berkulit putih.
Efek-efek yang mengasingkan diri
rintangan-rintangan antara kelas-kelas social.
Jika
dalam suatu masyarakat dibuat pembedaan-pembedaan yang cenderung untuk tidak
hanya membeda-bedakan antara orang-orang dan kelompok-kelompok dari sudut taraf
hirarki, tetapi juga memisahkan mereka satu sama lain. Ada dugaan bahwa kita
akan menemukan bahwa pembedaan-pembedaan kelas seperti itu aka berpengaruh
terhadap sifat konflik-konflik peran dalam masyarkat itu.
Persoalan-persoalan
adaptasi peran timbul ketika seseorang dihadapkan kepada ketentuan-ketentuan
peran yang secra pribadi tidak disukainya, apabila sifat tuntutan-tuntutan itu
atau tidak jelas baginya atau terlalu kompleks dan membebani secara terlalu
berat dan apabila kumpulan-kumpulan tuntutan yang berbeda-beda saling
bertentangan. Konflik aktuil antara berbagai ketentuan peran yang berbeda-beda
dapat timbul dari tuntutan-tuntutan yang saling bertentangan pada
anggota-anggota yang berbeda-beda dari satu kelompok yang mana seseorang
menjadi anggota, tetapi konflik yang berat dan terus berlangsung. Keanggotaan
rangkap dalam masyarakat luas dan dalam kelompok yang lebih kecil yang sulit
untuk di hindarkan dapat mempunyai konsekwensi yang serupa. Sifat keanggotaan
rangkap seperti itu berbeda dari sifat-sifat marjinalitas.
BAB 14
KONFLIK ANTAR KELOMPOK
Bab ini kiat akan membahas pelbagai sikap yang
dimiliki, terutama yang mengutarakan antagonisme, prasangka, dan prasangka
etnis, mengenai hal mana terdapat relatif banyak data riset.
Dan sebagai cara lebih lanjut untuk
mendapatkanpengertian mengenai kedudukan interaksi dalam konflik antar
kelompok, kita akan membahs beberapa cara bagaiman rasa permusuhan akan dapat
dikurangi.
Istilah “prasangka” kadang – kadang digunakan untuk
menyatakan setiap jenis pendapat aprisiasi. Hal ini akan membayangkan bahwa
kita semua mempunyai prasangka yang menguntungkan terhadap kawan. Prasangka
adalah sikap yang tak baik dan dapat dianggap sebagai suatu predisposi untuk
mempresepsi, berpikir, merasa dan berindak dengan cara - cara yang “menentang”
atau “menjauhi” dan bukan “menyokong” atau “mendekati” orang – orang lain,
terutama sebagai anggota – anggota kelompok – kelompok.
Sikap – sikap prasangka terhadap orang – orag lain
berbeda dengan sikap – sikap yang menyukai dalam dua hal pokok : sikap – sikap
itu menyangkurt kecenderungan untuk menjauhi orang dengan mengambil jarak, dan
tidak berhubungan erat dengan mereka, dan kecendurungan untuk merugikan, dan
tidak membantu mereka.
Prasangka kelompok diperoleh oleh individu –
individu selama interaksinya dengan orang lain. Satu dari hanya beberapa
generalisasi yang dapat dibuat mengenai “sifat manusia” adalah bahwa manusia
normal sanggup belajar belajar dari lingkungannya. Kesanggupan dasar ini tak
mempunyai arah tertentu proses belajar yang “macam – macam mana” yang akan
terjadi adalah terutama persoalan lingkungan. Apapun juga kecenderungan –
kecenderungan seseorang untuk merasa bermusuhan padumumnya, ia tidak
mengarahkan rasa permusuhannya terhadap suatu kelompok atau orang tertentu,
sampai ia belajar untuk melakukan hal itu, sebagaimana akan kita duga melihat
bahwa motif – motif dan sikap – sikap adalah hal – hal yang diperoleh sesorang.
Sekiranya belajar merupakan dasar dari prasangka, maka
dapat kita harapkan untuk menemukan suatu proses pengajarn yang cukup
sistematis yang bekerja dalam kelompok – kelompok dimana biasa terdapat
prasangka.
Telah ditemukan dalam berbagai dalam berbagai
penelitian bahwa anak – anak yag dibesarkan dalam suatu kebudayaan tertentu
biasanya sedikit sekali mengembangkan prasangka – prasangka terhadap kelompok –
kelompok khusus tertentu, sedang anak – anak dalam masyarakat lain biasanya
mengembangkan banyak prasangka terhadap kelompok – kelompok tertentu. Walaupun
semua anak – anak memiliki kesanggupan untuk mengembangkan prasangka, ada di
antara mereka yang memperolehnya lebih gampang daripada yang lain dan semua
harus belajar untuk memilih kelompok manakah yang dijadikan sasaran.
v PROSES – PROSES BELAJAR MEMBUAT
PEMBEDAAN – PEMBEDAAN
Jika prasangka biasanya berhubungan
dengan mengadakan pembedaan – pembedaan antara berbagai kelompok orang, memang
inilah yang akan kita harapkan terjadi. Orang – orang yang berrasangka rupanya
lebih awas dan waspada terhadap rangsang – rangsang yang memungkinkannya
mengenal perbedaan – perbedaan itu. orang yang berprasangka memiliki sekumpulan
jawaban – jawaban yang dapat digunakannya dalam mempertahankan dirinya. Dan
jika orang – orang Negro melakukan kejahatan dalam mass media disebut orang
Negro sedang orang kulit putih yang melkukan kejahatan tidak disebut sebagai
orang kulit putih, maka ini mendorong terjadinya semacam presepsi selektif yang
berpengaruh merugikan orang Negro.
Mungkin salah satu cara yang paling
efektif dalam menekankan dengan kuat perbedaan – perbedaan etnis kepada
perhatian anak – anak, adalah dengan menerapkan standar dobel dalam menentukan
apakah yang mrupakan tingkah laku yang patut terhadap orang – orang lain.
Tindakan – tindakan prasangka dipermudah dengan juga belajar bahwa “orang luar”
dapat diperlakukan, tanpa dicela, dengan cara – cara yang akan membawa hukuman
bila dilakukan – terhadap anggota – anggota kelompok sendiri. Orang – orang
luaran, dengan demikian menjadi sasaran – sasaran yang relatif aman untuk
tingkah laku berprasangka.
Prasangka
terhadap kelompok orang luar yag dimiliki bersama oleh anggota-anggota
Prasangka dipelajari secara typis
melalui proses interaksi dengan anggota – anggota kelompok sendiri; karena
akhirnya disinilah tempat sebagian besar interaksi.
v NORMA – NORMA YANG LAZIM DI AMERIKA
MENGENAI KELOMPOK – KELOMPOK ETNIS
Preferensi orang – orang Amerika
kepada berbbagai kelompok etnis yang dinyatakan dalam kecenderungan rata –
rata, snagat luas dan stabil. Tidak saja preferensi – preferensi itu hanya
berbeda sedikit secara goegrafis tetapi juga hanya sedikit mengalami perubahan
– perubahan selama jangka waktu yang panjang.
Lepas dari kenyataan ini bahwa tiap kelompok
tertentu cenderung untuk menempatkan kelompoknya sendiri di tempat yang
teratas, anggota – anggota berbagai kelompok etnis cenderung untuk meletakkan
kelompok – kelompok lain dalam urutan yang sama.
Pastilah ada
alasan untuk kestabilan ini dalam sikap yang terhadap orang –orang lain. Hal
ini mumgkin memberikan kesan bahwa mungkin terdapat ekunpulan norma – norma
kelompok yang tersebar luas, yang menyebabkan terdapatnya jawaban – jawaban
yang sangat serupa dari suatu kelompok ke kelompok lain – kecuali tentunya,
bila suatu kelompok menggambarkan kedudukannya sendiri.
Salah satu alasan mrngapa urutan preferansi bagi
berbagai kelompok etnis di A,erika demikian dekat kepada ukuran yang biasa
adalah karena terdapat urutan yang sedikit banyak sesuai dalam hak – hak
istimewa. Kekurangan seperti kelompok yang mempunyai hak – hak istimewa yang
lebih banyak serig mendorong orang untuk, sedikitnya untuk sebagian, merasa
malu atas keanggotaan dalam kelompoknya sendiri dan tertarik pada simbol –
simbol yang dihubungkan dengan kelompok – kelompom dimana mereka tidak bisa
menjadi anggota.
v HUBUNGAN PRIBADI SEBAGAI SUATU
FAKTOR DALAM PRASANGKA
Kita umumnya ingin merasa bahwa kita
telah memperkembangkan sikap – sikap kita secara tidak tergantung dari orang –
orang lain. Orang – orang yang berprasangka tidak terkcuali, dan mereka enggan
untuk menerima bahwa mereka hany mencerminkan sikap – sikap orang lain bila
mereka mnekankan perbedaan – perbedaan antara kelompok – kelompok etnis.
Salah satu alasan untuk menyangsikan pentingnya
pengalaman – pengalaman pribadi sebagai sumber utama prasangka, adalah
kenyataan bhawa derajat prasangka terhadap berbagai kelompok itu tidak
berkorelasi dengan kesempatan bagi mereka melakukan kontak.
Alasan lain untuk menyangsikan bahwa perlu adanya
kontak pribadi untk timbunya prasangka, didasarkan atas kenyataan bahwa orang
memiliki presepsi selektif dan ingatan – ingatan selektif. Sesorang cenderung
lebih memperhatikan dan mengingat kontak – kontak dengan seorang individu, yang
memperkuat prasangka yang telah ada pada dirinya.
Alasan ketiga untuk menyangka bahwa kontak pribadi
bukan unsur utama dalam terbentuknya prasangka adalah bahwa, orang orang yang
berprasangka terhadap suatu kelompok minorits, ada kecendurungan untuk
berprasangka pula terhadap kelompok minoritas lain. Kontak dengan anggota
kelompok minorits bukanlah biasanya menjadi dasar prasangka.
v SIFAT – SIFAT YANG TAK DIINGINI
SEBAGAI DASAR YANG DIKEMUKAKAN BAGI PRASANGKA
Meskipun telah kita tunjukkan bahwa
kontak pribadi biasanya bukanlah suatu faktor penting dalam terbentuknya
prasangka, kita telah menghindari pertanyaan apakah mungkin yang terdapat
sedikit kebenaran dalam berbagai pendapat. Seorang yang berprasangka juga akan
mudah lupa bahwa lingkungan kelompok tertentu yang tak disukainya , mungkin
dibatasi oleh tekanan – tekanan dari anggota – anggota kelompoknya sendiri.
Dalam konteks – konteks norma –
norma kelompok, orang yang berprasangka belajar untuk memakai brbagai perbedaan
antara kelompoknya sendiri dengan kelompok lain.
v PRASANGKA YANG TERCAKUP DALAM
KETENTUAN – KETENTUAN PERAN
Pandangan – pandangan semacam ini
menunjukkan suatu sumber utama prasangka terhadap kelompok – kelompok : dengan
beberapa kekecualian tertentu, yang akan dibahas nanti, umumnya prasangka
terhadap kelompok lain terdapat pada sebagaian besar anggota – anggota kelompok
sendiri. Norma – norma kelompok menuntut agar anggotanya mempertahankan tata
hubungan yang menghindari atau bahkan secara terang – terangan memusuhi anggota
– anggota kelompok orang luar itu.
Variabel2
kepribadian mempengaruhi kerentanan terhadap prasangka
Walaupu norma –
norma sangat penting, tidaklah selalu mungkin untuk meramalkan sikap seseorang
terhadap suatu kelompok etnis hanya dengan mengetahui kelompok dimana ia
menjadi anggota.
v SIKAP – SIKAP SERBA OTORITER SEBGAI
SUATU CIRI YANG MERESAPI SELURUH KEPRIBADIAN
Kepribadian otoriter adalah
seseorang lebih dapat menerima ideologi – ideologi yang paling cocok dengan
struktur – struktur kepribadiannya secara keseluruhan.
Jika seseorang sangat mudah menerima
ideolog – ideologi, maka mungkin hal tersebut merupakan ekspresi dari ciri –
ciri yang meresapi seluruh kepribadiannya dan menyebabkan predisposisi pada
dirinya untuk memperkembangkan sifat – sikap prasangka.
Khas bagi penelitian yang kemudian
yang mencoba menghubungkan kecenderugan otoriter dengan cara – cara mendidik
anak, adalah penelitian oleh Hart (1957).
Asumsi dari kepribadian otoriter adalah orang yang
sangat otoriter adalah orang – orang yang telah memperoleh pengawasan ketat
dari orang tua mereka. Diwaktu kanak – kanaknya mereka telah belajar terhadap
kontrol otoriter.
Saling
pengaruh mempengaruhi antara kepribadian dan norma – norma kelompok
Keanggotaan dalam suatu sektor
masyarakat yang norma – normanya mengharuskan prasangka terhadap kelompok –
kelompok tertentu, dan suatu sifat serta otoriter yang kuat.
Sifat serba otoriter maupun
kenormatifan sendiri –sendiri, sudah cukup untuk mengnembangkan prasangka,
tanpa hal tersebut merupakan kondisi yang perlu untuk itu.
Jika ada salah sau di antara
beberapa ciri sifat otoriter merupakan suatu yang sentral bagi ciri – ciri yang
lain, maka ciri – ciri itu adalh gabungan dari sifat tunduk pada kekuasaan dan
otoritas.
Norma – norma dengan demikian
menyediakan sasaran – sarsaran bagi prasangka, sedang sifat serta otoriter
menyediakan dinamika intensitas yang ekstrim.
1. Perbandingan
antara berbagai masyarakat menunjukkan bahwa masyrakat yang berbeda dalam
derajat prasangka terhadap kelompok yang sama mungkin saja tidak berbeda dalam
taraf umu sifat serta otoriter.
2. Perbandingan
– perbandingan pada anggota – anggota perorangan suatu masyarakat yang sama
yang norma – normanya tidak mengharuskan sikap – sikap anti etnis yang ekstrim.
3. Orang
– orang yang tidak saja menjadi anggota kelompok mayoritas, tetapi juga anggota
minoritas memiliki bersama norma – norma kelompok mayoritas terhadap kelompok
minoritas mereka sendiri.
4. Akhirnya
kemungkinan berprasangka tidak mengikuti derajat hubungan langsung dengan
anggota kelompok yang dihadapi dengan prasangka.
v PERMUSUHAN
ANTARA KELOMPOK – KELOMPOK
Permusuhaomun
yang terbuka seperti semua jenis tingkah laku lain yang dapat diobservir,
biasanya timbul dari sikap – sikap yang sudah ada sebelumnya. Walaupun
prasangka sudah dimiliki, tetapi ia lebih mungkin akan membawa pada tingkah
laku bermusuhan, dalam beberapa kondisi tertentu, daripada dalam kondisi –
kondisi lain.
Pembentukan
dan dipertahankannya rintangna-rintangan terhadap komunikasi
Sikap – sikap bermusuhan
terhadap seseorang bila telah berkembang, kemungkinan akan bertahan sampai
pengalaman selanjutnyamenjadi akan kesempatan untuk terjadinya perubahan sikap.
v RINTANGAN – RINTANGAN UNTUK
BERHUBUNGAN
Pergaulan yang terbatas hampir
selalu mengakibatkan terbatasnya komunikasi, dan kalau rintangan – rintangan
untuk berhubungan diadakan karena adanya permusuhan, maka rintangna – rintangan
ini akan melanjutgkan bahkan menambah intensitas perasaan – perasaan
permusuhan.
Tetapi segregasi bukanlah hanya soal
suatu sistim yang melnagsungkan diri sendiri karena tidak adanya integrasi
dengan orang lain. Pertentangn kelompok juga harus dipandang dari sudut hal –
hal yang dilakukan orang – orang dan alasan – alasan mengapa mereka
melakukannya. Selama anggota masing – masing kelompok sama – sama memiliki
sikap yang menganggap kelompok lain adalah sumber ancaman, mereka cenderung
untuk menutup diri mereka terhadap kelompok lainnya dengan berbagai bentuk
segregasi.
v RINTANGAN – RINTANGAN TERHADAP
SALING PENGERTIAN
Komunikasi dapat terbatas walaupun
tidak ada segregasi, dalam hal yang demikian dapat dikatakan terhadap rintangan
– rintangna psikologis terhadap kamunikasi.
v PRINSIP – PRINSIP YANG BERHUBUNGAN
DENGAN RINTANGAN UNTUK BERKOMUNIKASI
Pada umumnya semakin anggota suatu
kelompok melihat tingkah laku anggota – anggota kelompok lain sebagai
bermusuhan semakin besar pembtasan komunikasi antara mereka. Kelompok –
kelompok di antara mana terdapat makin sedikit kounikasi cenderung untuk makin
lama makin berbeda satu sama lainnya, dan karena makin berbeda, norma – norma
mereka masing – masing akan makin berbeda arah pula.
Prinsip – prinsip umum yang kedua
berhubungna dengan efek – efek dari pembatasan komunikasi. Yang pokok tidaklah
bahwa kmunikasi yang terbatas akan menimbulkan permusuhan, juga bukan bahwa
komunikasi yang terbatas akan menimbulkan permusuhan, juga bukan bhawa seringnya
berkomunikasi akan merubha sikap – sikap perfmusuhan
Kekerasan
sebagaia akibat dari saling berprasangka
Kalau norma – norma yang berbeda
mendukung adanaya prasangka antara dua kelompok, insiden – insiden terbuka
kadang – kadang terjadi dan menarik perhatian umum kepada pertentangan itu.
v NORMA – NORMA KELOMPOK SEBAGAI
FAKTOR KUNCI DALAM TINDAKAN KEKERASAN
Dalam kejadian yang baru
digambarakan, tidak ada alasan lain yang diperlukan untuk menginterpretasikan
tangis anak gadis berumur tujuh tahun sebgaia respons terhadap percobaan.
Tiap susunaan norma – norma yang
melihatkan tindakan kekerasan mempunyai susunan determinan – determinan yang
mempunyai sejarahnya sendiri, yang membenarfkan penghukumna dalam rangka norma
– norma ynag dimiliki bersama.
v DASAR UNTUK TURUT SERTA DALAM SUATU
TINDAKAN
Peserta yang sebenarnya dalam suatu
lynching bukanlah suatu sampel yang representatif dari orang – orang yang
memiliki bersama norma – norma ini sebetulnya.
Kenyataan bahwa tidak semua orang
ikut serta memungkinkan untuk membedakan antara dua jenis tipe – tipe lynching
yang ekstrim.
Lynching tipe proletariat biasany
terjadi di daerah dimana orang Negro adalah jelas minoritas; di mana persaingan
tajam antara Negro dengan orang kulit putih miskin, dan di mana tujuannya dalah
menghukum ras dan bukan individu.
Jelas dalam dua tipe lynching yang
berbeda ini, tipe orang – oarng yang turut ambil dalam peran di dalamnya. Tidak
semua warga kota yang baik dalam suatu masyarakat ikut berperan dalam suatu
gerombolan lynching
“Bourbon” dan tidak pula semaua orang yang kurang bertanggung jawab turut dalam lynching tipe proletariat.
“Bourbon” dan tidak pula semaua orang yang kurang bertanggung jawab turut dalam lynching tipe proletariat.
v FAKTOR – FAKTOR YANG MEMUDAHKAN
KEKERASAN
Peserta lynching jarang melaksanakan
tindakan mereka dengan sikap dingin dan tenang, sebagaimana mungkin keadaaannya
bila mengejar seseorang yang lari dari penjara.
Proses yang prtama adalah ketegangan
yang meningkat. Terdapat bentuk interaksi sosial yang seperti spiral dalam arti
bhawa maisng – masing peserta gerombolan mendapat rangsangan yang terus meningkat
dari peserta – peserta gerombolan lainnya, yang telah kita namakan fasilitas
sosial.
Proses kedua yang menyertai
peningkatan ketegangan ini adalah penyempitan presepsi, tanpa proses mana
keganasan tak akan terjadi. Mengundung – ngundug tubuh manusia, tidak dapat
diizinkan oleh aturan – aturan kehidupan biasa mengenai tingkah laku yang
sopan.
Sebagai kesimpulan, dalam kondisi -
kondisi tertentu, pada individu – individu itu terdapat penuturan ambang –
ambang tingkah laku kekerasan. Kondisi – kondisi itu meliputi (1) suatu keadaan
dimana korban keganasan itu menjadi anggota. (2) suatu situasi sesaat yang
bertindak meningkatkan rasa terancam yang sudah ada yang disebabkan oleh
kelompok lain itu. (3) penegasan situasi sesaat sebagai situasai yang membenarkan
penggunaan sejumlah norma – orma. (4) bertambahnya sifat mudah terangsang yang
diekspresikan dalam tingkah laku dengan cara – cara yang dikuasai.
v PENGURANGAN
PERTENTANGAN KELOMPOK
Sebenarnya penelotian terhadap cara
– cara proses – proses itu berkembang membayangkan bahwa mungkin terdapat titik
– titik masuk dimana ada kemungkinan untuk “memutuskan lingkaran setan” itu.
suatu program yang efektif harus mengenali akar – akar prasangka dan menjangkau
jauh dalam usaha menghadapinya.
Pengurangan
kepekaan pribadi terhadap rasa permusuhan
Pada taraf psikologis, individu –
individu yang mengalami frustrasi oleh rasa kehilangan, dan yang mencari
seseorang untuk disalahkan merupakan calon – calon untuk menjadi orang yang
berprasangka. Bila mereka memilih jenis – jenis kelompok yang belakangan ini
sebagai sasaran yang dipersalahkan, dan jika demikian, kelompok – kelompok ini
akan dipandang sebagai sumber – ssumber ancaman.
Sejauh proses – proses ini menyokong
perkembangan prasangka, tiap program yang dapat mengurangi rasa kehilangan atau
kekurangan yang umum dirasakan dalam suatu masyarakat, seharusnya membantu
menghilangkan sumber prasangka ini. Salah satu kemungkinan itu adalah melalui
perbaikan kurang keadaan ekonomi.
Meskipun gambaran – gambaran di muka
ini menunjukkan kemungkinan pengaruh faktor – faktor ekonomi dalam pertentangan
– pertentangna antar kelompok, suatu pemeriksaan yang lebih langsung mnegenai
hubungan ini diberikan oleh suatu analisa oleh Bettelheim dan Janowitz (1950).
Bukti – bukti lain yang didaptkan mereka adalah bahwa veteran – veteran yang
bergerak menurun, sebagai satu kelompok memnag telah mempunyai riwayat pernah
“skit hati” sedang yang bergerak naik tidak.
Walaupun demikian namun kelihatannya
memang mungkin, bahwa seorang akan kurang peka terhadap perkembangan prasangka
bila perubahan – perubahan status ekonominya bergerak ke arah yang
menguntungkan.
Merubah
praktek – praktek yang mempertahankan prasangka
Di antara proses – proses interaksi
yang menyebabkan prasangka yang ada dipertahankan adalah praktetk – praktek
diskriminasi terhadap kelompok – kelompok tertentu, bersama – sam dengan apa
yang terlihat sehari – hari bahwa praktek – praktek itu didukung oleh norfma –
norma kelompok. Meskipun memnag benar bhawa suatu undang – undang yang
menyatakan bahwa sikap – sikap berprasangka selanjutnya terlarang, tidak akan
efektif, pernyataan Summer kelihatannya merupakan fakta yang sangat penting
bahwa praktek – praktek tindakan seprti segregasi merupakan juga sumber, selain
merupakan akibat prasangka. Undang – undang efektif dalam mengurangi bentuk –
bentuk diskriminasi yang jelas terlihat. Jadi prubahan tingkah laku melalui
undang – undang dapat mengurangi kemungkinan bhawa pada generasi anak – anak
yang berikutnya akan mengembangkan sikap – sikap berprasangka.
Adanya undang – undang anti
diskriminasi itu sendiri juga dapat mempengaruhi sikap – sikap orang dewasa
dalam jangka waktu yang cukup singkat.
Meskipun ia membahas terutama
mengenai keputusan dalam pengelolaan, bukan oleh undang – undang, suatu
penelitian oleh Saenger dan Gilbert (1950) membayangkan akibat – akibat yang
serupa dalam pemaksaan perubahan. Pada pokoknya, sikap banyak orang
berprasangka, berkurang bahkan menghilang dengan berkurangnya praktek – praktek
diskriminasi yang terlihat, yang tadinya bertindak mengingatkan mereka pada
perbedaan – perbedaan etnis, dan pada wkatu yang sam memprtahankan dan
mendukung prasangka mereka.
Proses – proses psikologis dari
perubahan sikap pada orang – orang yang konform, bagaimana pastinya pun, ketika
mereka melihat bahwa peratauran sudah berubah mungkin sering meliputi proses –
proses yang digambarkan oleh Festinger (1957) sebagai mengurangi disonansi.
Merubah
norma – norma kelompok melalui partisipasi bersama
Tiap progra untuk mengrangi
prasangka golongan, harus didasarkan pada prngakuan bahwa prasangka didukung
oleh norma – norma kelompok. Orang – orang yang mempunyai perjatian pada
program – program seperti itu, selanjutnya harus ingat bhawa dalam hal ini
paling sedikit tersangkut dua set norma kelompok. Jadi tak dapt terjadi
perubahan secara besar pada set norma ynag satu bila set lainnya tidak berubah
sama sekali.
Dengan partisipasi bersama dalam
aktifitas – aktofitas yang diarahkan pada tujuan – tujuan bersama, anggota –
anggota masing – masing kelompok berinteraksi dengan anggota – anggota kelompok
yang baru dengan cara – cara yang saling menguntungkan. Baik kesempatan
berinteraksi maupun pengalam partisipasi bersama, merupakan syarat – sayarat
yang diperlukan untuk merubah norma masing – masing kelompok.
Pada saat yang sama, anggota msing –
masing kelompok mendapat kesempatan untuk memgamatai bhawa norma kelompok
lainnya sedang berubah. Jadi perubahan norma masing – masing kelompok sejajar
dengan pengamanan bahwa norma kelompok lainnya juga sedang berubah. Kedua macam
perubahan itu dimungkinkan oleh partisipasi bersama.
Aspek terpenting dalam semua
perubahan ini, dari titik pandangan petentangan yang berkurang terletak bukan
hanya pada kenyataan bahwa norma dan presepsi atas norma – norma kelompok lain
telah berubah, melainkan pada arah perubahan itu.
BAB 15
MENCAPAI
TUJUAN-TUJUAN KELOMPOK
Tujan dari pada bab ini adalah untuk menunjukkan
bekerjanya proses – proses interaksi dalam kelompok dalam kelompok – kelompok
di mana anggota anggotanya berinteraksi
dngan maksud mencapai sesuatu tujuan bersama. Tidak dapat sepenuhnya bahwa
kelompok yakin bahwa dalam keadaan demikian anggota – anggota kelompok
bertindak sebagai anggota kelompok. Dan tidak hanya individu yang kebetulan berada
ditempat yang sama dalam waktu bersamaan.
Kita akan mulai membandingkan cara cara bagaimana
anggota kelompok bekerja mencapai tujuan
bersama dengan cara cara bagaimana individu mengarahkan kegiatan
kegiatan kepada tujuan tujuan individu. Pencapaian tujuan sebagaiman juga ciri
ciri pribadi proses pencapaian tujuan akan mempengaruhi. Dan ditunjukkan
bagaiman kekompakan itu dipengaruhi maupun mempengaruhi oleh proses interaksi
yang mengarah satu tujuan.
v PROSES-PROSES
INTERAKSI DALAM PEMECAHAN PERSOALAN DALAM KELOMPOK.
Ternyata bahwa, hampir sejak awal psikologi sosial
{cf. Trip-lett, 1897, hal 21-22), telah diadakan penyelidikan – penyelidikan
exsperimentil mengenai efekivitasrelatif dari individu – inividu dan kelompok –
kelompok yang mengajarkan persoalan – persoalan yang sama atau sebanding
Karena dalam eksperiman – eksperiman itu telah
diadakan perlengkapan – perlengkapan yang luas sehubungan dengan tujuan –
tujuan kelompok, maka kita terutama akan mengambil contoh dari type eksperimen
– eksperimen yang disebut terakhir
Tidak sukar untuk memikirkan alasan – alasan mengapa
beberapa cjenis persoalan lebih mudah di pecahkan oleh beberapa orang yang
bekerja – sama daripada oleh hanya ssatu orang.ada tugas – tugas yang demikian
rumitnya sehingga cara yang paling efisien untuk mengerjakannya ialah dengan
membagi – bagi tugas khusu kepada orang –orang yang berbeda – beda ; tugas –
tugas lainnya memrlukan lebih banyak keterangan atau pandangan yang berbeda –
beda daripada apa yang mungkin dimilik oleh satu orang
Ada keadaan tertentu dimana masing – masing
mempunyai kelebihan – kelebihan yang khusus; yang menjadi persoalan bagi kita
bukanlah menilai pemecahan persoalan oleh kelompok, kan tetapi melihat
bagaimana kedudukan interaksi sosial di dalamnya
Interaksi mungkin saja terjadi, sebagaiman di
gambarkan dalam ilustrasi riset 15.1 tanpa memberi sumbangan apapun terhadap
pemecahan persoalan yang tidak akan dapat di berikan oleh satu atau pun
beberapa kelompok sendiri
Yang diperlukan hanyalah agar seorang anggota menyumbangkan
“ pandangan atau pengertian” yang tepat dimana
kemudian kebenarannya menjadi jelas bagi anggota – anggota lainnya
Contoh : disajikan sebuah kalimat terdiri dari tujuh
buah kata : kata – katanya disusun dalam bentuk kalimat yang benar, akan tetapi
huruf – huruf pada perkataan di kacaukan susunannya Kecuali bahwa para anggota
kelompok di instruksikan agar dapat bekerja sama, berbicara secara bebas, dan
bekerja secara serempak menghadapi persoalan – persoalan yang sama.
Dapatkah keunggulan ini untuk sebagian disebabkan
olwh adanya interaksi antara anggota – anggota kelompok ? Untuk mendapatkan
jawaban atas pertanyaan ini, data yang didapat dari orang – orang yang nyata
telah bekerja sendir – sendiri digabungkan secara random ke dalam “ kelompok –
kelompok” nominal yang sama besarnya dengan kelompok – kelompok sesungguhnya,
empat orang dalam satu kelompok.
Persoalan – persoalannya telah dipilih secara
berhati – hati sehingga bila seseorang menemukan jawaban yang tepat, maka
jawaban ini dapat dengan cepat dipaparkan, secara memuaskan bagi anggota –
anggota kelompok lainnya dan akan diterima ileh mereka
Perbedaan – perbedaan yang secara nyata ditemukan
antar kelompok – kelompok yang sesungguhnya kelompok – kelompoj buatan dapat
silihat dari gambar di atas dengan membadingkan palang putih dengan palang abu
– abu
Informasi – informasi yang melawan dalalm bentu
gagsan – gagasan, fakta, pertimbangan – pertimbangan, saran – saran, usul -
-usul, dan sebainya)harus tersidia; secara khas termasuk di dalamnya pertimbangan
– pertimbangan alternative, dimana
sebagian akan diterima, setidak – tidaknya secar tentative, sedangkan yang lain
– lain cepat atau lambat akan di tolak. Proses – proses pemilihan dan
penggabungan antara alternative – alternative yang diakui terjadi Pertukaran informasi melalui saran – saran
dengan jalan menerimanya, mengubah, atau menolak saran – saran tersebut
Memancing
Sumbangan- sumbangan Para Anggota
PENGARUH
INTERAKSI TERHADAP MOTIVASI ANGGGOTA – ANGGOTA. Proses – proses interaksionil
langkah pertama esensiil dalam menyediakan sumbangan – sumbangan para anggota
untuk anggota – anggota agar memberikan sumbangan – sumbangan.
Kita telah
melihat ( hal 374 ff) bahwa F.H. Allport menemukan, sebagaiman juga dashiell,
bahwa mayoritas dari subject – subject bekerja lebih cepat bila hadir orang –
orang lain, dalam pola yang sejajar, output, enerzi, dibandingkan dengan
individu – individu yang bekerja sendiri – sendiri
Reaksi – reaksi yang berbeda ini di perkirakan
berhubungan dengan perbedaan – perbedaan
individu dalam kepribadia, yang tidak ada sangkut pautnya dengan masalh kita;
kedua reaksi ini, tentunya bersifat interaksionil
Jenis – jenis interaksi yang secara typis terdapat
dalam kelompok yang bekerja sama cenderung untuk juga menjadi fasilitatid,
meskipun tidak selalu harus demikian, percobaan Deutsch ( yang digambarkan
dalam ilustrasi riset 11.4. hal 465) menunjukan kelebihan yang nyata dari
motivasi individu untuk menyelesaikan tugas pada kelompok – kelompok yang
bekerja sam di bnadingkan dengan kelompok –kelompok yang bersaing
Yang mengerjakan persoalan yang samasaling
berkomunikasi suatu perasaan mendesak yang cenderung meningkat mobilisasi
enerzi mereka, dan demikian motivasi mereka. Bentuk – bentuk komunikasi yang
minimalipun yang terjadi hanya karena bekerja berdampingan, dengan sedikit atau
tanpa persaimngan atau kerjasam,sering kali menimbulkan akibat – akibat serupa
Dalam hal kerjasama ada juga akibat – akbat
motivisionil yang berhubungan dengan perkuatan dalam kelompok, karna adanya
tujuan – tujuan bersama, yang menguntungkan bagi seseorang,menguntungkan bagi
semuanya dan sebaliknya; nan setiap anggota
kelompok yang manpun dapat mengharapkan akan memperoleh keuntungan
melalui persetujuan, baik yang dinyatakan maupun melalui kesaan kesan, dari
anggota anggota lain untuk setiap sumbangan yang diberikannya terhadap
pencapaian tujuan tujuan kelompok. Pengaruh – pengaruh ini adalah khas bagi
kelompok-kelompok dibedakan dari fasilitas sosial, dimana pengaruh pengaruhnya
hanyalah berupa peningkatan energy sebagai akibat dari kegiatan kegiatan yang
serupa pada yang lain lain.
Perkuatan oleh kelompok dapat sedikit banyak
mempunyai pengaruh-pengaruh menghambat disamping fasilitas. Diman anggota –
anggota nya dapat dikatakan saling di beri keuntungan, menurunkan taraf
produktivitas mereka, apabila norma-norma kelompok menghendaki produksi yang
rendah, sedangkan kelompok kelompok yang tidak kompak sedikit sekali
mempengaruhi norma-norma semacam itu. Motivasi individu-individu untuk member
sumbangan sumbangan bagi pemecahan persoalan dipengaruhi, baik oleh
respon-respon yang sedang terjadi maupun oleh respon yang diharapkan dari
angota-anggota lain.
v KONDISI
– KONDISI DIMANA INTERAKSI MEMPENGARUHI MOTIVASI.
Motivasi-motivasi orang untuk menyumbang kepada
pemecahan persoalan dipengaruhi oleh beberapa ciri kelompok. Salah satu di
antaranya adalah keadaan tata hubungan interpersonal dalam kelompok. Sumbangan
sumbangan cenderung untuk mengalami hambatan bila kelompok terdiri dari
orang-orang yang saling tidak kenal; terutama pada permulaannya, angota-anggota
cenderung untuk memperlihatkan berbagai gejala menahan diri missal secara
hati-hati sekali ‘’saling meraba-raba perasaan masing-masing’’. Sejauh anggota kelompok mempunyai
hubungan-hubungan yang besahabat, mereka cenderung untuk saling berkomunikasi
secara bebas di perumahan. Oleh karena itu kita dapat menarik kesimpulan bahwa
tata hubungan ketertarikan positif diantara anggota kelompok cenderung
memudahakan diajukannya sumbangan, sejauh mereka sama-sama merasakan suatu
desakan untuk memecahkan persoalan, dan cenderung untuk membesarkannya
pengaruh-pengaruh dari pada perasaan yang mendesak ini yang dialami bersama
oleh anggota kelompok.
Besarnya kelompok diantara cirri-ciri lain yang
diuraikan dalam bab 12 juga mempengaruhi tercetusnya sumbangan-sumbangan
anggota. Semua tergantung dari berbagai ciri-ciri pribadi serta keberhasilan
dan kegagalan dari individi-individu dimasa lalu dalam keadaan serupa, maka
besarnya kelompok dapat memberikan
sumbangan-sumbangan oleh beberapa individu (orang-orang yang menyumbang secara
berlebihan yang relative sangat panjang yang jarang terdapat)
Pembedaan status yang sangat nyata dalamsuatu
bkelompok cenderung untuk menghambat sumbangan-sumbangan dari anggota yang berstatus
rendah., seperti bab 11. Selama anggota yang berstatus tinggi lebih mampu dan
lebih tahu dari pada yang lain, mutu sumbangan-sumbangan yang diberikan mungkin
tidak mungkin tidak terlalu dipengaruhi kegagalan angota-anggota lain dalam
memberikan sumbanagn-sumbangan. Pemecahan masalah yang baik daripada dalam
kelompok kelompok dimana para anggotanya berbeda pendapat tentang hirarki
status dalam kelompok yang belakangan ini adapada sebagian mungkin, karena
didalam kelompok yang belakangan ini ada pada perebutan kedudukan anggota.
Sikap normative suatu kelompok menunjuk kepada
kekuasaan kelompok tersebut atas anggota anggotanya sehubungan dengan isi dari
pada norma-norma itu, dan ciri ini tidak saja mempengaruhi banyak nya akan
tetapi juga isi sumbngan para anggotanya. Norma norma dapat penyaringan
pendahuluan dari sumbangan – sumbangan sehingga anggota-anggota bersedia
memberikan jenis-jenis sumbangan
tertentu.
v REAKSI
REAKSI KELOMPOK TERHADAP SUMBANGAN -SUMBANGAN PARA ANGGOTA.
Semua proses-proses
interasionil dan ciri-ciri kelompok yang ada hubungannya dengan
penarikan sumbangan-sumbangan, juga terjadi sewaktu anggota beraksi terhadap sumbangan yang telah diberikan.
Proses –proses fasilitas sosial dan perkuatan kelompok, khususnya ada
kemungkinannya untuk ditingkatkan lagi dimana para anggota saling memuj, mengecam, menolak, atau
memperbaiki saran-saran masing-masing. Reaksi reaksi tetapi motivasi untuk
berpartispasipun meningkat melalui fasilitas sosial dan perkuatan dalm
kelompok. Proses-proses ini tidak secara begitu aktif rejadi pada awal siding
pemecahan persoalan; kelompok munculnya adalah dalam pertukaran fikiran antara para anggota.
Didalam bagian ini tidak akan begitu bersibuk diri
dengan pertanyaan yang menyangkut motivasi, tentang bagaiman interaksi
memperlancar atau menghambat partiosipasi anggots anggota, tetapi memperlancar
atau menghambat partisipasi anggota-anggota, tetapi lebih banyak dengan isi
sumbangan mereka. Yuaitu bagaiman proses interaksionil mempengaruhi pembentukan
sumbangan pada permulaan sekali sampai menjadi suatu pemecahan yang dapat
diterima oleh kelompok secara keseluruhan.
v MENINGKATKAN
KEJELASAN SUMBANGAN-SUMBANGAN.
Sumbangan yang paling
permulaan tidak selamnya jelas bagi yang lain-lain, seringkali memang
sumbangan-sumbangan ini ditawarkan begitu tergesa-gesa atau begitu tentative
sehingga implikasi tidak begitu jelas bagi penyumbang sendiri. Pernyataan,
penegasan, atau penjelasan oleh pertukaran fikiran yang demikian sering kali
hanya berkembang menuju pengertian bersama dapat juga menuju kepada
perbaikan-perbaikan yang nyata dari buah fikirannya sendiri oleh penyumbang.
Karena keharusan komunikasi memaksa
untuk berbuat secara jelas, baik bagi anggota lain maupun dirinya sendiri.
Eksperimen yang dibuat oleh Mario Boes (1937_
menjajangi kemungkinan bahwa apabila dua orang atau lebih bekerja bersama –
sama maka keharusan saling berkomunikasi biasanya akan memperjelas dan
mempertajam sumbangan – sumbangan masing – masing
Persoalan bagi mereka yang lebih tua itu adalah memilih
dari sekumpulan besar lukisa lukisan yang terpilih, sejumlah lukisan yang telah
di lukis oleh orang yang sam. Keempat puluh tiga anak – anak yang lebih muda,
dalam kondisi – kondisi yang serupa akan tetapi tidak sepenuhnya sama, di beri
tugas untuk menyusuin lima pangkat gambar
- gambar sedemikian rupa sehingga setiap gambar – gambar merupakan suatu
cerit
Dalam kedua kelompok usia itu, eksperimantor
menemukan bahwa hasil – hasil kelompok lebih ungul daripada hasil – hasil
perorangan.Ia mengambil kesimpulan bahwa keunggulan ini untuk sebagian besar di
sebabkan oleh karna seringkali apa yang dikemukakan oleh seorang anak samar – samar atau membingungkan temannya,
yang kemudian dengan pertanyaan – pertanyaan yang menyusul memaksa si pemberi
saran untuk memperjelas maksudnya
Membuan
Petunjuk – Petunjuk Yang Menyesatkan
Sukar suatu persoalan semakin tidak jelas sifatnya,
dalam arti bahwa tidak ada jalan yang jelas yang segera terlihat kearah
pemecahannya.Menghadapi keadaan yang kabur demikian, seorang yang mengira bahwa
ia telah menemukan kemungkina pemecahan akan terdorong untuk mengikuti jalan
tersebut, dan boleh jadi untuk terus mengikuti arah itu selama jangka waktu
yang lebih lama dari pada yang dirasakan menguntukan oleh anggota – anggota
kelompok lainya yang kurang merasa terdorong untuk menuruti jalan itu
Kenyataan ii menunjukan suatu cara pentig dimana
interaksi berjasa terhadap pemecahan persoalan, terutama dalam hubungan dengan
persoalan – persoalan yang sukar.
v PERCAPAIAN
KONSENSUS DALAM KELOMPOK
Marilah kita anngap bahwa pada pemulaan usaha –
usaha suatu kelompok – kelompok mencari penyelesaian terhadap suatu persoalan ,
belum ada seorang pun yang mempunyai jalan pemecahan yang dapat denga segera di
terima oleh semuannya. Mungkin didapat adalah tepat secara rasionil, tetapi
setelah pemecahan telah dicapai,langkah – langkah yang memperantainnya tidaklah
jelas dengan begitu saja
Pengaruh – pengaruh mayoritas atau keahlian –
keahlian yang di anggap ada seseorang tidak perlu terarah kepada pemecahan –
pemecahan yang “ terbaik” atau “ Tepat “. Beberapa dari kelompok – kelompok
shaw, misalnya, cukup cepat secara consensus sampai pada pemecahan – pemecahan
persoalannya, yang semuannya salah
Proses- prose interaksi terjadi selama pemecahan
persoalan oleh kelompok (1)Proses – proses mempengaruhi motivasi para anggota
untuk menghasilkan gagasan yang terbentuk menuju ke suatu penyelesaian;
pengaruh – pengaruh yang demikian seringkali mempelancar, akan tetapi kadang –
kadang menhambat. Sejauh interaksi sosial dan perkuatan dalam kelompok
membangkitkan jumlah dan keragaman maksimum dari gagasan – gagasan yang berguna
yang dapat di berikan oleh anggota – anggota, maka pemecahan persoalan akan di
permudah (2)Proses - proses interaksi
umunya, meskipun tidak selamanya menyebabkan sumbangan – sumbangan individual
menjadi lebih jelas dengan di buangnya petunjuk – petunjuk yang salah, dan
dengan penggabungan gagasan – gagasan yang di kemukakan berbagai individu –
individu, selagi para anggota saling bereaksi terhadap sumbangan – sumbangan
masing – masing.
v PERAN-PERAN
KEPEMIMPINAN DALAM PENCAPAIAN TUJUAN
Sejauh sumbangan anggota
manapun tidak dapat disisihkan begitu
saja, maka sumbangan dapat dianggap lebih menyerupai sumbangan seorang
pemimpin. Untuk mendapatkan pengakuan seperti itu adalah sama dengan mempunyai
salah satu tata hubungan peran dengan anggota yang lain, karena( seperti yang
diuraikan pada permulaan bab 11) tidak selamanya perlu bahwa tingkah laku
khususlah dari pihak seseorang yang mempunyai pemimpin menyebabkan sumbangan
menjadi suatu amat penting, tetapi lebih banyak, tata hubungannya dengan
anggota anggota lain.
Cara-cara seperti ini dalam meninjau kepemimpinan
sangat berbeda dari beberapa pandangan yang lebih konvensionil dan
kadang-kadang bertentang sama sekali. Misalnya, seorang yang memegang suatu
posisi kekuasaan atau wewenang berstatus tinggi, mungkin dapat, mungkin pula
tidak menjadi fasilitator yang sangat berharga atau sangat diperlukan, dan
meskipun dapat, mungkin ia tidak secara umum diakui demikian oleh mreka yang
bekerja dengan dia atau dibawahnya. Semata semata menempati suatu kedudukan
yang menyerupai pemimpin tidaklah harus berarti bahwa tata hubungannya peran
seseorang dengan anggota lain bersifat menyerupai tata hubung para pemimpin.
Seringkali ada anggapan bahwa orang-orang yang
diakui sebagai pemimpin harus sama-sama memiliki ciri-ciri pribadi tertentu.
Dengan demikian dengan perbandingan sedikit kecualian, fakta-fakta jelas bahwa
bertentangan dengan anggapa tersebut. Dalam suatu tinjauan terhadap 20
penyelidikan yang berbeda-beda mengenai sifat-sifat individu yang dianggap
sebagai pemimpin dalam berbagai kelompok(bird 1964), sluruhnya disebutkan 79
ini muncul berbeda-beda. Mengetahui banyak mengenai sifat kepemimpinan dengan
mempelajari pribadi orang yang dianggap sebagai pemimpin.
Melihat kepemimpinan sebgai suatu tata hubungan
peran yang bersifat fasilitatif, memaksa
kita untuk mepersoalkan anggapan umum lainnya; yaitu, bahwa untuk setiap satu
kelompok terdapat 1 orang pemimpin.
Akhirnya, perumusan kepemimpinan sebagai suatu tata
hubungan peran yang fasilitatif tidaklah sejalan dengan pendapat yang agak
umum, yaitu bahwa “pemimpin adalah orang yang memancarkan pengaruh kuat:.
Seringkali pengaruh sebenarnya, dalam arti mempengaruhi jalannya
peristiwa-peristiwa, dapat dijalankan dengan cara-cara yang hampir tidak
dikenali sama sekalioleh orang kelompok lainnya.pin sendiri menyerupai pemimpn.
Sebagai tata hubungan peran diman sumbangan yang
jelasa dari berbagai peseta umum dikenali, dan harapan-harapan tentang hal yang
saling menguntungkan, dimiliki bersama.
v CARA
CARA TERJADINYA FASILTASI
Adalah suatu hal yang dapat diduga, bahwa cara-cara
berbagai bentuk fasilitasi oleh pemimpin, dapat dengan segera di bedakan, akan
sesuaian dengan bentuk-bentuk fasilitasi yang secara tipis dibutuhkan oleh
kelompok dan mengenai cara bagaiman interaksi antara pemimpin dan anggota
kelompok lainnya.
v MEMPERMUDAH
PENYELESAIAN TUGAS.
Sejauh sesuatu kelompok berorientasi kepada tugas,
maka pencapainnya tergantung tidak hanya pada mencari pemecahan perencanaan.
Perncanaannya, akan tetapi juga sering kali, pada bagaimna sampai pada suatu
penyelesaian; dalam kelompok diman anggota anggotanya telah mencapi
tujuan-tujuan mereka, satu anggota atu lebih akan cenderung dikenal fasilitator
yang dapat diandalkan oleh karena mereka dilihat sebagai memiliki yang beberapa
atau mungkin semua kesanggupan.
Beberapa dari kesanggupan ini mungkin orang-orang
yang memilikinya sendiri memberikan sumbangan yang sangat berguna secara langsung.
Yang lain menunjuk kepada anggota bentuk fasilitasi langsung. Cara
menfasilitasi yaitu (1) kelompok dimungkinkan untuk mencari menjadi efektif karena pengawas – pengawas
mreka menyediakan pengetahuan – pengetahuan teknis perencanaan koordinat.(2)
anggota dimotivasikan efektif karena pengawas-pengawas merka pada umumnya
bersikap member semangat dank arena tergolong kelompok berhasil. “pencetus
gagasan dalam kelompok yang memecahkan persoalan-persoalan biasanyab mempunyai
‘sosial emosionil’
Dalam kedua hal tersebut, tercapinya produktivitas
yang tinggi sbagai tujuan kelompok tergantung dari pross interaksi, melalui
proses mana anggota kelompok memberikan respon terhadap tingkah laku pengawas
mereka yang bersifat fasilitatif.
Penemuan yang dilaporkan oleh kahn dan Kahtz
tidaklah berarti bahwa pengawas adalah orang yang menyebarkan pengaruh tanpa
mereka sendiri dipengaruhi oleh prosesinteraksi tersebut.
v MEMELIHARA
TATA HUBUNGAN INTERPERSONAL YANG MEMUASKAN
Ada kelompok yang terbentuk rupa-rupanya semata mata
untuk menyelsaikan tugas tertentu, tetapi menghambat tercapainya tujuan-tujuan
seperti itu agaknya tersokong terhambat oleh kepuasaan atau ketidakkepuaasaan
interpersonal anggotanya, sebagaiman telah ditunjukkan oleh penyelidikan bales,
Kahn dan Katz. Oleh karena itu pencapainnya dapat dipermudah oleh anggota
manapun sejauh ia memberikan sumbangan yang membuat tata hubungan anggota
menjadi memuaskan. Tingkah laku yang menyerupai tingkah laku pemimpin yang
secara langsung bersifat fasilitatif seperti
Menciptakan kehangatan, keramahan
tamahan
Mendamaikan, menyelesaikan konflik,
meredakan ketegangan
Memeperlihatkan pengertian,
toleransi terhadap pandangan yang berbeda
Memperlihatkan keadilan, tidak
memihak.
Orang yang menjadi fasilitator dari hubungan
interpersonal yang memuaskan,
bagaimanpun menghadapi dilemma yang khusus sifatnya. Tidak berat sebelah dan
tahu bagaimana menggunakan solusi yang efektif.
Bila tujuan daripada tugas tujuan besama mana
kehangatan pribadi akan dapat membantu dalam penyelesaian tugas dan kondisi
seperti itu maka diskriminatif bersifat fasilitatif; seorang pemimpin membeda
bedakan tidak dapat diterima, akan tetapi tetap dihormati pula.
Penemuan ini, penemuan Kahn Kahtz namun, tidak
membayangkan kesimpulan yang sepenuhnya sama. Pentingnya jarak psikologis dalam
penyelidikan fiedler banyak hubungannya 2 fakta.
Tingkah laku apapun yang menyerupai tingkah laku
pemmpin yang ikut menyumbang kepada tata hubungan interpersonal, yang memuaskan
tingkah laku itu akan menjadi paling fasilitatif (seperti halnya dalam
penyelesaian tugas) bila tingkah laku mmungknkan anggota kelompok untuk melipat
gandakan efektivitasnya sendiri melalui orang-orang lain. Hubungan
interpersonal yang memuaskan, sebagai mana dalam kelompok sebagai keseluruhan pengaruh
fasilitatif terhadap interaksi anggota
inilah hakikat kepemimpinan.
v SUMBER-SUMBER
POTENSI INDIVIDU-INDIVIDU UNTUK FASILITASI.
Tidak seorangpun dapat menjadi fasilitator yang
efektif dengan cara-cara diluar kemampuannya atau bertentangan dngan kepribadiannya.
Akan tetapi usaha-usaha untuk sifatnya ini ada pada kelompok member sumbangan
terhadap berhasilnya suatu keberhasilan pencapaian tujuan. Pertama tama
mengemukakakn alas an yang membenarkannya.
v KETRTARIKAN
INTERPERSONAL .
Pertama tama, memberikan kekuasan kepada seseorang
yang menarik atas orang lain yang menganggapnya menarik. Sejauh anda menyukai
seseorang lain atau percaya kepadanya atau menghormatinya maka anda telah
menyerhkan kekuasaan atas diri anda kepadanya dalam arti bahwa anda dapat dipengaruhinya.
Kecenderungan ini tentunya dapat diimbangi dengan
kecenderungan sewbaliknya lebih kuat seseorang akan mempengaruhi merasa kurag
mendapatkan keuntungan bila ia mendapat tahu bahwa dirinya dianggap memberikan
keuntungan oleh orang. Jadinya tidak saja ada benarnya bahwa ketertarikan
kepada seorang lain berarti menyerahkan kekuasaan kepadanya; juga ada benarnya
bahwa sejauh ketertarikan ini bersifat timbale balik.berarti meperbanyak
kekuasan kepada kelompok, dimana orang yang bersangkutan menjadi anggota.
Keseluruhan tata hubungan interpersonal yang menjadi ciri inilah merupakan
sumber kekuasaan anggotanya.
Suatu kelompok juga memperoleh kekuasaan atas anggota sejauh diantara merea mendapat
consensus, terutama sekali bila terdapat sikap-sikap dimiliki bersama.
Kenormatifan merupakan contoh yang terbaik dari kekuasaan yang dijalani melalui
dimilikinya bersama sikap-sikap.
Suatu cara yang penting sekali dengan mana
kenormatifan ini dapat ditampilkan adalah melalui intergrasi strukturil yang
menunjuk kepada tata hubungan peran yang saling menguntungkan shinga kelompok
dapat berkordinasi .
Hal yang sama terdapat diddalam saling ketertarikan,
sikap yang dimiliki bersama dan intergrasi strukturil adalah bahwa kesemuanya
merupakan hasil interaksi yang mengakibatkan diberikannya kepda kelompok dan
anggotanya.
v PENCAPAIAN
TUJUAN MEMPERBESAR KEKUASAAN KARENA KEKOMPAKAN
Keberhasilan pencapaian tujuan dapat determinan yang
penting bagi kekompakan kelompok. Kita mengetahui bahwa dalam hal ini
pencapaian tujuanmendahului kekompakan kelompok oleh karena eksperimennya
memang diatur demikian dan kita mengetahui bahwa terjadinya perubahan kekompakn
oleh karena ketidaknya satu dari komponen ketertarikan telah dengan sengaja
dibalikkan dan dngan dmikian keadaan tersebut tidak mungkin merupakan hasil
dari sekedar perkenalan yang berlangsung terus.
Tampaknya jelas bahwa dengan sendirinya bahwa keberhasilan anggota
kelompok mencapai tujuan bekerja sama akan cenderung meningkatkan saling
ketertarikan diantara para anggota khususnya sebagai sesame peserta dalam
sesuatu kegiatan yang sama.
Kebrhasilan anggota kelompok pencapaian tujuan pada
waktu sebelumnya cenderung untuk juga memperkuat pemilikan bersama sikap yang
relevan bagi tugas kebanggaan kepada pekerjaan yang dimiliki bersama. Dengan
demikian kenormatifan diperkuat oleh keberhasilan oleh pencapaian tujuan. Dan
dihubungkan saling menguntungkan kelompok.
v TATA
HUBUNGAN MELINGKAR ANTARA KEKOMPAKN DAN PENCAPAIAN TUJUAN
Tata hubungan ini dapat diringkas memanfaatkan
pengaruh kelompok melalui saling ketertarikan. Dengan cara yang sama semakin
sedikit demi sedikit suatu kelompok untuk kekompakan dan mencapai tujuan.
Perputaran ini dapat dibalikkan dengan berbagau cara
melaui pengubahan pola interaksi dalam kelompok yang ada melalui pengubhan pola
interaksi dalam kelompok yang ada berkurang nya anggota kelompok dapat
mempengaruhi dari kelompok itu sendiri. Sebaliknya prinsip umum harus
memperhitungkan kondisi rlevan yang mungkin berubah ubah suatu prinsip umum
dalam suatu teori yang menjelaskan akibat anggota berubah diman prinsip
tersebut bekerja.
Salah satu tujuan utama kita, sebagaiman dikemukakan
dalam bab 1 adalah mencoba merumuskan justru prinsip sepeti ini artinya
sedemikian hasilnya dapat dihubung hubungkan dalam kondisi prinsip
tersebut.”Teori yang baik” dalam psikologi sosial masih jauh dari lengkap. Dan
karena itu anda diajak untuk turut bersama sama mengembangkan serta
memperbaikinya.
v IKHTISAR:
INTERAKSI DALAM PEKERJAAN.
Anggota kelompok bekerja saling mempngaruhi satu
sama lain, mengemukakan, mengecam, memperbaiki dan menggabung gabungkan yang di
usulkan, akan tetapi motivasi memberikan sumbangan seperti itu. Satu anggota
ada yang berinteraksi terus menerus sehingga menjadi fasilitator tercapainya
tujuan dan diakui oleh yang lainnya mereka seperti pemimpin. Dalam kelompok
mereka membutuhkan fasilitator untuk memecahkan tugas,
Proses interaksionil melalui kelompok mencapai
tujuan fasilitasi sosial kelompok untuk perkuatan dan kekompakan kelompoknya.
Dengan interaksi interaksi untuk mecapai
tujuan dan pengalaman keberhasilan akan meningkatkan kualitas
kelompok. Perputaran inilah yang terus mempengaruhi kelompok yang efektif.
APENDIKS A
v PENGUKURAN
SIKAP-SIKAP.
Pemeriksaan sistematis thhadap setiap bidang dibatasi
oleh kemampuan yang ada untu mengukur secara agak teliti variable kritis dalam
bidang itu. Psikologi sosial tidak merupakan kekecualian.
v ITEM-ITEM
SIKAP DAN SKALA-SKaLA SIKAP.
Usaha-usaha
pertama
Skala Likert: meskipun bukan teknik yang tedahulu
dilihat dari segi waktu, cara pengukuran sikap barangkali paling dekat kepada
pikiran intutitif kita mengenai kedudukan individu-individu pada satu kontinum
sikap yang terdiri dari positif negative, digambarkan oleh tipe-tipe item sikap
subyek yang diciptakan Likert mebgharuskan obyek untuk menunjuk arah dan drajat
efek yang dirasakan 1 obyek, peristiwa, atau keadaan yang mungkin.
Dari sinilah setiap item seperti itu dipakai untuk
mengklasifikasikan respond pada satu lebih pada kontinum positif negative yang
sederhana, sehubungan dengan suatu keadaan yang relative sempit dan khusus.
Dikombinasikannya respon respon terhadap sejumlah
item menjadi suatu ringkasan, menghasilkan apa yang dinamakan skala sikap.
Skala Likert dapat kelihatan sebagai cara yang
begitu wajar untuk membuat ukuran ukuran sikap dan mengkombinasikannya sehingga
alternative kurang terlihat.
Skala jaraksosial dari Bogardus. Salah satudiantara
kejadian yang amat penting dalam sejarah pengukuran sikap adalah skala ‘ jarak
sosial” yang disusun oleh Bogardus tahun 1925.
Dalam bentuk asli skalatu, nama-nama dari berbagai
kelompok etnis terdaftar pada bagian kiri halaman dan sepanjang bagian atas
halaman terlihat pernyataan verbal.
Jika berminat untuk mengukur sikap terhdap suatu
kelompok etnis atau rasial dengan, menggunakan sesuatu kontinum postif negative
tlah menjadi umum, apakah bedanya yang mana kedua macam skala inin yang
diputuskan untuk dipakai?
v CIRI-CIRI
UMUM PENGUKURAN.
Tujuan sikap skala unit adalah untuk mengukur
sesuatu. Setiap objek mempunyai berbagai ciri atau dimensi yang diukur mungkin
mengenai keraty-keraty volumenya, titik mencarinya, daya tahannya terhadap
listrik dan seterusnya.
v TARAF-TARAF
PENGUKURAN.
Pengukuran adalah proses klarifikasi dan mahasiswa
yang mempelajari soal ini telah menemukan
bahwa adalah berguna untukmembagi prosedur klasifikasi kedalam taraf pengukuran
sesuai dengan jumlah dan ketatnya syarat yang mungkin dikatakan dipenuhi oleh
sesuatu prosedur pengukuran yang diberi dank arena itu oleh jumlah dan
ketepatan pernyataan yang diberikan tentang unsur yang diukur sedemikian.
Yang membedakan klasifikasi pada taraf ini dari
pengukuran bentuk lebih tinggi adalah kenyataan sederhana bahwa symbol yang
dipilih untuk menunjukkan sesuatu hubungan tertentu antara golongan itu.
Dua catatan yang menentukan dapat diambil mengenai
pengukuran pada taraf ini. Yang pertama adalh bahwa menjelang kita sampai pada
taraf ordinal, kita telah mulai menganggap adanya sebagai dasar suatu dimensi
dimana object – object di perbandingan. Mengadakan bahwa satu object atau
golongan object – object lebih besar daripada yang lain tak ada artinya kecuali
sehubungan dengan suatu cirri atau dimensi yang di perinci
Catatan kedua adalah , bahwa pengukuran ordinal
memberkan cara untuk menyusun observasi – observasi terhdap object – object,
juga dimana kita tidak dapat menetapkan unit – unit yang jelas yang menandai
bagian – bagian yang besar dari dimensi yang diukur, dalam arti bahwa sama
besar pada suatu garisan
Interval dan pengukuran perbandingan ratio. Bila
kita ada mempunyai unit – unityang jelas, sebagaiman halnya dalam kebanyakan
pengukuran fisik yang biasa, kita dapat mulai menyatakan pelbagai hal secara
tegas
Sebagia besar masa - masa permulaan dari pengukuran sikap ditandai oleh
usaha – usaha untuk memastikan bahwa pengukuran paling sedikit bersifat
ordinal, sedangkan dalam pada itu berusaha ordinal merupakan syarat minimal
untuk pengukuran sikap yang mempunyai suatu nilai ilmiah
v METODE
RANK ORDER (URUTAN KEDUDUKAN) DALAM OENYUSUNAN SKALA
Kesulitan utama dalam kebanyakan hal – hal seperti
ini adalah sekedar penjumlahan Score
– score dari sejumlah item – item yang mungkin tidak sama pentingnya atau
sama kuatnya dalam menyadap dimensi yang semula di tujui oleh si penyelidik
Dimana sejumlah item telah di jawab secara
tersendiri oleh masing – masing subject dan di perlukan semacam perjumlahan
score – score, suau pemeriksaan yang biasa dilakukan terhadap salah penempatan
adalah dengan melakukan sesuatu bentuk analisa Terhadap “ Konsistensiintern “ dari jawaban – jawaban terhadap item – item
yang di perkirakan kan bergabung dalam sikap yang final
Pembuatan
Skala Guttman
Pada masa – masa pertama pengukuran sikap jika
jawaban – jawaban yang tampaknya demikian tidak teratur terhadap suatu skala
seperti ukuran Bogardus tidak terlalu sering di temukan si penyelidik dapat
memberikan dengan begitu saja suatu tempat “ Rata- Rata “ kepada subject -
subject yang tidak teratur ini
Pemikiran yang mendasari skala Guttman dapat dengan
mudah di luaskan kepada lebih banyak dari dua item, dan memang berdasarkan
alasan – alasan teknis suatu demonstrasi dari cirri – cirri (Skala)
Guttman akan menjadi semakin mengesankan dengan semakin banyaknya item – item
yag memenuhi criteria
Hal seperti ini merupakan suatu criteria unidimensionalitas
dalam praktek yang sebenarnya
v KETEPATAN
PENGUKURAN
Pengukuran sekalipun pengukuran fisik, hanya tepat
dalam batas – batas tertentu, sekiranya kepada anda di berikan satu tongkat
panjan 1 meter, terbagi dalam sentimer – sentimer dan anda disuruh mengukur
panjangnya sebua meja sampai superseratus sentimeter
Kesalahan sekalipun merupakan sesuatu terhadap di
mana kita sebaiknya cukup peka, oleh karna itu tidak dapat dianggap sebagai
menakutkan
Reabilitas ( Dapat Dipercaya ) Suatu skala sikap.
Akan sangat sukar bagi kita menggunakan hasil yang di peroleh suatu tongkat
pengukur yang terbuat dari karet yang sangat elastic
Karena ruang kesalahan atau ketidak dapat di
percayainya suatualat dapat di perkirakan melalui konsistensi hasil – hasil
yang di tampilkannya bila digunakan berulang kali terhadap object ( Objct –
object ) yang sama, cara yang paling langsung untuk memperoleh suatu perkiraan
tentang rehabilitas suatu skala sikap adalah sengan mminta orang – orang yang
sama menjawab item – item dua kali atau lebih
Namun ada kelemahan – kelemahan dalam tes
rehabilitas ini. Jika tes ulang diambil setelah jangka waktu yang singkat
jawaban – jawaban mereka dan berusaha untuk berlaku konsisten dengan prestasi
mereka dahulu
Ada dua cara umu untuk meningkatkan rehabilitas
suatu skala. Yang pertam menyangkut sekedar memperbanyak jumlah item dalam
skala. Mudah untuk dilihat bahwa yang tependek dari semua skala yang mungkin -
skala salah satu item - tidaklah merupakan skala yang sangat di percaya
Cara Kedua untuk meningkatkan rehabilitas suatu
skala sikap adalah dengan memperbesar kepastia bahwa setiap item “ mengadap “
Sikap yang sama – dengan memastikan bahwa semua item mengukur suatu keadaan
bersedia yang sama dan bukan yang berlainan. Halidalitas Skala. Setiap pengukuran
manapun di katakana valid atau syah sejauh ia menyadap dimensi yang bila coba
ukur, tanpa sdi pengaruhi hal yang lain
Sekali kita pasti bahwa kita berhadapan dengan suatu
skala yang dapat di percaya, bagaiman kita dapat memastikan bahwa skala itu
juga valid ? satu cara adalah dengan menguji konsisten intern, yang telah
pernah disinggung. Analisa item – item yang cermat kadang – kadang menunjukan
bahwa ada dua atau tiga “ pengelompokan “ pada satu skal.
v REHABILITAS
DAN VALIDALITAS SKALA – SKALA SIKAP YANG KHUSUS
Ketelitian skala – skala sikap sebagai alaty
pengukur tergantung dari isi skala – skala(yang dapat dianggap mencakup teknis
umum pengukuran dan isi khusus dari item ke item) maupun dari populasi terhadap
siapa skala itu diterapkan
Isi skala. Pada umumnya. Bila
orang berbicara tentang teknik – teknik yang kuas seperti cara penyusunannya
skal Likert atau Guttman, isi skala tidak terperinci
Hal pertama yang menarik perhatian adalah bahwa
skala – skala Bogardus telah terbukti
sangat dapat di percaya sebagai ukuran sosial pada umunya sebagai diadakan dari
corak sehubungan dengan kelompok bangsa atau nasionalitas tertentu.
v PENDEKATAN
– PENDEKATAN LAIN TERHADAP PENGUKURA SIKAP
Sampai sekian jauh kita telah menguaraikan hanya dua
atau tiga siasat utama dalam pengukuran sikap, seperti cara pengambilan skala
Likert dan Guttman. Pendekatan ini saling berbeda dilihat dari (a) pendekatan
pengukuran yang ingin dicapai dengan pendekatan itu, (b) tujuan unidimensional
vs tujuan multidimensinaldan (c) ditanyai secara langsung sebagai kebalikan
dari membuat kesimpulan tentang sikap melalui bahan langsung.
v ASPIRAL-ASPIRAL
KEARAH PENGUKURAN.
Metode THURSTONE dengan interval yang tampaknya
sama. Cara pengambilan skala Guttman dan metode kedudukan berurut yang
dilukiskan menghasilkan skala ordinal yang sangat jelas yang tidak berpretensi
membayangkan jarak yang relative antara kategori skala.
Nilai-nilai skala jadinya bagi sejumlah besar
item-item yang mempunyai range dari ujung ekstrim skala yang satu sampai ujung
ekstrim yang satu lagi.
Karena sebab ini, maka dewasa ini tidaklah mungkin
bagi kita untuk memastikan bahwa nilai skala pernyataan sepenuhnya terlepas
dari sikap para penilai.
Metode dengan interval yang tampaknya sama tidak
merupakan metode penggunaan skala yang sempurna. Suatu pembatasan yang telah
dirasakan bahwa secara meluas adalah bahwa metode itu tidak memberikan drajat
kecocokan, tetapi meminta setuju sepenuhnya atau sama sekali tidak, bagi setiap
item.
Sekalipun penyesuaian scoring ini metode Thurstone
menunjukkan ketidaktegasaan konseptil.
Metode penyusunan skala dengan perbandingan
berpasangan. Cara lain untuk memperoleh nilai-nilai skala bagi pernyataan sikap
adalah teknik yang sangat berbeda, meskipun juga menggunakan penilai-penilai
dan didasarkan atas hokum Thurstone tentang penilaian berdasarkan perbandingan.
Yang tidak menguntungkan pada metod ini adalah bahwa
ia menjadi sangat banyak makna makan waktu jika digunakan banyak item.
Teknik buka l;ipatan dari Coombus. Suatu teknik
pembuatan skala yang disarankan oleh Coombus (1964) mempunyai sedikit persamaan
dengan metode perbandingan berpasangan maupun dengan penbuatan skala Guttman.
Informasi yang diminta dari subyek adalah
menunjukkan hal yang dirasakannya sebagai paling baik menggambarkan
kedudukannya sendiri, item yang paling dekat berikutnya dan begitu seterusnya
sampai pada item yang dianggapnya paling berbeda derngan kedudukannya sendiri.
Teknik Coombus menarik perhatian, karena ia adalah
approach pertama trhadap pembuatan skala yang menjangkau lebih jauh dari pada
taraf ordinal pengukuran yang sederhana tanpa tergantung dari penilaian
subyektif si penyelidik atau juri yang terdiri dari penilai-penilai.
v PEMBUATAN
SKALA MULTIDIMENSIONAL.
Pendekatan tehardap pengukuran sikap yang sampai
sekian jauh dibicarakan semua telah membuat asumsi bahwa tujuan pengambilan
skala adalah menempatkan subject – subject pada satu kontinoum yang
unidimendional, yang dalam kebanyakan hal berhubungan dengan derajat efek
terhadap suatu object
Siasat lain yang pada waktu akhir ini telah menarik
perhatian adalah dengan menerima kenyataan bahwa subject dapat menjawab daerah
object atau situasi yang relative homogeny sekalipun dari sudut berbagai
dimensi dan dari titik itu selanjutnya dengan menggunakan teknik analisis statistis yang relative tidak sederhana
mengajukan pertanyaan seperti “ Berapakah Jumlah Dimensi yang minimal di
perlukan untuk menjelaskan pola jawaban?”
v METODE
PENGUKURAN SIKAP YANG TIDAK LANGSUNG
Dalam arti yang sungguh – sungguh semua pengukuran
sikap dlakukan secara “ tidak langsung “ Istilah menjadi digunakan, Namun,
terhadap metode – metode yang pada permukaan bsama sekali tidak keliatan
terarah kepada kepda sikap – sikap
Metode ini telah diterapkan oleh Prohansty ( 1943)
pada pengukuran sikap – sikap terhadap pekerjaan
Para subject adalah sekelompok pengusaha dan
sekelompok orang – orang yang bekerja dalam satu serikat buruh. Ternyata bahwa
kesalahan – kesalahan yang dibuat oleh masing - masing kelompok berbeda secara signifikan dan mencermikan
suatu “ bias “ yang sistematis pada para anggota kedua “Kelompok”.
Dengan demikian maka tidak ada satu cara
untuk mengukur sikap – sikap
Karena melihat ketidak pastian fundementil; dalam
pengukuran keadaan – keadaan psikologis ( dibandingkan dengan pengukuran fisik
) kita akan sangat mempunyai kepercayaan yang sangat kuat terhadap perkembangan
sejumlah generalisasi raliasi dalam psikologi sosial, jika kita tahu, bahwa hal
– hal itu dapat di demonstrasikan dan di replikatkan secara sama baiknya dengan
siasat pengukuran yang satu maupun dengan yang lainnya.
APENDIKS B
v RISET SURVEY DAN PENGUKURAN
PENDAPAT UMUM/OPINI PUBLIK
Banyak dari metode-metode pengukuran
sikap yang dibahas pada appendix A.
Menganggap adanya kesediaan maupun kesanggupan subjek-subjek untuk menjawab
daftar item-item yang cukup panjang, yang kadang-kadang disertai
instruksi-instruksi yang agak rumit. Biasanya mudah untuk membujuk
kelompok-kelompok mahasiswa untuk membuat jawaban-jawaban yang membeda-bedakan
yang dituntut oleh beberapa pendekatan yang lebih mendalam terhadap sikap.
Tetapi, untuk beberapa fenomin-fenomin psikologi-sosial, kita tidak dapat
sepenuhnya mempercayai bahwa hasil-hasil dari sembarang kumpulan mahasiswa itu.
Ketika penelitian riset survey mengenai sikap-sikap
pada berbagai populasi yang berarti mula-mula dikembangkan sekitar tahun 1930
an,seringkali penelitian-penelitian itulebih mementingkan untuk hanya
menentukan pembagian opini pada sesuatu populasi mengenai suatu issue yang
dipertentangkan dalam masyarakat.
Sejak saat itu telah terjadi banyak perubahan.
Meskipun selalu masih ada yang menaruh perhatian untuk mengetahui apakah dalam
suatu populasi terdapat 70-30 yang menyokong atau 30-70 yang menentang suatu
topik yang diusulkan, persoalan-persoalan sederhana ini tidak lagi menjadi
perhatian utama dari suatu riset survey akademis.
Meskipun mulanya kelihatan mudah untuk menentukan
beberapa anggota-anggota populasi yang menarik, dan mengajukan kepada mereka
beberapa pertanyaan, riset metodologi yang luas telah menjelaskan bahwa segala
macam, hasil yang menyesatkan dapat ditimbulkan bila tidak diberikan perhatian
yang adekwat pada sifat pertanyaan-pertanyaan yang diajukan, termasuk bagaimana
sifat penanya,dan pemilih peserta.
Kita
akan mempelajari hanya beberapa dari persoalan-persoalan yang paling luas yang
dihadapi metodologi riset survey.
Mempersiapkan
Pertanyaan-pertanyaan.
Ahli-ahli psikologi-sosial telah menyadari dalam
tahun-tahun yang belakangan ini betapa banyaknya perangkap-perangkap yang ada
dimana mereka dapat terperosok jika pertanyaan-pertanyaan mereka tidak
dipersiapkan secara adekwat.
Kekaburan
dalam pertanyaan. Redaksi pertanyaan-pertanyaan merupakan
sumber kesalahan pahaman dan kesalahan yang dapat terjadi. Usul-usul berikut
diambil dari gagasan-gagasan yang disarankan oleh Edwards (1957) dan Cantril
dan Fried (dalam Cantril,1944):
1. Hindarilah
pertanyaan yang dapat ditafsirkan menurut lebih dari satu arti/cara.
2. Usahakanlah
agar pertanyaan-pertanyaan sederhana, jelas dan langsung.
3. Hindarilah
kata sangkal yang berganda.
4. Hindarilah
pertanyaan-pertanyaan yang menggunakan kata-kata teknis atau kata-kata yang
tidak umum dipakai.
5. Jumlah
jawaban alternatif jangan terlalu banyak sehingga membingungkan.
6. Jumlah
jawaban alternatif jangan terlalu sedikit sehingga tidak lengkap.
7. Hindarilah pertanyaan-pertanyaan yang hanya
menyadap rasionalisasi dangkal.
8. Hindarilah
pertanyaan yang menghasilkan hanya jawaban-jawaban yang stereotypis.
Ini hanyalah sebagian dari sejumlah besar hal-hal
yang harus dipertimbangkan dengan hati-hati. Untuk suatu daftar yang terdiri
dari seratus hal-hal seperti itu untuk diingat bila menyusun
pertanyaan-pertanyaan tentang wawancara pendapat umum.
Ada
banyak contoh, yang serupa mengenai perangkap-perangkap dalam redaksi suatu
pertanyaan. Meskipun saran-saran
diatas untuk menghindari kekaburan dalam redaksi pertanyaan dapat sangat
berguna, saran-saran itu tidak dapat mencakup semua kemungkinan.
Karena alasan inilah, dianjurkan untuk mencobakan
pertanyaan-pertanyaan itu dalam bentuk “pilot survey” sebelum menggunakannya.
Bias
dalam pertanyaan-pertanyaan. Cara penyasunan
kata-kata suatu pertanyaan dapat mendorong banyak responden kearah sejenis
jawaban dan bukan yang lain. Inilah beberapa cara bagaimana hal ini dapat
terjadi:
1. Pertanyaan
itu disusun sesuai dengan stereotype yang ada pada si penyelidik mengenai
responden. Kahn dan Cannell 1957 memperlihatkan bahwa bila seseorang mencoba
untuk mendapatkan pendapat-pendapat mengenai pengawasan terhadap monopoli, ia
dapat tergoda untuk menggunakan terminologi.
2. Menyatakan
suatu proposisi secara menyenangkan atau tidak menyenangkan dan tidak
dua-duanya tidak menyenangkan.
3. Penggunaan
kata-kata atau ungkapan-ungkapan yang diwarnai oleh emosi.
4. Penggunaan
simbol-simbol prestise. Telah berulang-ulang diperhatikan bahwa jika suatu
pernyataan selalu disangkutkan pada suatu tokoh masyarakat yang disegani,
pertanyaan itu akan lebih umum diterima daripada bila pernyataan yang sama
diajukan tanpa dukungan suatu nama.
Banyak sumber-sumber bias lain dapat disebutkan.
Beberapa akan dibicarakan pada bagian terakhir tentang wawancara. Bias-bias ini
biasanya masuk secara tak disadari, sebagai akibat dari pengujian-pengujian
sebelumnya yang tidak adekwat. Akibat-akibatnya tentu sama buruknya apakah bias
itu disengaja ataupun tidak.
Kekurangan-kekurangan
pertanyaan-pertanyaan tungggal. Telah dikemukakan
bahwa skala satu item pastilah tak dapat dipercaya. Ini berlaku baik item itu
merupakan pertanyaan seorang pewawancara yang datang berkunjung ataupun bila
item itu merupakan bagian dari suatu skala atau kwestioner yang dicetak.
Lebih-lebih lagi, tak ada metode yang tepat untuk mengira-ngira dimensi-dimensi
sikap yang seperti intensitas, luasnya (ruang lingkupnya) dan konsistensinya
dari jawaban singkat atas suatu pertanyaan tunggal.dimensi-dimensi lain ini
penting dalam penelitian-penelitian riset survey seperti juga dalam penelitian
skala-skala sikap.
Apabila hasil-hasilnya tidak konsisten dengan
harapan-harapan kita, hasil-hasil itu menunjukkan bidang-bidang dimana riset
lebih lanjut diperlukan untuk melengkapi pengertian kita yang tidak mencakupi.
Pertanyaan-pertanyaan
yang mengungkapkan konteks kognitif responden sendiri. Sampai
sejauh kita telah membahas, hanya pertanyaan-pertanyaan yang menyediakan
alternatif yang telah ditentukan seperti ya-tidak, setuju-tidak setuju atau
pernyataan-pernyataan deklaratif.
Tetapi ada pendekatan lain terhadap mempersiapkan
pertanyaan-pertanyaan. Pendekatan ini didasarkan atas asumsi dasar bahwa kita
dapat mengetahui paling banyak mengenai sikap-sikap seseorang bila kita
mula-mula menanyakan pertanyaan-pertanyaan yang sangat luas dan tak berstruktur
yang memungkinkan mereka untuk mengutarakan secara spontan dan bebas,
aspek-aspek bidang-bidang sikap yang paling banyak merupakan pusat perhatian
mereka sebagai seorang individu. Pertanyaan-pertanyaan itu disebut sebagai
“berjuang terbuka/bebas” karena pertanyaan-pertanyaan itu tidak membatasi
responden pada sejumlah trertentu alternatif dalam menjawab.
Sering sekali pertanyaan-pertanyaan berujung terbuka
itu diikuti menjelang akhir wawancara dengan penyelidikan-penyelidikan yang
lebih khusus dengan menggunakan pertanyaan-pertanyaan beralternatif tetap. Cara
ini yang bergerak dari pertanyaan-pertanyaan yang kurang berstruktur kepada
pertanyaan-pertanyaan yang lebih berstruktur disebut urutan corong. Tujuan
utama dari urutan corong adaalah untuk mencegah pertanyaan-pertanyaan permulaan
menimbulkan bias pada jawaban-jawaban terhadap pertanyaan yang kemudiann.
Kekurangan dari wawancara berujung terbuka adalah
bahwa ia lebih menghabiskan waktu dan lebih mahal dari “pemungutan suara” yang
cepat yang hanya menggunakan pertanyaan-pertanyaan berstruktur. Sebagian dari
sebabnya adalah dibutuhkan waktu yang lebih lama untuk melaksanakan wawancara
itu, tetapi lebih banyak lagi waktu dan tindakan ahli untuk mengkode dan
mengklasifikasikan jawaban-jawaban yang lengkap ditulis kata demi kata juga
pada waktu wawancara.
Walaupun demikian pekerjaan tambahan itu sering
berimbalan baik. Terutama dalam melakukan survey terhadap populasi-populasi
yang pendidiknya heterogen, mengenai issue-issue dalam masyarakat yang sering
jauh dalam arti psikologis, dari sebagian besar responden sejumlah besar
“setuju” dan “tidak setuju” dapat dikumpulkan sebagai jawaban terhadap
pertanyaan-pertanyaan berstruktur yang sebenarnya hanyalah tindakan yang
mengada-ada dan tergesa-gesa untuk menyembunyikan kenyataan bahwa responden
sebenarnya belumpernah memikirkan hal itu, apalagi untuk mempunyai suatu sikap
mengenai hal itu.
Persoalan-persoalan Mengenai Sample
Perlunya metode-metode pengambilan sampel yang
seksama diilustrasikan oleh riwayat pemungutan suara yang mula-mula diadakan di
negeri USA. Dalam kampanye kepresidenan tahun 1924, “Literary Digest”, suatu majalah yang besar, mengirimkan
berates-ratus ribu surat pemungutan suara, yang sebagian besar diisi dan
dikembalikan.
Riset ilmiah terus menerus dirisankan oleh beberapa
persoalan yang sama mengenai sampel. Dalam satu usaha untuk mempelajari
sikap-sikap sosial ahli-ahli psikologi terkemuka. Penyusunan sampel yang baik
erat berhubungan dengan sekumpulan teori yang telah berkembang dari teori
probabilitas. Pandangan-pandangan umum dari teori mengenai sampel cenderung
untuk mengikuti apa yang dapat kita harapkan berdasarkan pikiran sehat walaupun
kadang-kadang teori ini memperlihatkan kemungkinan-kemungkinan yang tak
terduga-duga.
Meskipun pada umumnya tidak didasari, besarnya
kemungkinan kesalahan bagi tujuan-tujuan praktis lebih banyak tergantung dan
ukuran absolute sampel daripada dari ukuran relatifnya dibandingkan dengan
seluruh-seluruh populasi-populasi.
Semua dugaan hanya benar apabila sampel dipilih
dengan berhati-hati sekali mengikuti perincian-perincian teori. Untuk selaras
dengan teori-teori sampel yang diambil haruslah sedemikian rupa, sehingga
setiap orang dalam populasi memiliki kemungkinan yang sama besar (atau, bagi
beberapa sampel yang kompleks, kemungkinan yang telah diketahui), untuk
terpilih dalam sampel itu. Tentu saja sekali suatu sampel yang memenuhi
spesifikasi terpilih, maka seluruh usaha adalah percuma kecuali apabila kita
benar-benar melanjutkannya dengan orang-orang tertentu yang terpilih untuk
sampel itu. Dengan kata lain, apa saja usaha yang mungkin harus dilaksanakan
untuk berwawancara dengan orang-orang tertentu yang terpilih untuk sampel itu,
dan tidak melepaskan beberapa orang yang sukar ditemukan dan menggantinya
dengan anggota-anggota populasi lain yang lebih mudah dihubungi.
Metode-metode
pengambilan sampel. Ada sejumlah metode menganai sampel yang mungkin atas suatu
populasi; pemilikan diantara metode-metode itu tergantung terutama dari
informasi tambahan yang tersedia mengenai populasi.
Penyusunan-penyusunan sampel profesionil selalu
menggunakan metode berdasarkan suatu kebetulan yang ketat, misalnya merekan
menggunakan suatu table nomor-nomor random untuk menentukan nomor mana yang
harus digunakan untuk memulai daftar. Prosedur ini biasanya dikenal sebagai
sampel yang sistematis, memenuhi syarat pokok bahwa tiap orang dalam
keseluruhan populasi dalam sampel itu. Adalah mungkin menggunakan sampel yang
sistematis pada populasi-populasi besar dimana tak terdapat daftar nama-nama.
Karena itu banyak diantara perusahaan-perusahaan pemungutan suara yang besar
menggunakan beberapa variant dari suatu metode yang disebut sampel kuota.
Dalam sampel quota, pertama-tama ditentukan bahwa
sampel akan terdiri dari perbandingan-perbandingan tertentu antara laki-laki
dan wanita, antara responden-responden kelas tinggi-kelas menengah atau kelas
rendah, antara negro dan kulit putih dan seterusnya. Penentuan seperti ini
didasarkan atas ciri-ciri yang diketahui mengenai keseluruhan populasi-populasi
yang harus diwakili oleh sampel itu.
Sistim quota adalah metode paling sederhana dan
mudah yang dibuat untuk mencari orang-orang dalam jumlah-jumlah besar tetapi
jelas metode ini tidak memenuhi syarat dasar bahwa tiap orang dalam kes
eluruhan populasi akan mendapat kesempatan yang sama untuk termasuk kedalam
sampel itu. Kekurangan-kekurangan yang terkandung dalam sistim sampel quota
hamper pasti merupakan sebab kesalahan-kesalahan yang terus terjadi pada
lembaga-lembaga pemungutan suara-suara yang terkenal dalam
penelitian-penelitian mereka mengenai pilihan-pilihan popules untuk presiden.
Dimana tidak tersedia daftar populasi yang lengkap,
metode-metode pengambilan sampel yang dapat menghindarkan bias-bias ini,
berbelit-belit dan mahal. Diantara metode-metode pengambilan sampel yang paling
sering digunakan dikenal sebagai sampel wilayah yang pada dasarnya adalah suatu
metode dimana tempatlah yang pertama-tama dipilih dan orang-orang baru
kemudian. Metode ini paling sukses bila penyelidik memiliki peta-peta yang
jelas dari bagian-bagian kota dan daerah-daerah pedesaan. Ciri pokok dari
metode ini adalah bahwa tempat tinggal dimana wawancara akan dilaksanakan
ditentukan dengan metode-metode yang sepenuhnya random sifatnya.
Jika metode-metode ini diikuti dengan ketat,
pewawancara sama sekali tidak mempunyai kebebasan dalam memilih responden.
Alasan-alasan mengapa ia tak diizinkan untuk melakukan pilihan apapun bukanlah
karena kejujurannya disangsikan, melainkan karena, sebagai manusia biasa,
pilihan-pilihannya mungkin akan ditentukan oleh kecenderungan-kecenderungan
yang kelihatannya tidak apa-apa, tetapi dapat menimbulkan bias.
Keuntungsn-keuntungan metode ini terletak pada
kenyataan bahwa sampel yang di pilih sewcara demikian,merupakan penampang
selang yang sangat menyerupai keseluruan populasi walauppun demikian metode ini
bukanya tidak ada kekuranganya.
Persoalan peresoalan dalam berwawancara
Bagian terpenting dari tugas pewawancara adalah utuk
membina hubungan-hubungan yang sedemikian rupa sehinga responden akan
mengutarakan dengan bebas pendapat-pedapat yang dicari oleh pewawancara.
SIKAP-SIKAP PEWAWANCARA SENDIRI.suatu cara bagaimana
sikap pewawancara bagaimana dapat memberikan bias kepada hasil suatu
penyeledikan menyangkut dia memnyamb ut pernyatan-pernyatan responden.
Hildum
dan brown (1956) mengangap bahwa eksperimen Geern spon merupakan peringatan
bagi ahli pesikologi sosial untuk mengupulkan data rised.
CIRI-CIRI
PEWAWANCARA YANG DAPAT DILIHAT.sejumelah penelittihan telah menujukan bahwsa
sifat pewawancara dapat mempengaruhi jawaban yang di berikan,terutama bila
responden tergolong suatu klompok minoritas atau bila pewawancara diangap
tergolong suatu kelompok yang demikian.
CIRI-CIRI PEWAWANCARA ATAU RESPONDEN.sebagian beasar
pembicara sebelumnya mempersoalkan bias yang ditimbulkan oleh ciri-ciri
pewawancara ditimbulkan oleh cirri-ciri pewawancara sendiri atau responden
sendiri.ada kemungkinan bahwa hanya
jenis pewawancara tertentu saja selalu berwawancara dengan jenis-jenis
responden tertentu pula,maka suatu bias khusus akan timbul dari efek
gabunganya.
Mengkode jawaban jawaban
Suatau rencana wawancara yang terdiri hanya atas
pertanyaan –pertanyan berstruktur dan petak jawaban untuk tada (v )
menghadapkan kita pada sedikt persoalan yang lebih kompleks timbul bila
digunakan petrtanyan berujung terbuka, karena dalam hal ini harus munyusul
peruses pengkodean.
Ketergantungan pada lagi suatu tahap penelitihan
oleh manusia berarti suati titik lagi diman validitas dan realibilitas dapat
berkurang walaupun dengan penata –penata kode yang terlati dan wawancara yang
dengan mengingat persoalan penkodean.cara pengkodean yang baik mempergunakan
pengawasan selama berlangsun gnya pekerjaan utuk memelihara mutu hasil kerja
piñata kode. Alat pokok disini adalah suatu perosedur dan pengkodean
pengawasan, atau mengambil sampel datri wawaancara secara random yang di
kodekan oleh dua orang secara sendiri-sendiri.
Pada umumnya, tak mengherankan bahwa reabilitas
pengkodean adalah tertinggi (hamper sempurna), dimana yang diperlukannya
penyalinan petak-petak jawaban dan reabilitas akan sedikit berkenang dengan
semakin banyaknya jawaban-jawaban berujung terbuka dan kategori-kategori kode
menyangkut hal-hal yang semakin halus yang jarang diungkapkan sendiri secara
langsung oleh responden.
Proses riset survey meliputi serangkaian panjang
usaha-usaha manusia, dimulai dari suatu rencana studi melalui masalah sampel,
wawancara, pengkodean dan akhirnya analisa dari data yang telah terkumpul. Pada
tiap tahap ini terdapat sumber-sumber kemungkinan kesalahan, baik bentuk yang
tidak sistematis atau random, maupun
sumber-sumber kemiskinan kesalahan yang sistematis yang menimbulkan bias pada
hasilnya.sebagaimana suatu rantai tak lebih kuat dari pada mata rantainya yang
terlemah, demikian pula riset survey yang baik, tergantung dari ketelitian yang
dipelihara sepanjang seluruh proses. Dan sebagaimana biasanya, ketelitian tidak
mudah dan tidak mudah untuk dicapai.
APENDIKS C
v ANALISA PROSES INTERAKSI (BALES)
Metode yang
paling jauh diperkembangkan dan paling banyak digunakan untuk melukiskan
interaksi diantara angota-anggota kelompok kecil, adalah metode dari BALES
(1950). Digunakan untuk mengobservasi hampir susunan orang-orang yang
berinteraksi.
Bahan yang esensil dari prosedur ini adalah susunan
kategori tingkah laku dan suatu alat dikenal sebagai mesin pencatat interaksi.
Dalam praktek, alat typis digunakan cermin belaka
searah. Tugasnya adalah mengklasifikasikan setiap tindakan komunikasi searah
yang diobservasi baik bersifat verbal maupun non-verbal. Keuntungan bahwa
pengamat telah menguasai timbal balik baik system kategori maka ia dapat dengan
segera menekan angka kategori tingkah laku sesuai yang baru diamatinya.
Suatu pemeriksaan lebih jauh terhadap kategori ini
menjelaskan bahwa analisa interaksi tidak memperhatikan isi spesifikasi dari
komunikasi, tetapi lebih memperhatikan tingkah laku mempersonal yang terjadi.
Dengan demikian cirri-ciri umum kelompok interaksi dan sifat-sifat insidentil
dank has dari kelompok tersebut.
Analisa profil adalah salah satu cara berguna dimana
pengamatan yang dicatat dengan jelas dengan cara demikian membuat segala
sesuatu menjadi sangat jelas.
Sebagaimana dengan hati-hati dinyatakan Bales
jenis-jenis profil yang berbeda dapat diharapkan dari berbagai jenis kelompok
yang bekerja sama dalam kondisi yang berbeda-beda. Contoh membandingkan profil 2 kelompok. Puas dan
tidak puas dan mengapa perbedaan ini muncul, tetapi perbandingan ini
menunjukkan suatu cara dimana metode ini dapat digunakan.
Bales juga tertarik pada gerak bertahap yaitu urutan
tahap-tahap yang dilalui kelompok-kelompok pemecah masalah. Salah satu analisanya
didasarkan pada dua puluh dua pertemuan kelompok, separuh dari itu membahas
persoalan-persoalan yang sungguh sulit seperti analisa, perencanaan dan tujuan.
Separuh lagi type khusus dan terbatas.
Mengenai alasan
mengapa gerakan tahapan itu dilakukan Bales membayangkan bahwa
pertimbangan “pengawasan” biasanya mengandung anggapan persoaln “orientasi” dan
“evaluasi” telah dipecahkan kelompok ini. Lalu ada reaksi-reaksi positif dan
negative.
Dan timbul pula pertanyaan individual yang
berpartisipasi dan sebagainya. Dan dalam anggota kelompok tersebut pasti ada
perbedaan. Tidaklah mengherankan bahwa terdapat korelasi yang hampir sempurna
antara frekuensi berbicara dan frekuensi diajak bicara para anggota.
Perbedaan individual seperti itu berhubungan tidak
saja dengan cara perbedaan kepribadian para anggota tetapi diferensiasi peran
kelompok. Dan memang cenderung berbeda – beda.
Contoh hasil diatas dilaporkan Bales dan kawan
kawannya adalah kecil tetapi representative. Karena prosedur-prosedur nya
diususun sesudah bertahun tahun melalui trial n
eror, adalah sistematis dank arena dalam kondisi yang tepat prosedur itu
memberikan data yang dapat dipercaya, kelompok-kelompok mengenai mana hal yang
diketahui dapat dibandingkan dan banyak yang diketahui mereka sebelumnya tidak
diketahui. Dalam hal ini tata hubungan yang menarik perhatian kita adalah tata
hubungan antara bentuk-bentuk interaksi disatu pihak, dan dipihak lain
ciri-ciri yang relevan dari kelompok-kelompok, dari anggota perorangannya, dari
situasi-situasi langsung dimana mereka sedang berinteraksi.
0 komentar:
Posting Komentar